Jurnal Adat dan Budaya Indonesia
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

26
(FIVE YEARS 26)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Pendidikan Ganesha

2615-6156, 2615-6113

2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 36
Author(s):  
Vigor Vagori ◽  
Ida Ayu Made Darmayanti ◽  
Putu Mas Dewantara

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk, kategori, dan fungsi Totokkengan di Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep. Penelitian ini dianalisis menggunakan bentuk deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini, yakni informan di Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep. Hasil penelitian Totokkengan di Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep dapat disimpulkan sebagai berikut: pertama, bentuk Totokkengan dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu: (1) pertanyaan yang bersifat teka-teki atau disebut juga pertanyaan yang cerdik, ditemukan 3 dari 42 Totokkengan; (2) pertanyaan yang bersifat permainan kata-kata, ditemukan 6 dari 42 Totokkengan; (3) pertanyaan yang bersifat permasalahan, ditemukan 5 dari 42 Totokkengan; (4) pertanyaan perangkap, ditemukan 2 dari 42 Totokkengan; dan (5) pertanyaan yang bernada lelucon, ditemukan 4 dari 42 Totokkengan. Kedua, kategori Totokkengan dapat dikelompokkan menjadi sebelas, yaitu: (1) persamaan dengan makhluk hidup, ditemukan 10 dari 42 Totokkengan; (2) persamaan dengan binatang, ditemukan 2 dari 42 Totokkengan; (3) persamaan dengan manusia, ditemukan 3 dari 42 Totokkengan; (4) persamaan dengan beberapa binatang, ditemukan 1 dari 42 Totokkengan; (5) persamaan dengan beberapa orang, ditemukan 3 dari 42 Totokkengan; (6) persamaan dengan benda, ditemukan 6 dari 42 Totokkengan; (7) persamaan dengan tanaman, ditemukan 1 dari 42 Totokkengan; (8) penambahan keterangan perumpamaan, ditemukan 6 dari 42 Totokkengan; (9) penambahan keterangan pada bentuk dan fungsi, ditemukan 1 dari 42 Totokkengan; (10) penambahan keterangan pada warna ditemukan 2 dari 42 Totokkengan; dan (11) penambahan dalam tindakan ditemukan 11 dari 42 Totokkengan. Ketiga, fungsi Totokkengan memiliki delapan fungsi, yaitu (1) untuk menguji kepandaian orang lain, (2) untuk meramal, (3) sebagai sebagian upacara perkawinan, (4) untuk mengisi waktu saat begadang menunggu jenazah dimakamkan, (5) untuk melebihi orang lain, (6) sebagai pengantar tidur, (7) hiburan, dan (8) pendidikan.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 29
Author(s):  
Asih Riyanti ◽  
Neni Novitasari

AbstrakIndonesia menjadi negara yang multikultural sebagai kekayaan suatu bangsa harus dilestarikan. Salah satu solusi yang dapat ditempuh ialah menanamkan pendidikan yang dapat dilakukan melalui multikultural berbasis kearifan lokal. Pengenalan multikultural  berbasis kearifan diharapkan mampu membangun karakter anak bangsa yang memahami, menerima dan menghargai orang lain yang berbeda suku, adat istiadat, agama, dan nilai kepribadian. Penanaman semangat multikultural di Sekolah Dasar (SD), akan menjadi sarana pelatihan dan penyadaran bagi generasi muda untuk menerima dan menghargai semua perbedaan yang multikultural. Artikel ini ditulis guna memberikan gambaran mengenai pentingnya multikultural dan implikasinya pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal bagi siswa SD. Guna memperoleh data tentang konsep multikultural, penulis melakukan kajian kepustakaan dengan teknik analisis data yaitu analisis konten.  Begitu pentingnya pendidikan multikultural maka guru SD harus mendesain proses pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal yang menjadi bagian dari kontribusi positif untuk membina sikap nasionalisme dan sikap multikultural para siswa sejak dini.Kata Kunci: pendidikan multikultural; kearifan lokal; siswa SD.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Althien John Pesurnay

