Storm water management technology US Environmental Protection Agency, Noyes Data Corp., Park Ridge, NJ, 1993, 375 pages, price US$ 48.00, ISBN 0-8155-1327-5

1994 ◽  
Vol 38 (2) ◽  
pp. 334
Author(s):  
G Bennett
2017 ◽  
Vol 22 (2) ◽  
pp. 351-360
Author(s):  
Luís Filipe de Oliveira Girão ◽  
Nuno Eduardo da Cruz Simões ◽  
José Alfeu Almeida de Sá Marques ◽  
João Paulo Correia Leitão ◽  
Rui Daniel Pina

RESUMO: As inundações urbanas estão se tornando cada vez mais frequentes, de tal forma que a União Europeia publicou a Diretiva 2007/60/CE no sentido de mitigar as consequências relacionadas com este fenômeno e de impor limites à concentração de poluentes nas águas pluviais. O objetivo deste artigo foi apresentar uma modelação dos sistemas de drenagem em situação de inundações, baseada no software da United States Environmental Protection Agency (EPA), Storm Water Management Model (SWMM), em que o estudo de caso é analisar um sistema de drenagem urbana unitário, inserido na Zona Central de Coimbra, em Portugal. Recorrendo à metodologia Automatic Overland Flow Delineation (AOFD) para a geração de uma rede de drenagem superficial e implementando-a no SWMM, obteve-se um modelo de drenagem dual, que permite a análise do escoamento em situação de inundações, incluindo o controle de escoamento entre a superfície e a rede de coletores e a modelação da qualidade da água à superfície. Este modelo permite quantificar a carga poluente à superfície, relativamente ao parâmetro de sólidos suspensos totais, para um evento de precipitação extrema.


Teknik ◽  
2018 ◽  
Vol 38 (2) ◽  
pp. 119
Author(s):  
Mohammad Lutfi Ariwibowo ◽  
S Suripin ◽  
Pranoto Samto Atmojo

Tataguna  lahan  di  Sub  Daerah  Aliran  Sungai  (DAS)  Banjaran  telah mengalami perubahan yang cukup tinggi selama  kurun  waktu  1995  sampai  2001. Lahan sawah berkurang 1.759,28 hektar menjadi 1.603,97 hektar, tegalan berkurang  289,54 hektar menjadi 283,32 hektar dan permukiman bertambah 1.284,36  hektar menjadi 1.445,88 hektar. Alih fungsi lahan ini mengakibatkan banjir sering terjadi. Beberapa kali Sungai Banjaran meluap menyebabkan banjir di permukiman dan ruas jalan. Kajian pengaruh perubahan lahan terhadap debit banjir perlu dilakukan sehingga peningkatan debit banjir dapat dikendalikan.Tujuan penelitian ini menganalisis debit banjir secara periodik sesuai dengan perubahan tata guna lahan yang terjadi berdasarkan data hidrologi dan parameter DAS. Perhitungan debit banjir dilakukan dengan kalibrasi Environmental Protection Agency – Storm Water Management Model( EPA-SWMM), yaitu metode Hidrograf Observasi (debit terukur) yang  dikalibrasi dengan metode Nash. Analisis perubahan lahan menggunakan peta tataguna lahan tahun 2005, Citra Satelit Quick Bird tahun 2010 dan 2014 yang berbasis Geography Information System (GIS). Penggunaan citra satelit resolusi tinggi Quick Bird  memenuhi ketepatan dalam menentukan daerah impervious dan pervious sertamorfometri DAS sebagai parameter utama dalam input EPA-SWMM. Model yang telah terkalibrasi digunakan untuk simulasi debit rencana  sampai periode ulang  50  tahun.Perubahan  lahan  selama tahun  2005-2014  permukiman meningkat sebesar 10,98 ha (2,39 %), luas hutan menurun 1,67 ha (0,07%), telah mengakibatkan kenaikan debit banjir Q2  sampai Q50  tahun. Besarnya debit dan kenaikannya berturut-turut sebagai berikut : Q2  tahun sebesar 3,08 m3/dtk (2,16 %), Q5 tahun sebesar 3,5 m3/dtk (1,87 %), Q10 tahun sebesar 3,72 m3/dtk (1,7 %), Q25 tahun sebesar 3,94 m3/dtk (1,60 %) dan Q50 tahun sebesar 4,13 m3/dtk (1,50 %).  Volume banjir terjadi peningkatan yakni: Q2 tahun sebesar 0,57 % (10. 106 ) liter, Q5 tahun sebesar 0,45 % (12.106 ) liter, Q10 tahun sebesar 0,42 % (13. 106) liter, Q25 tahun sebesar 0,33 % (12.106) liter dan Q50 tahun sebesar 0,35 % (14.106) liter. Usaha pengendalian banjir pada periode ulang 50 tahun (Q50) yang disimulasikan mampu menurunkan debit banjir antara lain : penegakkan hukum  sebesar 14,43 m3/dtk (5 %), embung sebesar 20,9 m3/dtk  (7,1 %) dan sumur resapan sebesar 31,18 m3/dtk (10,73 %). Skenario RTRW sebesar 26,3 m3/dtk (9,05 %), kombinasi sumur resapan dan penegakan hukum sebesar 45,92 m3/dtk (15,81 %) dan kombinasi embung dan penegakan hukum sebesar 40,58 m3/dtk (13,97 %). Dari hasil simulasi diperoleh pembuatan sumur resapan, kombinasi sumur resapan dan penegakan hukum, kombinasi embung dan penegakan hukum mampu menurunkan debit banjir sampai pada Q25


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document