Jurnal Wilayah dan Kota
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

26
(FIVE YEARS 5)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Universitas Komputer Indonesia

2685-9378, 2355-7281

2019 ◽  
Vol 6 (01) ◽  
pp. 29-37
Author(s):  
A. Gustiwan ◽  
Lia Warlina

Sukasirna Village is one of ten villages that existed in Kecamatan Sukaluyu. The area of Kecamatan Sukaluyu  is about 48.02 km2 or 4,802 ha. In the local Government Regulation No. 17 Year 2012 about Spatial Plan Kabupaten Cianjur in 2011 – 2031 set Kecamatan Sukaluyu bas set industrial zone. The research objectives area to identify land use change and it’s impact were to the economy of community in Desa Sukasirna. Data collection techniques were primary and secondary data collection. Primary data obtained from the results of observation and dissemination of questionnaires to the communities and farmers, while the secondary data obtained from relevant institutions agencies such as BAPPEDA, Badan Pusat Statistik, and the Office of Sukasirna Village. Method used for data analysis were descriptive analysis and overlay techniques for land use map in 2006, 2011, and 2016. The reseach resultan showed there was conversion of agricultural land into industrial land use. The area of agricultural land i.e ricefield in 2006 was 81.1 percent, in 2011 was 77 percent and in 2016, the area was 66.2 percent. The Langest conversion of agricultural land into industrial land was in 2011 to 2016 with an area of 57,37. The impact on livelihoods and people's income in 2016 had a decline in the number of farmers and there was an increasing livelihood of factory employees. The growth of industry increased the income of the community in 41 percent and additional income such as trading around the industrial area. Impacts on farmers led to a decrease in land ownership of farmers with a percentage of 48 percent, as well as other impacts on the environment were water pollution and air /sound pollution with a percentage of 70 percent.   Kata Kunci : Guna Lahan, Perubahan Guna Lahan, Pemukiman, dan Pemasukan


2019 ◽  
Vol 6 (01) ◽  
pp. 21-28 ◽  
Author(s):  
A. Hatta ◽  
Lia Warlina

ABSTRAK The research objective were to identify land use change in Kecamatan Cibadak and to describe the impact of land use change toward farmer’s income. This research used primary and secondary data. Primary data was collected by distribution of questionary, while secondary data was obtained from related intitutions.overlay technique was used to identify land use change. In other hand, descriptive analysis was use to describe land use change impact toward on farmer’s income. The total change of land use was 1,86 % in seven years (2006-2013). The total change of land use was 1,19 % in three years (2013-2016). The total income of land use type settlement was 33,112 ha in the ten years. However, the total change of agricultural land was 19,699 ha. It were 11 farmers who convert their land stated that theor income were in change deu to land conversion. Their agricultural land was converted into built area. The farmers still own the land and the culding or houses.   Kata Kunci : Guna Lahan, Perubahan Guna Lahan, Pemasukan


2019 ◽  
Vol 6 (01) ◽  
pp. 38-45
Author(s):  
N. J. Djami ◽  
Lia Warlina
Keyword(s):  

