scholarly journals Perilaku Seksual Remaja SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru Tahun 2012

2013 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 55-60
Author(s):  
Hastuti Marlina ◽  
Buchari Lapau ◽  
Ezalina .

Perilaku seksual remaja merupakan segala bentuk tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk perilaku seksual remaja dimulai dari tingkat yang kurang intim sampai dengan yang paling intim (melakukan hubungan seksual). Remaja usia 15-24 tahun yang melakukan hubungan seksual sebanyak 66,55% secara global, 2,2% di Malaysia, 45% di Provinsi Riau dan 44,23% di Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional study. Sampel adalah 1000 orang remaja SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru. Prosedur pengambilan sampel dengan cara systematic random sampling, pengambilan data menggunakan kuesioner dan analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji chi-square dan multivariat dengan uji regresi logistic ganda. Hasil penelitian menunjukkan proporsi remaja yang melakukan perilaku seksual berisiko sebanyak 280 orang (28%). Variabel yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja adalah pengawasan orang tua (OR:115; 95%CI: 13,24-999, 72), mitos tentang seks (OR:12; 95%CI:2,61-57,32), gaya hidup (OR: 8; 95%CI: 1,35-47,46) dan jenis kelamin (OR: 0,2; 95%CI: 0,06-0,61), variabel yang tidak berhubungan dengan perilaku seksual remaja adalah tempat tinggal selama bersekolah dan variabel yang lainnya merupakan counfounding dengan variabel dependen maupun independen. Sebaiknya diharapkan ada kerja sama institusi kesehatan dengan Dinas Pendidikan dalam hal memberikan penyuluhan baik itu kepada orang tua, guru dan remaja itu sendiri mengenai bahaya perilaku seksual, penyakit menular seksual, mitos tentang seks dan sebagainya.

2013 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 55-60
Author(s):  
Hastuti Marlina ◽  
Buchari Lapau ◽  
Ezalina .

Perilaku seksual remaja merupakan segala bentuk tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk perilaku seksual remaja dimulai dari tingkat yang kurang intim sampai dengan yang paling intim (melakukan hubungan seksual). Remaja usia 15-24 tahun yang melakukan hubungan seksual sebanyak 66,55% secara global, 2,2% di Malaysia, 45% di Provinsi Riau dan 44,23% di Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional study. Sampel adalah 1000 orang remaja SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru. Prosedur pengambilan sampel dengan cara systematic random sampling, pengambilan data menggunakan kuesioner dan analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji chi-square dan multivariat dengan uji regresi logistic ganda. Hasil penelitian menunjukkan proporsi remaja yang melakukan perilaku seksual berisiko sebanyak 280 orang (28%). Variabel yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja adalah pengawasan orang tua (OR:115; 95%CI: 13,24-999, 72), mitos tentang seks (OR:12; 95%CI:2,61-57,32), gaya hidup (OR: 8; 95%CI: 1,35-47,46) dan jenis kelamin (OR: 0,2; 95%CI: 0,06-0,61), variabel yang tidak berhubungan dengan perilaku seksual remaja adalah tempat tinggal selama bersekolah dan variabel yang lainnya merupakan counfounding dengan variabel dependen maupun independen. Sebaiknya diharapkan ada kerja sama institusi kesehatan dengan Dinas Pendidikan dalam hal memberikan penyuluhan baik itu kepada orang tua, guru dan remaja itu sendiri mengenai bahaya perilaku seksual, penyakit menular seksual, mitos tentang seks dan sebagainya.


2019 ◽  
Vol 14 (3) ◽  
pp. 257-261
Author(s):  
Ufra Musyahidah ◽  
Sriwahyuni Sriwahyuni ◽  
Darwis Darwis

Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar, sehingga disebut usia emas (golden age) yang perlu dioptimalkan karena anak berkembang dari berbagai aspek. Menurut WHO, 2016 mengungkapkan bahwa 250 juta, atau 43%, anak-anak di negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak mengalami perkembangan penuh. Salah satu cara meningkatkan kognotif anak dengan cara bermain mengenal warna. Kemampuan mengenal warna berkaitan dengan perkembangan kognitif, yang dapat mengembangkan kemampuan otak anak untuk berpikir. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara bermain mengenal warna dengan perkembangan kognitif anak di TK Frater Bakti Luhur Makassar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study. Pengambilan sampel menggunakan systematic random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 48 anak. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisa menggunakan chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang baik dalam bermain mengenal warna berjumlah 34 responden, dimana terdapat 32 responden (94,1%) yang mengalami perkembangan kognitif dan 2 responden (5,9%) yang tidak mengalami perkembangan kognitif. Sedangkan responden yang kurang dalam bermain mengenal warna berjumlah 14 responden, dimana terdapat 9 responden (64,3%) yang mengalami perkembangan kognitif dan 5 responden (35,7%) yang tidak mengalami perkembangan kognitif dengan p=0,017. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara bermain mengenal warna dengan perkembangan kognitif anak di TK Frater Bakti Luhur Makassar.


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 217
Author(s):  
Widiya Tussakinah ◽  
Masrul Masrul ◽  
Ida Rahman Burhan

Gastritis adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan s ubmukosa lambung. Gastritis dapat mengalami kekambuhan yang dipengaruhi oleh pola makan dan stres. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan pola makan dan tingkat stres terhadap kekambuhan gastritis pada masyarakat wilayah kerja puskesmas Tarok kota Payakumbuh tahun 2017. Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan desain cross-sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gastritis Puskesmas Tarok kota Payakumbuh tahun 2017. Terdapat sembilan puluh sampel yang diambil dengan teknik systematic random sampling. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner untuk mendapatkan data pola makan, tingkat stres dan kekambuhan gastritis responden. Data dianalisis dengan Chi-square untuk pola makan dan kekambuhan gastritis dan Kruskall-wallis untuk tingkat stres dan kekambuhan gastritis. Hasil univariat didapatkan prevalensi kambuh (55,6%), sampel dengan pola makan kurang baik (20%) dan sampel dengan tingkat stres berat (26,7%). Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara pola makan dengan kekambuhan gastritis (p=0,000) dan juga ada hubungan antara tingkat stres dengan kekambuhan gastritis (p=0,000). Simpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara pola makan dan tingkat stres dengan kekambuhan gastritis pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Tarok kota Payakumbuh tahun 2017.


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 217
Author(s):  
Widiya Tussakinah ◽  
Masrul Masrul ◽  
Ida Rahman Burhan

Gastritis adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan s ubmukosa lambung. Gastritis dapat mengalami kekambuhan yang dipengaruhi oleh pola makan dan stres. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan pola makan dan tingkat stres terhadap kekambuhan gastritis pada masyarakat wilayah kerja puskesmas Tarok kota Payakumbuh tahun 2017. Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan desain cross-sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gastritis Puskesmas Tarok kota Payakumbuh tahun 2017. Terdapat sembilan puluh sampel yang diambil dengan teknik systematic random sampling. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner untuk mendapatkan data pola makan, tingkat stres dan kekambuhan gastritis responden. Data dianalisis dengan Chi-square untuk pola makan dan kekambuhan gastritis dan Kruskall-wallis untuk tingkat stres dan kekambuhan gastritis. Hasil univariat didapatkan prevalensi kambuh (55,6%), sampel dengan pola makan kurang baik (20%) dan sampel dengan tingkat stres berat (26,7%). Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara pola makan dengan kekambuhan gastritis (p=0,000) dan juga ada hubungan antara tingkat stres dengan kekambuhan gastritis (p=0,000). Simpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara pola makan dan tingkat stres dengan kekambuhan gastritis pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Tarok kota Payakumbuh tahun 2017.


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 172-181
Author(s):  
Nikodemus Sili Beda ◽  
Dianri Nistia Salutondok ◽  
Dianri Nistia Salutondok

