Impact of mass human migration during Chinese New Year on Beijing urban heat island

2017 ◽  
Vol 37 (11) ◽  
pp. 4199-4210 ◽  
Author(s):  
Jingjing Dou ◽  
Shiguang Miao
2015 ◽  
Vol 60 (11) ◽  
pp. 1038-1041 ◽  
Author(s):  
Jingyong Zhang ◽  
Lingyun Wu ◽  
Fang Yuan ◽  
Jingjing Dou ◽  
Shiguang Miao

2020 ◽  
Author(s):  
Jingjing Dou ◽  
Shiguang Miao

<p>The Chinese New Year (CNY, also called Spring Festival), which officially lasts for 7 days, is the most important holiday in China. Chinese people in large cities usually return to their hometowns for family reunions before the CNY holiday and return afterward. Nearly half of Beijing’s population has been reported to leave the city for family reunions before the CNY holidays in the past several years. Hourly automatic weather station (AWS) data during CNY 2010-2015 were used to analyze the changes in the temporal and spatial distribution of the Beijing urban heat island intensity (UHII) and the impact of mass human migration on urban temperature. Soil moisture, 10-m wind speed, and cloud cover were considered and indicated nearly no change during the pre-CNY period (2 to 4 weeks before CNY) and CNY week, which means that UHII variation was mainly affected by the mass human migration. Daily UHII during CNY week was lower than during pre-CNY period. UHII for daily maximum temperature decreased by 55% during CNY week than the pre-CNY period (0.6 °C during pre-CNY period vs. 0.27 °C during CNY week) due to mass human migration, which was much larger than the reduction in UHII for the daily maximum temperature (5%, 4.34 °C during the pre-CNY period vs. 4.11 °C during the CNY week). The spatial distribution of the UHII difference between CNY week and the pre-CNY period is closely related to the locations of functional population zones. UHII for daily maximum temperature decreases most (80%, 0.40 °C during the pre-CNY period vs. 0.08 °C during the CNY period) between the Third and Fourth Ring Roads (RRs), an area which experiences high human activity and has the highest floating population percentage. This study can provide suggestions for optimizing the layout of urban space and land-use structures.</p>


2020 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 99
Author(s):  
Dewi Miska Indrawati ◽  
Suharyadi Suharyadi ◽  
Prima Widayani

Kota Mataram adalahpusat dan ibukota dari provinsi Nusa Tenggara Barat yang tentunya menjadi pusat semua aktivitas masyarakat disekitar daerah tersebut sehingga menyebabkan peningkatan urbanisasi. Semakin meningkatnya peningkatan urbanisasi yan terjadi di perkotaan akan menyebabkan perubahan penutup lahan, dari awalnya daerah bervegetasi berubah menjadi lahan terbangun. Oleh karena itu, akan memicu peningkatan suhu dan menyebabkan adanya fenomena UHI dikota Mataram.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan kerapatan vegetasi dengan kondisi suhu permukaan yang ada diwilayah penelitian dan memetakan fenomena UHI di Kota Mataram. Citra Landsat 8 OLI tahun 2018 yang digunakan terlebih dahulu dikoreksi radiometrik dan geometrik. Metode untuk memperoleh data kerapatan vegetasi menggunakan transformasi NDVI, LST menggunakan metode Split Window Algorithm (SWA) dan identifikasi fenomena urban heat island. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan kerapatan vegetasi mempunyai korelasi dengan nilai LST. Hasil korelasi dari analisis pearson yang didapatkan antara kerapatan vegetasi terhadap suhu permukaan menghasilkan nilai -0,744. Fenomena UHIterjadi di pusat Kota Mataram dapat dilihat dengan adanya nilai UHI yaitu 0-100C. Semakin besar nilai UHI, semakin tinggi perbedaan LSTnya.


2019 ◽  
Vol 3 ◽  
pp. 641
Author(s):  
Nafisatul Baroroh ◽  
Pangi Pangi

Secara fisik, perkembangan perkotaan dapat terlihat dari perubahan penduduknya yang semakin bertambah dan semakin padat. Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Kota Surakarta tahun 2000 yaitu sebesar 490.214 jiwa dan meningkat ±23.957 jiwa di tahun 2016. Pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang pesat akan menyebabkan perubahan penggunaan lahan demi menunjang aktifitas penduduk yang seringkali mengakibatkan benturan kepentingan sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan. Hal itu disebabkan oleh semakin terdesaknya alokasi lahan untuk vegetasi. Perubahan lahan vegetasi yang tergantikan oleh jalan, bangunan dan struktur lain akan lebih banyak menyerap panas matahari dan memantulkannya, sehingga menyebabkan suhu permukaan di kota naik. Akibatnya semakin banyak titik-titik panas yang terbentuk sehingga menyebabkan perubahan unsur-unsur cuaca dan iklim sebagai pemicu terjadinya Urban Heat Island (UHI). Sesuai dengan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan penutup lahan dan kerapatan vegetasi terhadap Urban Heat Island di Kota Surakarta. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan pengolahan data spasial. Berdasarkan hasil dari analisis menunjukkan bahwa jenis penutup lahan yang mendominasi adalah permukiman dan lahan terbangun, serta kelas kerapatan vegetasi didominasi oleh vegetasi jarang. Kemudian untuk distribusi suhu permukaan di Kota Surakarta secara keseluruhan tahun 1994, 2000 dan 2017 nilainya berubah, dimana rentang suhunya berkisar antara 21 C – 24 C (terendah) sampai dengan 34 C – 37 C (tertinggi). Perubahan suhu yang terjadi inilah mengindikasikan terjadinya fenomena Urban Heat Island di Kota Surakarta. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disumpulkan bahwa terdapat perubahan jenis penutup lahan dan juga kelas kerapatan vegetasi yang terjadi terhadap Urban Heat Island di Kota Surakarta.


2017 ◽  
Vol 16 (9) ◽  
pp. 2097-2111 ◽  
Author(s):  
Mohanadoss Ponraj ◽  
Yee Yong Lee ◽  
Mohd Fadhil Md Din ◽  
Zainura Zainon Noor ◽  
Kenzo Iwao ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document