scholarly journals Sumber politik pendidikan pancasila

2021 ◽  
Author(s):  
Habibah

Sistem politik Indonesia dewasa ini sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan politik nasional, melainkan juga terhadap dinamika sistem-sistem lain yang menunjang penyelenggaraan kehidupan kenegaraan. Pembangunan sistem politik yang demokratis tersebut diarahkan agar mampu mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan makin mempererat persatuan dan kesatuan Indonesia yang akan memberikan ruang yang semakin luas bagi perwujudan keadilan sosial dan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan politik pada hakikatnya adalah rangkaian usaha untuk menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, agar tingkah laku politik warga negara dalam kesehariannya selalu berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar NRI 1945.Permasalahan yang di hadapi adalah partisipasi politik generasi muda belum dimaksimalkan dan generasi muda masih belum paham akan sesungguhnya pendidikan politik, sehingga partisipasi politik masih rendah, hal tersebut dikatakan Affandi dan Anggraeni (2011: 39) :…generasi muda merupakan aset partisipasi dalam politik yang masih belum dimaksimalkan. Generasi muda masih belum paham akan sesungguhnya pendidikan politik yang ada. Alhasil, partisipasi terhadap politik pun masih rendah.Pendidikan politik menginginkan agar siswa berkembang menjadi warganegara yang baik, yang menghayati nilai-nilai dasar yang luhur dari bangsanya dan sadar akan hak dan kewajibannya di dalam kerangka nilai-nilai tersebut, untuk itu pendidikan kewarganegaraan perlu diajarkan di sekolah dengan alasan bahwa siswa memerlukan pengertian yang lebih mendalam mengenai nilai-nilai politik baik sebagai kerangka berpikir dalam mengambil keputusan maupun sebagai landasan dalam diskusi umum.Dalam konteks ini peranan dan tanggungjawab sekolah seyogianya mampumemperkuat kebajikan siswa dan kesadaran sebagai warga negara dan membantu siswa untuk melihat kesesuaiannya dari aspek kewarganegaraan dalam kehidupannya. Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan didalamnya terdapat pengembangan kompetensi warga negara untukmembentuk partisipasi siswa sebagai bagian dari warga negara yang bermutu dan bertanggungjawab. Pendidikan Kewarganegaraan berperan penting dalam kegiatan menjelaskan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan siswa dalam nilai-nilai politik.Suryadi (2000:24) menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan menekankan pada empat hal Pertama, Pendidikan Kewarganegaraan bukan lagi sebagai indoktrinasi politik. Kedua, Pendidikan Kewarganegaraan mengembangkan state of mind, pembangunan karakter bangsa merupakan proses pembentukan warga negara yang cerdas serta berdaya nalar tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan memusatkan perhatian pada pembentukan kecerdasan (civic intelligence), tanggungjawab (civic responsibility), dan partisipasi (civic participation) warga negara sebagai landasan untuk mengembangkan nilai dan perilaku demokrasi. Ketiga, Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu proses pencerdasan, pendekatan mengajar yang selama ini seperti menuangkan air kedalam gelas watering down seharusnya diubah menjadi pendekatan yang lebih partisipatif dengan menekankan pada latihan penggunaan nalar dan logika.Keempat, Pendidikan Kewarganegaraan sebagai laboratorium demokrasi, sikap dan perilaku demokratis perlu berkembang.Winataputra (2001:317) memandang bahwa:Pendidikan Kewarganegaraan dalam paradigma baru mengusung tujuan utama mengembangkan “civic competences” yakni civic knowledge(pengetahuan dan wawasan kewarganegaraan), civic disposition (nilai, komitmen, dan sikap kewarganegaraan), dan civic skills (perangkat kecakapan intelektual, sosial, dan personal kewarganegaraan) yang seyogianya dikuasai oleh setiap individu warga negara.Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) berkaitan dengan materi substansi yang seharusnya diketahui oleh warga negara berkaitan dengan hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Pengetahuan ini bersifat mendasar tentang struktur dan sistem politik, pemerintah dan sistem sosial yang ideal sebagaimana terdokumentasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta nilai-nilai universal dalam masyarakat demokratis serta cara-cara kerjasama untuk mewujudkan kemajuan bersama dan hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat global.