  Keberhasilan mahasiswa dapat dilihat dari prestasi belajar yang ditempuh selama beberapa waktu. Faktor internal berperan penting dalam pencapaian prestasi belajar yang baik. Berdasarkan data yang didapatkan, dapat dilihat pencapaian nilai >2,75 dan <2,75 sangat berbeda tipis. Jika tidak segera dicegah maka kemungkinan besar jumlah prestasi belajar yang baik akan menurun. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan faktor internal mahasiswa dengan prestasi belajar. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analyticdengan pendekatan Cross Sectional study. Populasi penelitian ini adalah semua mahasiswa program DIII tingkat II dengan jumlah sampel sebanyak 66 responden yang diambil dengan menggunakan teknik probability sampling melalui pendekatan systematic random sampling. Hasil penelitian menggunakan uji Chi Square (pearson Chi-Sqaure) dengan nilai X2hitung=45,438, nilai X2tabel=7,815 dan juga diperoleh nilai p=0.000 dimana nilai α=0.05. hal ini menunjukkan bahwa x2hitung> x2tabel dan nilai p <α, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara faktor internal mahasiswa dengan prestasi belajar. Oleh karena itu disarankan kepada mahasiswaagar lebih kritis dalam memilih dan mengambil keputusan yang berkaitan dengan faktor internalnya sehingga tidak berpengaruh kepada prestasi belajarnya.   Kata Kunci      : Fakor Internal Mahasiswa, Prestasi Belajar            


2013 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 117-121
Author(s):  
Yulrina Ardhiyanti

Pengetahuan  remaja mengenai kesehatan reproduksi di kota Pekanbaru cukup rendah yang dibuktikan dengan adanya data yang diperoleh dari PKBI Kota Pekanbaru mengenai kasus aborsi di kalangan remaja sebanyak 21,2 %. Kasus HIV/AIDS, Kota Pekanbaru merupakan kasus AIDS tertinggi dan kasus HIV pada kelompok remaja merupakan urutan ketiga tertinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor–faktor yang berhubungan dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri Se–Kota Pekanbaru tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional study. Jumlah sampel 250 orang remaja SMA Negeri Se–Kota Pekanbaru. Prosedur pengambilan sampel dengan cara systematic random sampling, pengambilan data menggunakan kuesioner dan analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji chi–square, multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian diperoleh sebagian besar pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi kurang baik sebanyak 161 orang (64,4 %), variabel yang berhubungan dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi adalah peran orang tua (OR : 1,982; 95 % CI : 1,127–3,487), variabel yang tidak berhubungan dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi adalah pengaruh teman sebaya, peran guru, peran petugas kesehatan dan akses media massa. Sebaiknya diupayakan agar orang tua meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, menjalin kedekatan dengan anak dan menentukan kapan waktu yang tepat untuk memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sehingga informasi yang diperoleh merupakan yang pertama sebelum anak mendapatkannya dari yang lain


Jurnal Ners ◽  
2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 35-52
Author(s):  
GUSMAN VIRGO

Dalam lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015, dinyatakan bahwa untuk mengurangi risiko kesakitan dan kematian pada balita dengan kekurangan Vitamin A, pemerintah menyelenggarakan kegiatan pemberian Vitamin A dalam bentuk kapsul vitamin A biru 100.000 IU bagi bayi usia 6-11 bulan, kapsul vitamin A merah 200.000 IU untuk anak balita usia 12-59 bulan, dan ibu nifas (Kemenkes, 2017). Desa Beringin Lestari berada dibawah target pencapaian yakni hanya 30,60% untuk pemberian vitamin A warna biru dan 43,10% dan 69,03% untuk pemberian vitamin A warna merah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor- faktor yang berhubungan dengan pemberian vitamin A pada balita di posyandu Desa Beringin Lestari wilayah kerja Puskesmas Tapung Hilir 1 Kabupaten Kampar Tahun 2018. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2018 dengan jumlah sampel 66 orang balita diperoleh dengan menggunakan teknik Systematic Random Sampling. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita (6-59 bulan) yang berkunjung ke posyandu Desa Beringin Lestari wilayah kerja Puskesmas Tapung Hilir 1 Kabupaten Kampar pada bulan Januari – Desember tahun 2017. Teknik pengumpulan data kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariate dengan uji Chi Square. Hasil penelitian didapatkan variabel yang berhubungan dengan pemberian vitamin A pada balita adalah variabel pengetahuan ibu nilai (p=0,015) dan variabel keaktifan balita dalam berkunjung ke posyandu nilai (p=0,000). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah peran kader nilai (p=0,203). Kesimpulan terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dan keaktifan balita dalam berkunjung ke posyandu dengan Pemberian Vitamin A pada Balita di posyandu Desa Beringin Lestari wilayah kerja Puskesmas Tapung Hilir 1 Kabupaten Kampar Tahun 2018. Disarankan diadakan penyuluhan secara berkala mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemberian vitamin A dan meningkatkan peran kader dalam pemberian vitamin A pada balita.


