In Search of Economic Order: French Predecessors of Adam Smith

1987 ◽  
pp. 185-210 ◽  
Author(s):  
Robert F. Hébert
Keyword(s):  
Author(s):  
Christopher W. Calvo

This chapters argues that Henry Carey was the most important economist of the antebellum period. Carey united protectionism into a single, coherent economic ideology. His most significant theoretical accomplishment is the assertion of human agency in the natural economic order, as described by Adam Smith and the British classicists. Carey inverts the relationship between man and nature, making humanity sovereign over what the British economists described as an unbending natural order. For Carey, man is no longer subject to nature’s will; rather humanity controls the natural economic order, extracting from it an economics of affluence that is distinct to the American experience.


1990 ◽  
Vol 33 (2) ◽  
pp. 305-322 ◽  
Author(s):  
Julian Hoppit

The history of economic ideas in Britain is dominated by a great tradition which in its early stages focuses on Adam Smith. For the century before the publication of the Wealth of nations in 1776, economic ideas are most often studied in relation to the ‘arrival’ of Smith and commented on with regard to the degree to which they may be considered precursors of his ideas. Though this imposes a sense of order and establishes some principles with which to select from the vast range of economic writings, the dangers of certain whiggishness in this approach are readily apparent. Writers can appear to be winners or losers depending on the extent to which their ideas were denied, adapted or adopted by Smith and the other classical economists.1 Such problems have been acknowledged by many historians, not least by those who have fruitfully examined the political and philosophical bases of the emergence of political economy, particularly with regard to the Scottish enlightenment. Despite this, the force of the great tradition remains very strong. The authors and ideas that are examined are the ‘major’ ones, that is to say contributions that were, or attempted to be, either comprehensive or clearly attached to what, with hindsight, were the main strands of development. The emphasis has been upon theories or systematic explanations of the economic order. Not surprisingly the unsystematic and more casually formulated reflections of non-economists and ‘amateurs’, such as Defoe, are often swept under the carpet, even if their ideas on economic matters were more widely disseminated (and perhaps more influential) at the time. Consequently, our perception of economic ideas between the Restoration and the Wealth of nations continues to be highly and perhaps atypically selective.


Author(s):  
Leonidas Montes
Keyword(s):  

2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Chairul Amni

Perencanaan persediaan bahan baku merupakan salah satu peranan yang sangat penting dalam dunia industri untuk meningkatkan permintaan pasar. Sebuah perencanaan produksi akan berjalan dengan baik jika di dukung dengan adanya persediaan bahan baku yang memadai. Persediaan bahan baku juga memberikan kontribusi biaya yang cukup besar sehingga komponen biaya ini juga perlu untuk dikendalikan. Melihat pentingnya fungsi perencanaan produksi dan pengendalian persediaan bahan baku, maka perlu adanya usaha untuk mengelolanya secara efisien untuk mendapatkan hasil yang optimal. Perencanaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting dilakukan untuk mendukung proses produksi, sehingga tidak terjadi masalah seperti keterlambatan pengiriman barang kepada konsumen, dan pemborosan biaya bahan baku. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pengendalian bahan baku yang diterapkan serta untuk mengetahui jumlah ekonomis bahan baku pada setiap kali pemesanan yang di analisis dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity). Dari penelitian ini mendapatkan hasil yang menunjukkan bahwa penggunaan metode EOQ dalam pemesanan bahan baku jauh lebih optimal dan efisien dibanding metode yang selama ini diterapkan, terlihat dari selisih total biaya pemesanan bahan baku pada tepung mencapai 1,21% (404.950 rupiah) selisih pada bahan baku gula 0,02% (4.450 rupiah) dan selisih biaya pada pemesanan ragi dan garam sebesar 14,31% yaitu sebesar Rp. 82.500 untuk Ragi dan Rp. 8.250 untuk selisih pemesanan garam. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode EOQ mempuanyai hasil baik dalam melakukan pemesanan bahan baku sehingga bahan baku untuk produksi tidak mengalami penumpukan dan tidak mengalami kekosongan dalam gudang.