Artikel ini mendiskusikan muatan nilai dalam tradisi pela gandong di Maluku Tengah.  Apa saja nilai yang terkandung dalam tradisi Pela Gandong? Bagaimana perkembangannya secara sosio-historis? Apa relevansi  dari muatan nilai-nilai Pela Gandong terhadap konteks masyarakat Maluku Tengah kontemporer. Penulis berusaha menjawab pertanyaan tersebut menggunakan perspektif Filsafat Nilai dan Filsafat Kebudayaan. Penulisan ini merujuk kepada sumber kepustakaan (bibliography research) dengan mengacu pada sumber kepustakaan ilmu antropologi budaya dan sejarah yang mendeskripsikan tradisi Pela Gandong. Artikel ini mencakup tiga bagian: bagian pertama berusaha mengurai konteks sosio-kultural masyarakat Maluku Tengah. Konteks masyarakat Maluku tengah yang dilanda konflik identitas pada tahun 1999 yang resolusinya bersumber dari nilai-nilai luhur dalam tradisi Pela Gandong. Bagian kedua meninjau Pela Gandong dari objek formal filsafat nilai. Dimensi nilai dalam hirarki nilai tradisi Pela Gandong ada pada nilai spiritual dan nilai vital. Bagian terakhir merupakan kontekstualisasi konsepsi Pela Gandong sebagai pegangan nilai sekaligus carra pandanga dunia yang menentukan praktik kehidupan masyarakat Maluku.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Utari Akhir Gusti ◽  
Audy Islami ◽  
Ardi Ardi ◽  
Aina Almardiyah ◽  
Ranti Gusti Rahayu ◽  
...  

Budaya adalah bagian terpenting dalam kehidupan yang dilestarikan dan dijaga dengan baik. Salah satu dari 10 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang harus dilestarikan yaitu tradisi lisan. Tradisi lisan adalah suatu informasi atau pesan yang disampaikan secara turun-temurun dalam suatu daerah atau kelompok. Berdasarkan PPKD Sumatera Barat kondisi tradisi lisan saat ini diperlukan usaha untuk mengumpulkan tradisi lisan yang ada untuk dikembangkan, sehingga dapat dilakukan invetarisasi tradisi lisan Sumatera Barat. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai tinjuaun penyebaran tradisi lisan di Sumatera Barat. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data yaitu pengamatan dan dokumentasi, observasi, study literature serta wawancara. Tujuan penelitian ini dilakukan yaitu mendapatkan database tradisi lisan yang tersebar pada 19 Kabupaten/Kota Sumatera Barat. Tradisi Lisan tersebut memiliki perbedaan dan keunikan masing-masing yang harus dijaga dan dilestarikan agar dapat berkembang dikalangan masyarakat.  


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 6
Author(s):  
Yayan Bagus Prabowo ◽  
Sudrajat Sudrajat

