scholarly journals Model Pembelajaran IPS Terintegrasi Nilai-Nilai Catur Guru sebagai Civic Intelligence di Bali

2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Lianda Dewi Sartika ◽  
Hermanu Joebagio ◽  
Susanto Susanto
Keyword(s):  

Materi lokal yang relevan dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, Pemerintah Republik Indonesia telah mengatur dengan membuat regulasi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2013 mengenai potensi muatan lokal dalam pembelajaran. SMP PGRI 1 Denpasar Provinsi Bali telah menindaklanjuti dengan mengembangkan pembelajaran IPS terintegrasi nilai-nilai Catur Guru sebagai kecerdasan warganegara. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2019 hingga Februari 2020 dengan mengunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan adanya daya dukung dan intersection nilai-nilai Catur Guru, IPS, pendidikan nasional serta juga Civic Intelligence menjadi kunci keberhasilan model pembelajaran IPS terintegrasi nilai-nilai Catur Guru. Hal ini dikarenakan nilai-nilai Catur Guru sangat relevan dan dekat dengan lingkungan peserta didik. Dukungan dari pemerintah, satuan pendidikan serta daya inovatif-kreativitas guru IPS memegang peranan penting untuk mencapai ini semua

2020 ◽  
Author(s):  
Titis Thoriquttyas ◽  
Meidi Saputra ◽  
Imamul Huda ◽  
Yusuf Hanafi ◽  
Nila Zaimatus

In Indonesia, the dissemination of religious radicalism not only occurs in educational institutions but has also spread into other social institutions. In the scope of higher education, the National Counter Terrorism Agency (BNPT) released the results of their research in 2018, indicate the emergence of radicalism in several state universities. Although several other parties questioned the details of BNPT’s findings, the research made “politics of fear” after explicitly labelling seven well-known state universities exposed to radical ideology. This research is directed to formulate the learning innovation on Islamic Religious Education (IRE) based Civic Intelligence using the Values Clarification Technique (VCT) learning model as an effort to strengthen religious moderation. This research is classified into the research and development (R&D) model which conducted at State University of Malang (UM) and the development model used the ADDIE model. The result revealed that the mapping for religious moderation after getting treatment can be grouped into five categories (very high: 9.97%, high: 9.30%, moderate: 51.82%, low: 26.57% and very low: 2.32%). Keywords: Civic Intelligence, Moderation, Islamic Religious Education


2004 ◽  
Vol 24 (2) ◽  
pp. 231-243 ◽  
Author(s):  
Eva Elliott ◽  
Gareth Williams

2021 ◽  
Author(s):  
Habibah

Sistem politik Indonesia dewasa ini sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan politik nasional, melainkan juga terhadap dinamika sistem-sistem lain yang menunjang penyelenggaraan kehidupan kenegaraan. Pembangunan sistem politik yang demokratis tersebut diarahkan agar mampu mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan makin mempererat persatuan dan kesatuan Indonesia yang akan memberikan ruang yang semakin luas bagi perwujudan keadilan sosial dan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan politik pada hakikatnya adalah rangkaian usaha untuk menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, agar tingkah laku politik warga negara dalam kesehariannya selalu berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar NRI 1945.Permasalahan yang di hadapi adalah partisipasi politik generasi muda belum dimaksimalkan dan generasi muda masih belum paham akan sesungguhnya pendidikan politik, sehingga partisipasi politik masih rendah, hal tersebut dikatakan Affandi dan Anggraeni (2011: 39) :…generasi muda merupakan aset partisipasi dalam politik yang masih belum dimaksimalkan. Generasi muda masih belum paham akan sesungguhnya pendidikan politik yang ada. Alhasil, partisipasi terhadap politik pun masih rendah.Pendidikan politik menginginkan agar siswa berkembang menjadi warganegara yang baik, yang menghayati nilai-nilai dasar yang luhur dari bangsanya dan sadar akan hak dan kewajibannya di dalam kerangka nilai-nilai tersebut, untuk itu pendidikan kewarganegaraan perlu diajarkan di sekolah dengan alasan bahwa siswa memerlukan pengertian yang lebih mendalam mengenai nilai-nilai politik baik sebagai kerangka berpikir dalam mengambil keputusan maupun sebagai landasan dalam diskusi umum.Dalam konteks ini peranan dan tanggungjawab sekolah seyogianya mampumemperkuat kebajikan siswa dan kesadaran sebagai warga negara dan membantu siswa untuk melihat kesesuaiannya dari aspek kewarganegaraan dalam kehidupannya. Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan didalamnya terdapat pengembangan kompetensi warga negara untukmembentuk partisipasi siswa sebagai bagian dari warga negara yang bermutu dan bertanggungjawab. Pendidikan Kewarganegaraan berperan penting dalam kegiatan menjelaskan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan siswa dalam nilai-nilai politik.Suryadi (2000:24) menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan menekankan pada empat hal Pertama, Pendidikan Kewarganegaraan bukan lagi sebagai indoktrinasi politik. Kedua, Pendidikan Kewarganegaraan mengembangkan state of mind, pembangunan karakter bangsa merupakan proses pembentukan warga negara yang cerdas serta berdaya nalar tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan memusatkan perhatian pada pembentukan kecerdasan (civic intelligence), tanggungjawab (civic responsibility), dan partisipasi (civic participation) warga negara sebagai landasan untuk mengembangkan nilai dan perilaku demokrasi. Ketiga, Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu proses pencerdasan, pendekatan mengajar yang selama ini seperti menuangkan air kedalam gelas watering down seharusnya diubah menjadi pendekatan yang lebih partisipatif dengan menekankan pada latihan penggunaan nalar dan logika.Keempat, Pendidikan Kewarganegaraan sebagai laboratorium demokrasi, sikap dan perilaku demokratis perlu berkembang.Winataputra (2001:317) memandang bahwa:Pendidikan Kewarganegaraan dalam paradigma baru mengusung tujuan utama mengembangkan “civic competences” yakni civic knowledge(pengetahuan dan wawasan kewarganegaraan), civic disposition (nilai, komitmen, dan sikap kewarganegaraan), dan civic skills (perangkat kecakapan intelektual, sosial, dan personal kewarganegaraan) yang seyogianya dikuasai oleh setiap individu warga negara.Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) berkaitan dengan materi substansi yang seharusnya diketahui oleh warga negara berkaitan dengan hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Pengetahuan ini bersifat mendasar tentang struktur dan sistem politik, pemerintah dan sistem sosial yang ideal sebagaimana terdokumentasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta nilai-nilai universal dalam masyarakat demokratis serta cara-cara kerjasama untuk mewujudkan kemajuan bersama dan hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat global.


Author(s):  
Jaroslav Kral ◽  
Michal Zemlicka

Business intelligence is the most powerful part of enterprise information systems (ERP). It is shown that the absence of the counterpart of business intelligence in e-government called civic intelligence (CI) has important negative consequence that are probably more severe than the absence of business intelligence for enterprises. Missing CI threatens the prosperity of countries and nations as it has crucial negative effects on social processes like the quality of education, health-care research, and research and control of economic processes. Data security of CI is an issue. Current practices of data security are to a high degree equivalent to virtual massive data shredding. It is a big obstacle for the development of CI. An architecture of CI allowing satisfactory level of data security is proposed in chapter 15, together with organizational and legislative preconditions of CI, and the barriers of CI are analyzed.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document