scholarly journals The phonologisation of redundancy: length and quality in Welsh vowels

Phonology ◽  
2017 ◽  
Vol 34 (1) ◽  
pp. 121-162
Author(s):  
Pavel Iosad

‘Phonologisation’ is a process whereby a phonetic phenomenon enters the phonological grammar and becomes conceptualised as the result of categorical manipulation of phonological symbols. I analyse the phonologisation of a predictable phonological pattern in Welsh, with particular attention to identifying criteria for whether phonologisation has occurred. I argue for a model where phonologisation experiences bottom-up and top-down biases. From the bottom up, there is pressure to phonologise phenomena with a categorical distribution; from the top down, there exist formal constraints on featural specification. I focus on the requirement for featural specifications to obey the Contrastivist Hypothesis, which denies that redundant features can be involved in phonological computation, in the context of a framework with emergent features. I suggest that the Contrastivist Hypothesis provides a useful boundary condition for emergent-feature theories, whilst independent phonologisation criteria provide contrastivist approaches with a more solid conceptual underpinning.

PsycCRITIQUES ◽  
2005 ◽  
Vol 50 (19) ◽  
Author(s):  
Michael Cole
Keyword(s):  
Top Down ◽  

Author(s):  
Sadari Sadari ◽  
Nurhidayat Nurhidayat ◽  
Rafiqah Rafiqah
Keyword(s):  
Top Down ◽  

Humanisme religius telah mengantarkan pada era kesadaran bahwa peradaban manusia harus memiliki dua arus yang saling menunjang. Selama ini arus balik dalam bidang ekonomi hanya menonjolkan arus balik vertikal atas kebawah (model top down) yang didominasi oleh sistem ekonomi kapitalis dan sosialis, sedangkan di sisi lain mengesampingkan arus balik vertikal dari bawah ke atas (model bottom up) yang didominasi oleh sistem ekonomi syariah, sehingga dampaknya adalah adanya kesenjangan ekonomi yang sangat tajam. Paper ini mewujudkan peran penting, yakni menghubungkan dua arus tersebut secara timbal-balik, yakni mempertemukan arus pertama dengan arus balik kedua, sehingga akan menghasilkan dampak yang positif, progresif, kreatif dan produktif, kemudian pada akhirnya akan dapat meng-optomal-kan ekonomi syariah untuk menciptakan goodgovernance, post goodgovernance secara berkelanjutan, tentunya dengan bantuan peran media kontemporer yang kian update. Ekonomi syariah juga merupakan pilar dan nilai dasar, dari sikap keyakinan dan sikap rasionalitas untuk sanggup menciptakan terwujudnya pemberdayaan dan kesejahteraan sekaligus pengentasan kemiskinan dalam masyarakat di Indonesia.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document