Author(s):  
Sri Rejeki ◽  
Asmi Sutamiati Pagasan

Civic participation adalah partisipasi kewarganegaraan yang merupakan tujuan dari PPKn dalam mewujudkan generasi yang demokratis. Hakikat dari PPKn adalah memantapkan pengembangan peserta didik dalam dimensi kesadaran sebagai warga negara (civic literacy), komunikasi sosial kultural kewarganegaraan (civic engagement), kemampuan berpartisipasi sebagai warga negara (civic skill and participation), penalaran kewarganegaraan (civic knowledge), dan partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab (civic participation and civic responsibility). Secara keseluruhan di MA AL-Raisiyah Sekarbele Mataram. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui civic participation siswa dan permasalahannya. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Analisis data dimulai dengan mereduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa, kendala dalam pelaksanaan program pembentukan civic participation peserta didik adalah kurangnya fasilitas penunjangkegiatan membangun civic participation siswa yang ketiga tingkat kebehasilan guru setelah disimpulkan dari hasil analisis angket dikategorikan sangat baik. Civic participation is citizenship participation which is the aim of PPKn in realizing a democratic generation. The essence of PPKn is to strengthen student development in the dimension of civic literacy awareness, civic engagement and civic engagement, civic skills and participation, civic knowledge reasoning, and civic participation participation. responsibly (civic participation and civic responsibility). Overall at MA AL-Raisiyah Sekarbele Mataram. This study aims to determine student civic participation and problems. This research uses descriptive qualitative research design. The data collection is done by means of observation, interviews, questionnaires and documentation. Data analysis begins with reducing data, presenting data, and drawing conclusions. The results of this study in general showed that, constraints in the implementation of the formation of civic participation programs for students was the lack of supporting facilities to build civic participation activities for students.


2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 49-64
Author(s):  
Nufikha Ulfah

Pendidikan merupakan sebuah proses dimana guru membantu peserta didik ke dalam sebuah perubahan yang dianggap baik. Inti dari sebuah pendidikan ialah sebuah proses belajar mengajar. Guru sebagai pemegang peranan utama, dimana guru memandu sebuah proses pembelajaran dan menciptakan hubungan timbal balik Antara guru dan peserta didik dalam suasana belajar demi tercapainya tujuan pembelajaran. Pendidikan kewarganegaraan sebagai program kurikuler berfungsi sebagai wahana pengembangan karakter yang demokrasi dan bertanggung jawab. Melalui pembelajaran PKn di sekolah sebagai pusat pengembangan wawasan, sikap, dan keterampilan dalam kehidupan demokratis. Oleh karena itu, agar proses pembelajaran dan bimbingan dapat terarah dan mencapai yujuan yang telah ditetapkan maka seorang calon guru PKn MI harus mulai mengembangkan kompetensi profesionalnya yang berkenaan dengan kemampuan mengemas sebuah pembelajaran yang mencakup penguasaan materi pembelajaran bidang studi dan substansi keilmuan pada kurikulum mata pelajaran (materi, struktur, konsep serta pola pikir keilmuan yang mendukung PKn). Tugas PKn dengan paradigma barunya (paradigma dalam konteks ini merupakan cara berpikir baru tentang PKn yang sifatnya mendasar seperti: materi pokok keilmuan, visi dan misi, serta model atau kerangka berpikir yang digunakan dalam proses pendidikan kewarganegaraan di Indonesia) yaitu mengembangkan pendidikan demokrasi dengan tiga fungsi pokoknya yaitu mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence), membina tanggung jawab warga negara (civic responsibility), dan mendorong partisipasi warga negara (civic participation). Seorang calon guru PKn MI wajib mempersiapkan kemampuannya dalam memahami paradigm baru PKn sehingga kelak dalam praktiknya kelak para calon guru PKn MI tidak lagi mengalami kesulitan dalam memilih dan menyusun materi serta menentukan model pembelajaran yang cocok untuk pokok bahasan tertentu.