Pergerekan orang dan barang yang terjadi khususnya yang menuju Indonesia Timur  rata-rata yang terbesar adalah yang melalui Kota Surabaya. Pola pergerakan orang dan barang membuat Pergerakan yang tercipta dengan didukungnya dari faktor jasa transportasi yang memadahi membuat Kota Surabaya menjadi salah satu pintu atau penghubung antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola pergerakan orang dan barang antara Kota Surabaya dengan kota-kota di Indonesia Timur melihat dari data Asal Tujuan Transportasi Nasional (ATTN) yang berasal dari Kota Surabaya menuju kota-kota di Indonesia Timur terkhusus pada Kota Mataram, Kota Kupang, Kota Makassar, Kota Manado, Kota Ambon, dan Kota Sorong. Untuk metode penelitiannya penulis menggunakan metode Mixed Method atau meode campuran. Dan untuk analisisnya menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Dimana penulis hanya menggunakan data sekunder berupa data ATTN 2011, data RIPN 2016, data dari BPS masing-masing kota, dan studi literatur atau referensi lainnya seperti jurnal dan internet. pola pergerakan orang yang dari Kota Surabaya paling besar adalah Kota Mataram (88.957 orang/tahun) dan Kota Makassar (63.702 orang/tahun). Sedangkan untuk pergerakan barang yang dari Kota Surabaya paling besar adalah Kota Mataram (165.780 ton/tahun) dan Kota Makassar (145.096 ton/tahun). Sedangkan yang menuju Kota Surabaya baik orang maupun barang lebih di dominasi oleh pergerakan orang dan barang dari Kota Makassar dan Kota Mataram. Hubungan Pola pergerakannya dimana dilihat dari mikro dimana setiap Kota yang menjadi tujuan pergerakan orang dan barang tersebut merupakan Ibu Kota dan memilki bandaran berkelas Nasional dan Internasional, serta pelabuhan yang memiliki hirarki kelas utama dan kelas pengumpul. Sedangkan dari sektor makronya ketika di bandingkan maka pergerakan yang dari Kota Surabaya lebih besar yang menuju Indonesia Timur ketimbang pergerakan yang terjadi dari kota lainnya. Dari pergerakannya menyimpulkan bahwa Kota Surabaya merupakan kota penghubung yang menuju ke Indonesia Timur sehingga pertumbuhan di Indonesia timur ketimpangannya tidak terlalu jauh dari Indonesia bagian Barat   Kata Kunci : Ketimpangan Wilayah, Pola Pergerakan,  Hubungan  Pola Pergerakan  


2019 ◽  
Vol 6 (01) ◽  
pp. 14-20
Author(s):  
M.F. I. Alam ◽  
Lia Warlina

Tempat pemakaman umum (TPU) selain digunakan untuk kegiatan pemakaman, juga berfungsi sebagai RTH perkotaan. TPU yang ada di Kota Bandung sudah hampir penuh digunakan. Bahkan, 13 TPU yang ada dan memiliki luas lahan 1.454.955 m2 berdasarkan survey yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung kini 96% telah terisi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi penyediaan lahan tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Bandung berdasarkan pedoman dan peraturan yang terkait dengan pemakaman. Sasaran yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu teridentifikasinya kondisi eksisting penyediaan lahan pemakaman di Kota Bandung saat ini melalui aspek-aspek utama pada pemakaman yaitu penggunaan TPU, penggolongan TPU, fasilitas TPU, sebaran lokasi TPU, dan pengelolaan TPU, mengevaluasi lokasi pemakaman ditinjau berdasarkan pola lokasinya, yaitu berdasarkan lokasinya dalam konteks tata ruang dan kedekatannya dengan elemen kegiatan kota, dan mengevaluasi penyediaan lahan pemakaman di Kota Bandung yang mengacu pada standar dan peraturan yang berlaku terkait dengan pemakaman di kawasan perkotaan. Hasil penelitian menunjukkan dari 13 TPU di Kota Bandung terdapat tujuh TPU yang kritis karena keterbatasan lahan karena lahan pemakaman telah terisi penuh, dan terdapat enam TPU yang belum terisi penuh untuk pemakaman karena masih tersedia lahan. Berdasarkan evaluasi terhadap lokasi pemakaman berdasarkan konteks tata ruang dan elemen kegiatan yang berdekatan diketahui beberapa pemakaman yang secara lokasi tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987. Seluruh tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Bandung belum efektif menjadi salah satu elemen ruang terbuka hijau (RTH) publik karena masih minimnya fasilitas di setiap TPU dan juga masih banyaknya makam yang menggunakan perkerasan (tembok). Hal tersebut karena pengelolaan yang dilakukan oleh pihak pengelola dan kuantitas sumber daya manusia (pegawai) masih relatif rendah membuat kondisi TPU menjadi kurang tertib, nyaman, dan indah. Kata Kunci : Makam, Tempat Pemakaman Umum, Ruang Terbuka Hijau  


2019 ◽  
Vol 6 (01) ◽  
pp. 1-13
Author(s):  
Wisnu Pratama Moechtar ◽  
Lia Warlina