Adat kasepuhan Ciptagelar merupakan salah satu komunitas masyarakat yang berada di tanah Sunda. Secara wilayah adminisratif, desa adat ini terletak di daerah kampung Sukamulya, Desa Sinarresmi, kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Kelompok komunitas tersebut masih memegang teguh kebudayaan dan tradisi dari peninggalan leluhur yang diwariskan sejak 6 abad silam. Masyarakat Adat Kasepuhan Ciptagelar mendiami wilayah yang berada di dalam hutan dengan ketinggian 800-1200 mdpl, terletak dibawah Gunung Halimun yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Abah sebagai posisi kepala atau pemangku dari struktur kelembagaan adat, posisinya bisa didapat berdasarkan keturunan dan bukan dipilih serta ditetapkan oleh masyarakat Kasepuhan. Tradisi yang masih terus tetap terjaga, semua kegiatan dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas oleh kepercayaan atau budaya yang ada di desa ini, terutama dalam bidang atau sektor Pertanian dan bercocok tanam. Istilah ‘Mupusti pare, lain migusti’ yang artinya memuliakan padi tapi bukan menuhankan, Pertanian menjadi sebuah ritual adat yang sangat penting dan sakral, sehingga dalam proses pertanian terdapat aturan-aturan adat yang memiliki kearifan lokal di dalamnya. Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar juga memegang teguh tradisi untuk senantiasa melestarikan alam yakni Hutan, komunitas adat ini memiliki sistem hukum adat dalam hal memanfaatkan dan mengelola hutan. Terdapat 3 pembagian zona atau wilayah hutan (Hutan Titipan, Tutupan, dan Garapan) dalam ruang lingkup adat Kasepuhan, adanya pembagian tersebut bertujuan agar kelestarian hutan tetap terjaga karena masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar menyakini bahwa hutan merupakan unsur yang paling penting bagi keberlangsungan hidup manusia.Kata kunci: Local Wisdom, Kasepuhan Ciptagelar, Sunda, Alam.


2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Deddy Suprapto

Film sebagai salah satu media komunikasi massa sekaligus produk budaya populerdipercaya mempunyai andil besar dalam mengkonstruksi berbagai realitas. Nia Dinata merupakan salah satu Sutradara yang sering mengangkat realitas-realitas sosial dalam memproduksi sebuah film. Salah satu realitas sosial yang sering dijadikan tema dalam film yang diproduksi Nia Dinata adalah tentang kesenjangan gender, diskriminasi perempuan, dan tema-tema yang mengisahkan perempuan. Salah satu film Dokumenter pendek karya Nia Dinata berjudul ”Surga Kecil di Bondowoso”. Film ini menceritakantentang seorang ustadz yang tanpa malumelakukan pekerjaan domestik.Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana representasi Feminis laki-laki dalam film “Surga Kecil di Bondowoso”. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis wacana kritis. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis model Sara Mills. Hasil penelitian  ini menyimpulkan bahwa subjek yang menjadi pencerita dalam film Surga Kecil di Bondowoso yang merupakan seorang pemuka agama di lingkungan tempat tinggalnya ternyata seorang feminis laki-laki. Representasi feminis laki-laki dalam film ini dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu pola pikir dan perilaku yang ditampilkan oleh subjek.Kata Kunci: Representasi, Film, Feminis, Feminis Laki-laki,


2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Wayan Eka Ardiana Tangkas ◽  
I Gusti Ngurah Japa ◽  
I Gusti Ngurah Japa ◽  
Ni Wayan Rati ◽  
Ni Wayan Rati

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan saintifik menggunakan media konkret terhadap hasil belajar muatan pembelajaran IPA siswa kelas V di SD Gugus II Kecamatan Bangli Tahun Pelajaran 2019/2020. Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan desain penelitian post test only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SD kelas V Gugus II Kecamatan Bangli. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik random sampling sebanyak dua kelas, dan diperoleh sampel yaitu siswa kelas V SDN 3 Kawan dan siswa kelas V SDN 5 Kawan . Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan metode tes. Instrumen pengumpulan data berupa tes pilihan ganda. Data Hasil Belajar IPA dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistic deskriptif dan uji prasyarat analisis. Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata diperoleh nilai rata-rata siswa pada kelas eksperimen yaitu 21 dan nilai rata-rata pad akelas kontrol yaitu 17. Dan berdasarkan hasil uji-t diperoleh hasil perhitungan yaitu thitung (5,79) lebih besar dari nilai ttabel (1,99). Sehingga hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar muatan pembelajaran IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik menggunakan media konkret dengan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan pendekatan saintifik menggunakan media konkret pada siswa SD kelas V di Gugus II Kecamatan Bangli. Dengan demikian penggunaan pendekatan saintifik menggunakan media konkret berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Gugus II Kecamatan Bangli Tahun Pelajaran 2019/2020.Kata kunci: Pendekatan saintifik, media konkret, hasil belajar


