scholarly journals Biologi Kematangan Gonad Tiga Spesies Utama Pelagis Kecil Yang Mendarat Di Bitung

2019 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 113
Author(s):  
ACHMAD ZAMRONI ◽  
ADI KUSWOYO

Hasil tangkapan pukat cincin berukuran <10 GT yang mendarat di Bitung didominasi oleh ikan pelagis kecil. Ikan pelagis kecil tersebut didominasi oleh ikan malalugis/layang biru (Decapterus macarellus), ikan selar bentong/tude (Selar crumenophthalmus) dan ikan banyar (Rastrelliger kanagurta) yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Hal ini menyebabkan eksploitasi tiga spesies tersebut meningkat sehinggi terindikasi stok ikan-ikan tersebut menurun (hasil tangkapan dan laju tangkap tahun 2016 lebih rendah dari tahun 2015). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kondisi biologi kematangan gonad terhadap tiga spesies utama pelagis kecil yang mendarat di PPS Bitung tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga spesies ikan pelagis kecil yang diamati sebagian besar dalam kondisi belum matang gonad (TKG 1, TKG 2 dan TKG 3). Ukuran ikan rata-rata tertangkap (Lc) masing-masing adalah pada panjang cagak 24,6 cm, 19,5 cm dan 22, 95 cm. Ukuran pertama kali matang seksual (Lm) masing-masing adalah pada panjang cagak 26,6 cm, 23,1 cm dan 25,5 cm. Tiga spesies ikan yang diamati tersebut mempunyai sifat pemijahan memijah sebagian (partial spawner).

2015 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 51
Author(s):  
Dian Oktaviani ◽  
Bertha Matatar ◽  
Duto Nugroho

Tersedianya data dan informasi tentang musim pemijahan merupakan salah satu komponen biologi yang berperan penting bagi perlindungan sedian induk dalam rangka menjamin kelangsungan sumber daya ikan secara berkelanjutan. Ikan Lema merupakan ikan pelagis kecil yang termasuk dalam Genus Rastrelliger dengan sifat reproduksinya dikelompokkan sebagai partial spawner. Kelompok jenis ini sulit untuk ditentukan puncak musim pemijahannya karena tingkat kematangan sexual IV ditemukan setiap bulan. Oleh karena itu, suatu upaya penelitian telah dilakukan untuk mengetahui karakteristik ovarium tingkat IV dan hasilnya dapat dijadikan indikator yang ditujukan untuk menentukan puncak musim pemijahan jenis ikan Lema yang tergolong sebagai partial spawner. Ikan lema Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1816) merupakan hasil tangkapan utama nelayan di Teluk Mayalibit yang beroperasi dengan perahu tanpa motor yang dilengkapi dengan lampu pada periode gelapbulan. Pengukuran dilakukan pada kurun waktu bulan Maret 2011 sampai dengan Februari 2012. Pengamatan terhadap sejumlah 656 specimen ovarium tingkat IV dengan rerata 55 spesimen/bulan) yang telah dikumpulkan pada periode tersebut. Analisis makroskopik difokuskan terhadap gonad betina (ovarium) pada tingkat IV yang diklasifikasikan sebagai ovarium translucent. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai frekuensi sampel bulanan terhadap ovarium translucent (51 – 100 % hydrated oocyte) memperlihatkan bahwa puncak musim pemijahan terjadi pada September (15,4 % dan 24,0 %), Oktober (12,8 dan 9,4 %), dan November (17,9 % dan 13,2 %). Temuan ini memberikan indikasi nyata bahwa tingginya frekuensi kejadian ovarium translucent dapat dijadikan indikator penentuan puncak musim pemijahan.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 30-37
Author(s):  
Muhammad Luthfi Alif Putera ◽  
Isdrajad Setyobudiandi