2017 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 710-724
Author(s):  
Dewi Rosa Indah ◽  
Elsayus Yulia Risasti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengendalian persediaan bahan baku pada PT. Tri Agro Palma Tamiang. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan metode Economic Order Quantity, stok pengaman dan titik pesan kembali. Berdsarkan hasil analisis Kuantitas pembelian yang optimum menurut kebijakan perusahaan adalah 248,78 Ton pertahun. Sedangkan berdasarkan metode Economic Order Quantity kuantitas pembelian yang optimum adalah 470,68 ton. Frekuensi pembelian yang optimum menurut kebijakan perusahaan adalah 312 kali, sedangkan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity yaitu 165 kali. Total biaya persediaan dengan menggunakan kebijakan perusahaan adalah Rp.5.425.172 setelah menggunakan metode Economic Order Quantity dapat mengefisiensikan besarnya biaya persediaan perusahaan yaitu Rp. 4.482.274. Sementara itu untuk persediaan pengaman dan titik pemesanan kembali menurut kebijakan perusahaan tidak ada, sedangkan menurut perhitungan metode Economic Order Quantity besarnya persediaan pengaman adalah sebanyak 1.106,74 Ton dan titik pemesanan ulang sebesar 1.355,52 Ton.


2019 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Rizki Ahmad Fauzi ◽  
Rudi Hartono

Mengendalikan persediaan dengan tepat bukanlah hal yang mudah. Jumlah persediaan yang terlalu besar akan mengakibatkan timbulnya dana yang dikeluarkan menjadi terlalu besar, selain itu resiko kerusakan bahan baku juga menjadi lebih besar. Namun bila persediaan terlalu sedikit akan mengakibatkan terjadinya kekurangan persediaan yang menghambat proses produksi. Metode pengendalian persediaan yang dibandingkan dalam penelitian ini yakni metode Economic Order Quantity (EOQ). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengendalian persediaan bahan baku benang ada PT. Indonesia Wacoal yang efektif dan efisien agar tercapai hasil produksi yang optimal menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Metode EOQ adalah metode perhitungan yang mengidentifikasi kuantitas pemesanan atau pembelian optimal dengan tujuan meminimalkan biaya persediaan yang terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Perhitungan data yang digunakan adalah data mulai tahun 2014 hingga Agustus 2016. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa total biaya persediaan bahan baku benang polina polina yang harus dikeluarkan perusahaan lebih besar bila dibandingkan dengan total biaya persediaan yang dihitung menurut metode EOQ. Terjadi penghematan pada tahun 2014 pada benang polina 110 (998) sebesar Rp 3.760.889 tahun 2015 sebesar Rp 2.565.837 dan tahun 2016 sebesar Rp 10.993.200. Pada tahun 2014 pada benang polina 110 (999) sebesar Rp 2.225.378 tahun 2015 sebesar Rp 1.857.287 dan tahun 2016 sebesar Rp 3.928.178. pada tahun 2014 pada benang polina 110 (997) sebesar Rp 3.959.323 tahun 2015 sebesar Rp 4.874.495 dan tahun 2016 sebesar Rp 6.117.023. Kata kunci: Bahan Baku, Economoic Order Quantity, Persediaan


Author(s):  
Craig Smith

Adam Ferguson was a Professor of Moral Philosophy at the University of Edinburgh and a leading member of the Scottish Enlightenment. A friend of David Hume and Adam Smith, Ferguson was among the leading exponents of the Scottish Enlightenment’s attempts to develop a science of man and was among the first in the English speaking world to make use of the terms civilization, civil society, and political science. This book challenges many of the prevailing assumptions about Ferguson’s thinking. It explores how Ferguson sought to create a methodology for moral science that combined empirically based social theory with normative moralising with a view to supporting the virtuous education of the British elite. The Ferguson that emerges is far from the stereotyped image of a nostalgic republican sceptical about modernity, and instead is one much closer to the mainstream Scottish Enlightenment’s defence of eighteenth century British commercial society.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document