Alih fungsi lahan pertanian menjadi non-pertanian menjadi salah satu permasalahan yang ada di Kabupaten Karawang. Kondisi tersebut dikarenakan adanya laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi sehingga kebutuhan akan ruang semakin meningkat, terutama yang terjadi di Kecamatan Teluk Jambe Timur yang mulai terlihat mengalami alih fungsi lahan pertanian ke sektor jasa dan perdagangan pada tahun 2013-2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi  alih fungsi lahan yang terjadi, melihat persepsi masyarakat dan petani mengenai alih fungsi lahan yang terjadi serta melihat dampak yang diakibatkan oleh alih fungsi lahan di Kecamatan Teluk Jambe Timur. Metode penelitian digunakan analisis kuantitatif dan overlay peta Kecamatan Telukjambe Timur. Data primer melalui kuesioner serta data sekunder melalui dinas-dinas terkait dan studi literatur atau referensi lainnya. Dalam kurun waktu 5 tahun (2013- 2018) alih fungsi lahan pertanian yang terjadi di Kecamatan Teluk Jambe Timur, ada penurunan luas lahan pertanian sebesar 578,8 Ha (lahan kebun) dan 89,76 ha (lahan sawah). Namun disisi lain ada  penambahan guna lahan sektor jasa dan perdagangan yang sebelumnya tahun 2013 belum memiliki sektor jasa dan perdagangan, pada tahun 2018 bertambah memiliki sektor jasa dan perdagangan  dengan masing-masing luas lahan sebesar 54,74 Ha (sektor jasa) dan 39,88 Ha (sektor perdagangan).  Persepsi masyaraka tentang  kondisi lingkungan 47% berpendapat bahwa kondisi lingkungan semakin baik, sedangkan persepsi tentang persetujuan atas alihfungsi lahan terdapat  63% masyarakat tidak setuju dengan adanya alih fungsi lahan yang terjadi Kecamtan Teluk Jambe Timur.  Persepsi masyarakat tentang manfaat alih fungsi lahan masyarakat sebanyak 75% mendapatkan manfaat positif karena adanya alih fungsi lahan. Sebanyak 32% masyarakat menjawab manfaat yang dirasa karena dengan adanya lapangan pekerjaan baru. Sedangkan menurut petani, terdapat 40% berpendapat adanya peningkatan harga lahan pertanian menjadi penyebab adanya alih fungsi lahan.   Kata Kunci : Alih fungsi lahan, Persepsi Masyarakat dan Petani, Dampak


2018 ◽  
Vol 5 (02) ◽  
pp. 32-38
Author(s):  
Laelatul Arofah ◽  
Tatang Suheri

Kampung kota merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kota dan seringkali digambarkan dengan permukiman yang kumuh, berkepadatan tinggi dan tidak teratur. Kampung Kreatif Cibunut merupakan kampung kota yang berhasil direvitalisasi dengan konsep kampung kreatif berwawasan lingkungan. Kesadaran masyarakat kampung baik dari kalangan pemuda dan tokoh masyarakat merupakan bentuk gebrakan akan pentingnya memperhatikan dan menjaga lingkungan. Sehingga dalam penelitian ini mencoba mengkaji bagaimana pengembangan Kampung Cibunut menuju kampung kreatif. Untuk mencapai tujuan perlunya sasaran yakni, mengidentifikasi karakteristik masyarakat, permasalahan sebelum adanya inisiasi kampung kreatif, proses pengembangan menuju kampung kreatif menggunakan tahapan The Cycle of Urban Creativity serta mengidentifikasi peran stakeholder dalam pengembangan Kampung Cibunut sebagai kampung kreatif di Kota Bandung. Metode pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan case study. Metode analisis data pada penelitian ini adalah analisis isi, analisis stakeholder dan analisis pelayanan umum berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik masyarakat Kampung Cibunut ditinjuai berdasarkan aspek ekonomi dan aspek sosial yang meliputi kondisi sarana dan prasarana. Berdasarkan analisis pelayanan umum jumlah sarana yang sudah memenuhi SNI adalah sarana peribadatan, dengan jumlah 2 masjid dan 1 gereja dengan nilai SNI >1 yaitu 4.025764896. Selanjutnya proses pengembangan kampung kreatif Cibunut ditinjau berdasarkan tahapan The Cycle of Urban Creativity, konsep tersebut dilakukan dengan 5 tahapan yaitu pengembangan ide kreatif, realisasi ide kreatif, penguatan sistem pendukung, penyediaan ruang basis aktivitas kreatif serta evaluasi penerapan ide kreatif. Dalam prosesnya pengembangan kampung kreatif telah memenuhi setiap tahapan The Cycle of Urban Creativity. Dari hasil penelitian, terdapat beberapa aktor yang dapat diperhatikan dalam pengembangan kampung kreatif yang dapat diterapkan di wilayah lain diantaranya: kesiapan dari masyarakat kampung, keterlibatan seluruh pihak seperti komunitas, pemuda kampung, tokoh masyarakat kampung, dan pemerintah baik dari tingkat RT, RW, Kelurahan, Kecamatan maupun pemerintah kota serta diperlukan pendampingan dari pihak inisiator, edukator dan fasilitator untuk mengembangkan ide-ide kreatif sampai kampung tersebut siap untuk mengembangkan kampungnya sendiri.                                                                                                                                                         Kata Kunci: Kampung kota, Kampung kreatif, Cibunut, Proses, The Cycle of Urban Creativity