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Kadek Diah Lestari ◽  
Made Sumantri ◽  
I Gusti Ngurah Japa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berwawasan Tri Hita Karana dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini menggunakan rancangan The Post Test Only Control Group Design. sampel pada penelitian ini berjumlah 57 siswa dari kelas eksperimen 35 siswa dan kelas kontrol 22 siswa yang diambil dengan sistem undian. Instrument yang digunakan yaitu kuisioner dan tes uraian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistic deskriptif dan inferensial yaitu uji anava. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berwawasan Tri Hita Karana dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional yang dibuktikan dengan nilai thitung sebesar2,27 dan nilai ttabel sebesar 2,004 pada taraf signifikansi 5%, ini berarti thitung > ttabel. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT berwawasan Trii Hita Karana berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2018/2019. 


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
I Putu Hary Anggara Citragotra ◽  
Ni Wayan Arini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing berbasis Tri Hita Karana dan kelompok siswa yang dibelajarkan pada siswa kelas III di SD Gugus IV Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan post test only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III di Gugus IV Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Sampel diambil dengan cara random sampling melalui teknik undian, tetapi yang diundi adalah kelas. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar IPA. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan Independent Sample t-test. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing Berbasis Tri Hita Karana dan siswa yang dibelajarkan tidak dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing Berbasis Tri Hita Karana. Besarnya thitung sebesar 2,533, sedangkan, ttabel dengan dk = 54 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,0. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing Berbasis Tri Hita Karana dan siswa yang tidak belajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing Berbasis Tri Hita Karana pada siswa kelas III SD di Gugus IV Kecamatan Sawan Tahun Pelajaran 2016/2017 


2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Jasson Prestiliano ◽  
Debora Puspita Sarisih ◽  
Birmanti Setia Utami

Abstrak Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki khasanah budaya yang sangat luas dan kaya. Kebudayaan Bali memiliki filosofi yang mendalam, khususnya dalam pakaian adat dan rumah adatnya. Namun belum banyak pelaku seni modern, khususnya perancang seni game yang mengetahui makna dan filosofi setiap bentuk dan warna tersebut. Hal ini membuat mereka merancang sejauh yang mereka lihat saja. Penelitian ini membahas tentang perancangan asset game berbasis pixel art 2D dengan ciri khas Bali. Tujuan penelitian ini adalah membuat asset pixel art 2D dengan menggunakan ciri khas Jawa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan strategi linear. Didapatkan hasil bahwa Pakaian dan Rumah adat Jawa memiliki ciri khas yang berbeda-beda serta memiliki berbagai filosofi yang berbeda dalam setiap bentuknya, sehingga hasil perancangan ini dapat menjadi panduan desain pixel art 2D bagi para pengembang game dan perancang seni game agar tidak menghilangkan filosofinya. Manfaat untuk para pemain game hasil perancangan ini dapat memberikan ilmu budaya tentang pakaian adat dan rumah adat Bali.Kata Kunci: Kebudayaan Bali, Pakaian Adat Bali, Rumah Adat Bali, Aset game, pixel art 2D AbstractBali is one of the islands in Indonesia that has a rich and wide culture. Balinese culture has deep philosophy, especially in its traditional clothes and traditional houses. However, not many modern artist, especially game artist that know know the meaning and the philosophy of each form and color. This  reason made them design the art related to Bali only as far as they see. This study discusses the design of 2D pixel art based game assets with Balinese characteristics. This study uses qualitative methods and linear strategies. The result is that the clothes and traditional houses of Bali have different characteristics and have different philosophies in each form, so the results of this design can be a 2D pixel art design guide for game developers and game artist so they will not to eliminate the philosophy. The advantage for the game players will give them the cultural knowledge about Balinese traditional clothes and traditional houses.Keywords: Balinese culture, Balinese Traditional Clothes, Balinese Traditional House, Game Asset, Pixel Art 2D


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document