Dekonstruksi
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

16
(FIVE YEARS 16)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Jurnal Online Dekonstruksi

2797-233x, 2774-6828

Dekonstruksi ◽  
2021 ◽  
Vol 5 (01) ◽  
pp. 134-155
Author(s):  
Anna Sungkar
Keyword(s):  
New York ◽  

Karya Instalasi yang dimulai ketika pada tahun 1917 Marcel Duchamp meletakkan Urinoir pada sebuah pameran di New York, terus menjadi trend sampai saat ini. Karya Duchamp yang diberi judul “Fountain” itu menjadi cikal bakal pengembangan instalasi yang menjadi besar pada tahun 60an. Adanya kesalahpahaman bahwa seni instalasi yang umurnya sudah seabad itu sebagai suatu penemuan baru dalam senirupa, membuat segelintir komunitas seni di Indonesia belum merasa kontemporer kalau tidak membuat atau mengoleksi karya instalasi. Muncul pertanyaan, mengapa karya instalasi tidak pernah menjadi hit dalam art market.


Dekonstruksi ◽  
2021 ◽  
Vol 5 (01) ◽  
pp. 121-133
Author(s):  
Wahyudin

Sebuah roman sejarah pada dasarnya adalah mitos dan legenda yang memakai baju modern. Roman sejarah ini tidak hanya menarik dari segi teknik bertuturnya, tapi juga isi dan pesannya yang menantang untuk dibedah dengan pisau analisis struktural seperti yang dikembangkan oleh Claude Levi-Strauss. Arok-Dedes mengisahkan peristiwa kudeta pertama dalam sejarah Nusantara. Pramoedya merajut struktur narasi atau relasi penceritaannya berdasarkan kecenderungan ideologi yang dianutnya. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam pertikaian yang berlangsung menurut oposisi biner. Misalnya, oposisi Tunggul Ametung yang sudra-satria dengan kaum brahmana dimediasi oleh Ken Arok yang sudra-satria-brahmana. Perspektif itu tampaknya sejalan dengan pandangan Levi-Strauss tentang mitos. Menurutnya, setiap mitos merupakan suatu upaya mengingat kembali hal-hal yang telah lewat. Lebih dari itu, keberadaan mitos dalam suatu masyarakat adalah dalam rangka mengatasi atau memecahkan berbagai kontradiksi empiris yang tidak terpahami atau terpecahkan oleh nalar manusia.


Dekonstruksi ◽  
2021 ◽  
Vol 5 (01) ◽  
pp. 5-35
Author(s):  
Hendrik Boli Tobi

Setelah memperkaya pengetahuan di bidang filologi, Gadamer pada akhirnya mengembangkan kajian hermeneutika yang berujung pada terbitnya buku Truth and Method. Ketika itu gagasan positivisme dan perkembangan ilmu baru, yaitu sosiologi, perlahan-lahan mendominasi khazanah ilmu-ilmu humaniora. Dominasi itu akhirnya direspons dan dilawan oleh sejumlah filsuf yang menganggap bahwa positivisme mengabaikan dimensi manusia yang begitu kompleks dan berbeda sama sekali dengan obyek penelitian ilmu-ilmu alam. Gadamer mengkritik keyakinan bahwa hanya melalui metodologi ilmu-ilmu alam, manusia dapat mencapai kebenaran. Gadamer menawarkan diskursus humanisme di tengah kepungan dominasi metodologi untuk mengembangkan humaniora. Gadamer mengangkat empat konsep penting dari tradisi humanisme, yaitu Bildung, sensus communis, pertimbangan, dan selera.


Dekonstruksi ◽  
2021 ◽  
Vol 5 (01) ◽  
pp. 156-170
Author(s):  
Asmudjo J. Irianto

Dalam estetika otonom modernis, seni lukis menduduki peranan utama, apa yang disebut seni rupa modern tak lain adalah seni lukis. Kendati setelah itu, seni lukis berkali-kali dinyatakan “mati”—karena kehadiran fotografi, seni instalasi, heppening art, performance art, dan new media art—namun seni lukis membuktikan dirinya dapat terus hidup dan berkembang. Ketika membahas lukisan-lukisan Syakieb Sungkar, Asmudjo J. Irianto mengatakan, pada dasarnya seni lukis menjadi bagian penting dalam praktik seni rupa kontemporer global, demikian pula yang tampak dalam seni rupa kontemporer Indonesia. Seni lukis tetap menjadi primadona. 


Dekonstruksi ◽  
2021 ◽  
Vol 5 (01) ◽  
pp. 36-67
Author(s):  
Wicaksono Adi

Setelah Puputan Bali, Pemerintah kolonial Belanda membuat kebijakan Beliseering, sebagai strategi mempertahankan kuasa politik melalui program pelestarian budaya. Beliseering adalah suatu proyek depolitisasi Bali dengan membendung segala pengaruh agama non-Hindu sekaligus mengalihkan benih-benih gagasan nasionalistik ke ranah pengawetan kebudayaan. Hal itu berpengaruh pada karya-karya generasi ketiga seniman Bali yang menempuh pendidikan di akademi, khususnya di ISI Yogyakarta. Sebagian dari para perupa kembali pada semesta figural makhluk-makhluk mitologis dan dunia perwayangan, dan sebagian lagi menggarap elemen-elemen visual ideoreligius dengan teknik seni modern. Artinya, seniman Bali, termasuk para para pelukisnya, cenderung lebih dekat pada cara pandang kuasi-representasional ketimbang murni representasional. Apakah nantinya mereka akan kembali ke haribaan eksotisme dunia mitologis atau lebih ke pusaran dunia material sebagai bagian dari manifestasi kebudayaan modern? Boleh jadi juga mereka akan terus berada dalam garis tegangan antara modernitas dan tradisionalitas berikut menifestasi aktual yang juga terus berubah.