2018 ◽  
Vol 5 (02) ◽  
pp. 16-25
Author(s):  
Alit Aji Prastyo ◽  
Tatang Suheri

ABSTRAK Pemanfaatan ruang terbangun terjadi karena aktivitas manusia yang menimbulkan daya tarik sehingga memunculkan aktivitas-aktivitas baru dalam memanfaatkan ruang. Wilayah pesisir memiliki potensi yang tinggi untuk dimanfaatkan sebagai kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, maupun kawasan pariwisata. Karena tingginya potensi tersebut maka perlu adanya perlakuan khusus dalam pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah pesisir. Permasalahan yang terjadi di wilayah pesisir Kota Padang saat ini antara lain yaitu permukiman yang sangat dekat dengan laut, dan permasalahan lingkungan.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemanfaatan ruang terbangun yang ada di wilayah pesisir dengan melihat proporsi pemanfaatan ruang terbangun di wilayah pesisir pantai Padang bagian barat serta aktivitas didalamnya. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif dan kualitatif, overlay peta, persepsi masyarakat dengan metode Skala Likert. Data primer diambil melalui kuisioner dengan 100 respoden, data sekunder berasal dari instansi terkait dan studi literatur. Berdasarkan tinjauan kebijakan yaitu RTRW, RDTR, dan RPJMD wilayah pesisir pantai padang bagian barat diarahkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa serta kawasan pariwisata. Artinya pemanfaatan ruang terbangun di wilayah pesisir pantai padang bagian barat berorientasi kepada peningkatan perekonomian. Proporsi pemanfaatan ruang terbangun saat ini didominasi oleh kawasan permukiman kepadatan sedang yaitu 46,4%, kawasan perdagangan dan jasa 24,9%, kawasan permukiman kepadatan tinggi 12,3%. Pemanfaatan ruang terbangun juga dilihat dari persepsi masyarakat terkait prasarana dan sarana yang ada di wilayah studi. Diperoleh hasil persepsi masyarakat yaitu kondisi drainase 32,75% (Cukup), kondisi sarana angkutan umum 66,25% (Baik), Kondisi Limbah 31,25% (Cukup). Kata Kunci : Pemanfaatan Ruang Terbangun, Pengendalian, Persepsi Masyarakat.


2018 ◽  
Vol 5 (02) ◽  
pp. 9-15
Author(s):  
Faris Dzulfikar ◽  
Romeiza Syafriharti

ABSTRAK Kota Bandung adalah ibukota Provinsi Jawa Barat dengan tingkat kepadatan penduduk dan konsentrasi kegiatan yang tinggi. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui ukuran kekompakan perkotaan Kota Bandung serta hubugannya dengan karakteristik pergerakan penduduknya. Faktor pembangun dari ukuran kekompakan perkotaan di Kota Bandung diantaranya dilihat dari kepadatan penduduk, kepadatan pekerjaan, indeks guna lahan campuran, pelayanan fasilitas, panjang jalan, serta panjang trayek angkutan umum. Sedangkan karakteristik pergerakan penduduk dilihat dari jarak dan pemilihan moda menuju tempat kerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya analisis klaster hirarki untuk mengetahui klasifikasi tingkat urban compactness ditiap kelurahan Kota Bandung, serta analisis regresi linear berganda dan analisis crosstab untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari ukuran urban compactness terhadap karakteristik pergerakan penduduk di Kota Bandung. Didapat bahwa klasifikasi urban compactness tinggi dan rendah tersebar pada wilayah tengah wilayah studi Kota Bandung. Ada pula faktor-faktor dari ukuran urban compactness yang bertolak belakang dan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap karakteristik pergerakan penduduk di Kota Bandung.                                                                                                                                                          Kata Kunci: kekompakan perkotaan, karakteristik pergerakan, regresi linear berganda, crosstab