Ikan kembung lelaki merupakan ikan ekonomis penting yang banyak dinikmati masyarakat. Tingkat permintaan yang beresiko menurunkan ketersediaan stok dan dapat menggangu kemampuan reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek biologi reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) yang dipengaruhi suhu permukaan air laut di daerah penangkapan ikan perairan Selat Sunda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2018. Data primer yang diperoleh dengan menggunakan teknik Penarikan Contoh Acak Berlapis (PCAB). Total ikan yang diambil selama penelitian sebanyak 546 ekor. Nisbah kelamin ikan kembung lelaki senilai 1:0,65 dengan dominansi ikan jantan. Fekunditas ikan kembung lelaki berkisar pada 2314-96924 butir telur dengan rata-rata 24075 butir telur. Puncak pemijahan ikan kembung lelaki pada bulan Juli dan Agustus dengan tipe pemijahan partial spawner. Ikan kembung lelaki jantan mencapai ukuran pertama kali matang gonad (Lm) pada ukuran 193,8 mm dan betina 177,9 mm. Pola kematangan gonad ikan selama per 6 bulan dipengeruhi oleh nilai suhu permukaan laut.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Rika Agustina ◽  
Rita Sunartaty ◽  
Teuku Makmur

Coconut frond ash is one of the wastes from coconut trees which has not been maximally utilized. Coconut frond ash contains MgCl2 and KCl so that it can be used as a salt substitute in the process of preserving fish. In this study coconut frond ash was used as a basic ingredient for making dried mackerel with a long time of drying to storage. The purpose of this study was to determine the effect of drying time on mackerel storage. The research design used was a Randomized Block Design (RCBD) with 2 factors studied. The first factor is the drying time consists of 3 levels, namely P1 = 3 days, P2 = 4 days, P3 = 5 days. The second factor is storage which consists of 3 levels, namely S1 = 30 days, S2 = 60 days, S3 = 90 days. Each treatment was repeated 2 times to obtain 18 experimental units to observed hedonic tests. From the results of the study it can be stated that the treatment has a very significant effect (P≥0.01) on the hedonic test which includes (color, aroma, taste and texture).


2015 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 21
Author(s):  
Kamaluddin Kasim ◽  
Setiya Triharyuni ◽  
Arief Wujdi

Klorofil-a banyak ditemukan pada fitoplankton dan menjadi indikator kesuburan perairan. Keberadaan fitoplankton ditandai dengan kandungan klorofil-a yang tinggi dan diikuti oleh keberadaan zooplankton yang akhirnya mempengaruhi keberadaan organisme perairan lainnya seperti ikan pelagis kecil maupun ikan pelagis besar sebagai suatu rantai makanan. Interaksi antara konsentrasi klorofil-a terhadap keberadaan dan konsentrasi ikan pelagis di Laut Jawa belum banyak diketahui. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan interaksi antara klorofil-a terhadap konsentrasi ikan pelagis. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data runtun waktu hasil tangkapan beberapa jenis pelagis besar dan kecil yang didaratkan di PPI Pekalongan tahun 2007-2011 serta data runtun waktu konsentrasi klorofil-a dari perairan utara Jawa yang diperoleh dari informasi sekunder.Metode analisis korelasi linear sederhana (bivariate correlation) digunakan untukmengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar variabel klorofil-a dan konsentrasi ikan pelagis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan layang (Decapterus russelli) paling nyata mendapat pengaruh dari konsentrasi klorofil-a (P<0,05) dan berkorelasi positif terhadap konsentrasi klorofil-a dengan nilai koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,56, sedangkan ikan pelagis lainnya berkorelasi negatif. Ikan tongkol (Euthynnus affinis) posisinya menempati rantai makanan paling tinggi sebagai pemangsa, mempunyai korelasi positif (r = 0,5) terhadap Rastrelliger kanagurta dan r = 0,56 terhadap Amblygaster sirm.Chlorophyll-a is a light-absorbing pigment that can be found in photosynthetic organisms such as algae and phytoplankton. The evidence of phytoplankton that indicated by high contents of chlorophyll-a may followed the evidence of zooplankton and other micro aquatic organism as a food chain component. An overview of interrelationships between chlorophyll-a and pelagic fishes in the waters around Java Sea have not much investigated. The research was attempted to study the interaction between chlorophyll-a abundance and the abundance of small and large pelagic as well as relationship among small and large pelagic as prey-predators component. Research conducted by collecting time series catch data of small and large pelagic species landed at PPI Pekalongan during the period of 2006-2012, as well as the data of chlorophyll-a abundance through previous research studies. The results showed that layang (Decapterus russelli) was the most significant species that positively correlated to abundance of chlorophyll-a (P < 0.05) with value of r = 0.6. while others pelagic species have negative correlation. As a predator species, tongkol (Euthynnus affinis) was positively correlated ( r = 0.5) to the abundance of banyar (Rastrelliger kanagurta) as well as juwi (Amblygaster sirm) with r value 0.56.