Author(s):  
Nurardhi Putra Kusuma ◽  
Ridwan Amiruddin ◽  
Lalu M Saleh

ABSTRAKPeriklanan televisi anti rokok merupakan bagian terpenting dalam kampanye. Sementara media sosial saat ini sukses menciptakan lingkungan media baru, namun masih sedikit yang diketahui tentang hubungan antara media sosial dan kampanye anti rokok. Media sosial tidak hanya dilakukan untuk promosi rokok, kampanye anti rokok juga terlihat ramai melalui media sosial, sehingga menjadikan media sosial sebagai medan perang baru dalam perang antara pro tembakau dan anti-tembakau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan media sosial terhadap awareness (kesadaran) remaja akan bahaya rokok bagi kesehatan. Jenis penelitan yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Populasi adalah seluruh siswa kelas X dan XI yang berasal dari 10 sekolah  sebanyak 5368 siswa. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Systematic Random Sampling dengan besar sampel 359 orang. Analisis data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji chi square, multivariat dengan menggunakan (Path Analysis) Analisis Jalur. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan konten yang diakses melalui media sosial (p = 0,001, dan tidak ada hubungan frekuensi mengakses media sosial (ρ=0,785), durasi mengakses media sosial (p = 0,781), jumlah media sosial yang aktif digunakan (p = 0.502) dengan awareness (kesadaran) remaja akan bahaya rokok bagi kesehatan. Berdasarkan hasil analisis jalur variabel konten signifikan (p = 0.013) terhadap awareness (kesadaran) dengan nilai koefisien 0.101. Perlunya peran pemerintah dalam hal ini pengembang/provider  memperkuat konten/isi tentang informasi bahaya rokok pada media sosial.


2011 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 155-162
Author(s):  
Nurvi Susanti ◽  
Mitra Mitra

Laporan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2011 menunjukkan bahwa dari 19 Puskesmas yang ada di Pekanbaru, jumlah lansia terbanyak berada di wilayah kerja Puskesmas Garuda Pekanbaru (7360 orang), sedangkan jumlah kunjungan lansia (cakupan) hanya 14% dari total lansia yang ada. Cakupan ini masih jauh dari target yang diharapkan yaitu 70%. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanaan posyandu lansia. Desain penelitian adalah cross sectional study dengan sampel sebanyak 199 orang lansia. Cara pengambilan sampel adalah Systematic Random Sampling. Analisis bivariat menggunakan uji chi square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel yang berhubungan signifikan dengan pemanfaatan pelayanaan posyandu lansia adalah sikap (POR: 6,08 95%CI:1,57-23,51), jarak (POR:0,26 95%CI:0,12-0,56), kader (POR:5,06 95%CI: 2,36-10,86), dan pendidikan (POR:2,52 95%CI:1,24-5,14). Variabel dukungan keluarga merupakan variabel konfounding (POR:2,00 95%CI:0,87-4,59). Disarankan pada instansi terkait perlunya dilakukan upaya untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia melalui promosi dan penyuluhan tentang pemanfaatan posyandu lansia serta meningkatkan pelayanan di posyandu sehingga lansia termotivasi untuk mengunjungi posyandu lansia. 


2019 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 25-31
Author(s):  
Baharuddin Sunu ◽  
Hanafi Abdul Kadir ◽  
Ardi Ardi

Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang dan sampai saat ini masih merupakan salah satu penyakit endemis dan masih sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di masyarakat. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah merupakan penelitian observasional dengan menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional study), yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara factor sociodemografi (pendidikan, pekerjaan) dan sanitasi lingkungan (pembuangan air limbah, pembuangan sampah dan penyediaan air bersih) dengan kejadian diare di puskesmas bara baraya Makassar. Populasi penelitian adalah penduduk yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas Bara-baraya kota Makassar dengan jumlah penduduk sebesar 2.310 jiwa dan jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 209 kk dengan cara systematic random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner. Analisis statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara faktor pendidikan, pekerjaan, pembuangan air limbah, pembuangan sampah dan penyediaan air bersih terhadap kejadian diare pada masyarakat. Disarankan agar adanya upaya promotif seperti penyuluhan secara berkelanjutan dan usaha peningkatan sanitasi lingkungan di daerah tersebut.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document