Dekonstruksi ◽  
2021 ◽  
Vol 5 (01) ◽  
pp. 106-120
Author(s):  
Chris Ruhupatty
Keyword(s):  

Artikel ini adalah sebuah pengantar kepada dekonstruksi. Harus diakui bahwa kita tidak dapat memahami apa itu dekonstruksi secara utuh. Tepatnya, kita hanya dapat menggambarkannya melalui kata atau teks yang-lain. Itulah mengapa artikel ini hanyalah sebuah pengantar atau hanya sebuah cara yang-lain untuk mengatakannya. “Dekonstruksi” itu sendiri adalah sebuah penyingkapan tentang realitas dari teks. Teks, sebagaimana dikatakan oleh tradisi filsafat Barat, adalah sebuah representasi dari dunia. Sebab itu, kita dapat memahami dunia secara utuh melalui teks. Jacques Derrida (1930-2004) pencetus dekonstruksi tidak setuju dengan gagasan itu. Baginya, kata atau teks tidak dapat menjelaskan dunia secara utuh. Teks perlu untuk didekonstruksi dalam usahanya untuk menjelaskan dunia. Dalam kerangka inilah, Derrida hendak menunjukkan kepada kita bahwa “dekonstruksi” itu sendiri tidak dapat dijelaskan menggunakan kata atau teks.


Dekonstruksi ◽  
2021 ◽  
Vol 5 (01) ◽  
pp. 94-105
Author(s):  
Novriantoni Kaharudin

Najib Mahfuz adalah orang yang lihai bermain lelucon atau anekdot. Plot kisahnya bahkan tidak selalu progresif, tapi terkadang juga regresif dan mundur ke belakang, terutama dalam bentuk gumaman dan suara batin tokoh-tokohnya. Salah satu ciri khas dari karya-karya Mahfuz adalah kerencaman alias kedetilan, kerumitan, dan kompleksitas watak tokoh-tokohnya. Trilogi Kairo adalah novel tiga jilid yang berjumlah sekitar 1500 halaman, yang merupakan potret dari kehidupan masyarakat Mesir dalam tiga zaman: masyarakat tradisional, masa peralihan dan kehidupan masyarakat modern. Orang yang membaca novel Mahfuz secara tuntas akan dibawa untuk mengarungi seluk-beluk peri kehidupan masyarakat Mesir yang tidak selalu mudah ditembus.


Dekonstruksi ◽  
2021 ◽  
Vol 5 (01) ◽  
pp. 76-93
Author(s):  
Nirwan Dewanto
Keyword(s):  

Frasa-frasa Chairil Anwar seperti “hidup hanya menunda kekalahan”, “nasib adalah kesunyian masing-masing”, dan “antara kita maut datang tidak membelah”—merupakan potongan filsafat yang menyaru ke dalam puisi, yang gemanya muncul lagi dalam sajak-sajak Sitor Situmorang dan Goenawan Mohamad. Namun sudah jelas bahwa filsafat atau intelektualisme sang penyair sudah sejak awal menentang “kesusastraan yang programatis”, yaitu yang “mendasarkan diri pada sesuatu dogma atau doktrin yang sudah diterima oleh suatu kaum sebagai kebenaran mutlak.” Menurut Nirwan Dewanto, puisi “Manusia Pertama di Angkasa Luar” dari Subagio Sastrowardoyo berhasil karena kekandasannya dalam berfilsafat dan laku hanyut ke dalam sentimentalitas. Ia berhenti menjadi representasi dari penerbangan luar angkasa maupun dari intelektualisme penyairnya sendiri. Ia sepenuhnya menjadi permainan belaka, verbal art form.


Dekonstruksi ◽  
2021 ◽  
Vol 5 (01) ◽  
pp. 179-202
Author(s):  
Syakieb Sungkar
Keyword(s):  

Penanggulangan kemiskinan di negara berkembang dilakukan dengan berbagai macam cara. Beberapa upaya dari negara diuraikan di sini, seperti memberikan solusi makro dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, pemberian kemudahan akses kredit perbankan, dan ada juga yang memberikan solusi secara mikro dengan memberikan bantuan langsung tunai (BLT) yang disebut sebagai program pendapatan dasar universal, karena transfer tunai diberikan secara merata ke setiap orang. Diuraikan pula solusi Microfinance seperti yang dilakukan Grameen Bank. Demikian pula pengiriman uang dari buruh migran terhadap keluarganya di tanah air juga dapat mengentaskan kemiskinan. Ada banyak keberhasilan dan tentu saja banyak terdapat kelemahan pada program-program tersebut yang menjadi ruang untuk perbaikan dan peningkatan keberhasilan.


Dekonstruksi ◽  
2021 ◽  
Vol 5 (01) ◽  
pp. 171-178
Author(s):  
I Gede Made Surya Darma

Melukis dengan menonjolkan bagian yang berlemak adalah suatu penghormatan untuk tubuh. Seluruh bagian tubuh memiliki sisi menariknya, karena kecantikan itu adalah bahasa universal yang tidak bisa hanya dinilai dengan ukuran bentuk. Semua unsur tubuh memiliki kelebihan dan daya tarik masing-masing. Dalam pengamatan I Gede Made Surya Darma, terlihat Syakieb tidak peduli dengan market. Ia menjadi kontemporer dengan gayanya sendiri: lingkungan dan peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari dituangkannya dalam kanvas, dengan kejujuran dan gaya jenaka.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document