2017 ◽  
Vol 8 (4) ◽  
pp. 7
Author(s):  
Suwarso Suwarso ◽  
Tuti Hariati

lkan pelagis kecil merupakan hasil tangkapan utama di Laut Jawa, terutama dari perikanan purse seine; enam jenis paling dominan yaitu: layang (Decapterus russelli), deles (D. maciosoma), banyar (Rastrelliger kanagurta), bentong (Selar crurnenophthalmus), siro (Ambligasfer slrm), dan lembang (Sardinella gibbosa). Penentuan kohor dan dugaan laju pertumbuhan diri ke enam jenis tersebut dilakukan berdasarkan data frekuensi panjang yang terkumpul selama Mei 1991 sampai Desember 1993 dari hasil tangkapan purse seine.


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 9
Author(s):  
Zenty Islamiati ◽  
Zairion Zairion ◽  
Mennofatria Boer

Ikan layur merupakan salah satu ikan ekonomis penting dan telah menjadi komoditas ekspor. Permintaan yang terus meningkat menyebabkan peningkatan upaya penangkapan yang dapat mengancam ketersediaan sumberdaya ikan layur. Penelitian ini bertujuan menganalisis aspek biologi reproduksi ikan layur di Teluk Palabuhanratu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2017. Pengambilan ikan contoh menggunakan metode penarikan contoh acak sederhana. Ukuran ikan layur yang diteliti sebanyak 639 ekor dengan nisbah kelamin antara jantan dan betina sebesar 1:2,20 atau didominasi ikan betina. Potensi reproduksi ikan layur betina tergolong tinggi dengan rata-rata 13 018 butir telur. Musim pemijahan ikan layur diduga terjadi selama periode pengamatan dan puncak pemijahan terindikasi terjadi pada bulan Juni dengan tipe pemijahan partial spawner. Ikan layur jantan mencapai ukuran pertama kali matang gonad (Lm) lebih awal dibandingkan dengan ikan layur betina, yaitu pada ukuran 641,37 mm untuk jantan dan 755,28 mm untuk betina.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 51-57
Author(s):  
Dwi Muninggar Pratiwi ◽  
Yonvitner Yonvitner ◽  
Achmad Fahrudin

Rezim pengelolaan perikanan perikanan Indonesia saat ini masih dianggap memiliki rezim open acces, dimana pemanfaatan dapat dilakukan oleh semua orang. Hal ini menyebabkan upaya penangkapan ikan di Selat Sunda juga tinggi dan penangkapan ikan terus mengalami peningkatan. Alat tangkap yang digunakan sangat beragam sehingga memiliki potensi penangkapan yang tidak terkendali. Saat ini, hasil tangkapan yang diperoleh dari berbagai jenis alat tangkap mengalami penurunan, baik jumlah maupun ukuran tertangkap yang semakin kecil. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kerentanan sumberdaya ikan terhadap dinamika suhu permukaan laut di Perairan Selat Sunda berdasarkan data produktivitas dan suseptabilitas. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2018. Ikan contoh diperoleh di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan, Banten. Metode untuk analisis kerentanan, yaitu analisis produktivitas dan suseptibilitas (PSA). Hasil nilai PSA ikan kurisi, kembung lelaki, kuniran dan selar kuning menunjukkan bahwa tingkat resiko kerentanan rendah (<1,6). Ikan kurisi (Nemipterus japonicus), kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), kuniran (Upeneus moluccensis), dan selar kuning (Sardinella leptolepis) memiliki kemampuan yang tinggi untuk mempertahankan populasinya dari aktivitas penangkapan. Hasil indeks kerentanan menunjukkan bahwa ikan selar kuning memiliki nilai paling tinggi dibandingkan dengan ketiga ikan lainnya karena fekunditas dan pola rekrutmen yang rendah.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document