2018 ◽  
Vol 5 (02) ◽  
pp. 26-31
Author(s):  
Annisa I. Nurshiam ◽  
Romeiza Syafriharti

ABSTRAK Kota Bandung menjadi pusat tujuan orang melakukan pergerakan yang didominasi dengan maksud bekerja. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan perjalanan antar tata guna lahan dengan menggunakan sistem jaringan transportasi. Setiap guna lahan memiliki keberagaman yang berbeda, dari keberagaman itu akan menghasilkan karakteristik pergerakan yang berbeda. Transportasi dan tata guna lahan mempunyai hubungan yang sangat erat. Agar tata guna lahan dapat terwujud dengan baik maka kebutuhan akan transportasinya harus terpenuhi dengan baik, sistem transportasi yang buruk tentunya akan mempengaruhi aktivitas tata guna lahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkajimpemilihan moda berdasarkan guna lahan campuran di tempat tinggal, distribusi pergerakan, dan karakteristik sosio-demografi. Metode yang digunakan untuk menghitung klasifikasi guna lahan yaitu dengan persamaan entropi dan analisis komparasi untuk membandingkan perbedaan dua kelompok atau lebih. Hasil dari penelitian ini yaitu guna lahan campuran sama sekali tidak berpengaruh terhadap karakteristik pergerakan pada masyarakat dengan maksud bekerja di lingkungan tempat tinggalnya. Dari tiga klasifikasi guna lahan campuran (tinggi,sedang,rendah) pemilihan moda dengan maksud bekerja didominasi oleh kendaraan pribadi khususnya sepeda motor.                        Kata Kunci: Pemilihan Moda, Distribusi Pergerakan, Karakteristik Sosio-Demografi


2018 ◽  
Vol 5 (02) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Anugrah Putra Sopiandy ◽  
Tatang Suheri

ABSTRAK Sub wilayah kota (SWK) Karees merupakan kawasan bagian perkotaan yang berada pada pertengahan Kota Bandung dengan kegiatan yang cukup padat pada zona tersebut. Dalam RTRW Kota Bandung SWK Karees termasuk pada wilayah dengan kepadatan tinggi di Kota Bandung wilayah barat. Hal tersebut akan mengakibatkan adanya aktivitas yang mempengaruhi pemanfaatan pola ruang termasuk terjadinya penyimpangan pemanfaatan pola ruang. Penyimpangan yang terjadi dapat berupa pemanfaatan tidak sesuai dengan RDTR yang telah ditetapkan, pemanfaatan ruang terlalu padat (pemukiman padat) yang mengakibatkan menjadi kawasan kumuh. Pemanfaatan ruang tentu tidak terlepas dari peraturan daerah yang mengatur secara keseluruhan.  Adapun sasaran dalam penelitian untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu: Identifikasi pemanfaatan dan penyimpangan pemanfaatan ruang di SWK Karees Zona B2. Mengetahui zonasi mana saja dan berapa luasan pemanfaatan dan penyimpangan pola ruang  yang terjadi di SWK Karees Zona B2 Kota Bandung. Dan mengetahui peran kelembagaan terhadap pengendalian penyimpangan pola ruang di SWK Karees Zona B2. Metode SIG bertujuan untuk menjelaskan kondisi ruang serta menjelaskan pola spasial di wilayah studi. Serta untuk menyajikan data pemanfaatan dan pengendalian pola ruang dengan membandingkan kondisi eksisting ruang dengan dokumen rencana seperti RTRW dan RDTR Kota Bandung.  Pemanfaatan pola ruang dilakukan dengan melakukan observasi lapangan dengan menunjukan bahwa tidak sama dengan Rencana detail Tata Ruang Kota Bandung. Masih beberapa zona tidak sepenuhnya memanfaatkan rencana tersebut. Diantara penyimpangan yang terjadi dari zonasi yang telah dibagi menjadi empat bagian. Pengendalian pemanfaatan pola ruang dapat dilakukan dengan stakeholder yang terkait baik pemerintah daerah, investor maupun pemangku kepentingan lain.                Kata Kunci : Pemukiman Kumuh,  Pemukiman Liar, dan pengendalian pemukiman


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document