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 46-51
Author(s):  
Januar Ibnu Adham ◽  
Prasetyo Adi Nugroho

Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan upaya guru dan peserta didik mempraktikan karakteristik warga Negara yang baik, sebagaimana paradigma pembentukan civic intelligence, civic responsibility, dan civic participation pada pembelajaran PPKn sebagaimana tradisi sosial studies tought as citizenship transmission. Penelitian menggunakan desain kualitatif dengan metode classroom action research. Proses pengumpulan data merujuk pada Kemmis dan Taggart yaitu Plan, Act & Observe, dan Reflect serta teknik analisis data menggunakan Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, verifikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa peserta didik menampilkan kemampuan dalam aspek intelligence, responsibility, dan participation as citizenship dengan membentuk representasi karya poster yang able to create, having or showing imagination and artistic or intellectual inventiveness (creative writing), dan stimulating the imagination and inventive powers. Poster sebagai art citizenship meruapakan hasil dialektika antara sosialisasi dengan eksternalisasi dan objektivasi. Poster art citizenship merupakan representasi insan kreatif yang memiliki kemampuan mengartikulasikan makna secara individual dan sosial, memiliki kebebasan memilih, dan menentukan cara maupun tujuan bertindak. Oleh karena itu poster tersebut merupakan sebuah realitas sosial yang dibentuk secara konstruktif oleh beberapa peserta didik pada masing-masing kelompok.. Proses pembuatan poster termasuk dalam proses konstruksi pengetahuan yang melibatkan pengembangan logika deduktif-induktif-hipotesis-verifikasi.


2019 ◽  
Vol 25 (3) ◽  
pp. 393
Author(s):  
WIJIANTO WIJIANTO

ABSTRACTThis study aims to determine: 1) the availability of national resilience learning resources for Civic Education subjects; 2) relevance of learning resources for national resilience in Civic Education subjects with indicators of student competency achievement; and 3) the obstacles experienced by teachers in the use of national resilience learning resources for Civic Education subjects.The study uses a qualitative approach that is strengthened by quantitative data. Data collection using interviews, observation, study documents, and questionnaires. Data validity testing uses data triangulation and method triangulation. Data analysis uses an interactive analysis model.Conclusions of the results of the study: 1) The availability of national resilience learning resources for PPKn subjects is quite adequate because there are available Student Books, Student Worksheet, and websites as a source of material for threats to the Republic of Indonesia. 2) Material to Be Wary of Threats to the Republic of Indonesia on learning resources for national resilience in PPKn subjects, especially Student Books, Student Worksheet, and the website does not meet the indicators of student competency achievement because the material only presents civic knowledge and civic disposition, while civic skills have not been fully presented because they only fulfill intellectual skills while participatory skills have not yet been fulfilled. 3) The obstacle of teachers in the use of national resilience learning resources for PPKn subjects for Student Books and Student Worksheet, which is there is material which is wrong and the extent of the material is lacking. The website is constrained by wifi signals and some contain invalid information.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) ketersediaan sumber belajar ketahanan nasional mata pelajaran PPKn; 2) relevansi sumber belajar ketahanan nasional mata pelajaran PPKn dengan indikator pencapaian kompetensi siswa; dan 3) kendala yang dialami guru dalam pemanfaatan sumber belajar ketahanan nasional mata pelajaran PPKn.Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang diperkuat data kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, studi dokumen, dan angket. Pengujian validitas data menggunakan triangulasi data dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan model analisis interaktif.Kesimpulan hasil penelitian: 1) Ketersediaan sumber belajar ketahanan nasional mata pelajaran PPKn cukup memadai karena tersedia Buku Siswa, LKS, dan website sebagai sumber materi ancaman terhadap NKRI. 2) Materi Mewaspadai Ancaman terhadap NKRI pada sumber belajar ketahanan nasional mata pelajaran PPKn, khususnya Buku Siswa, LKS, dan website belum memenuhi indikator pencapaian kompetensi siswa karena materi hanya menyajikan civic knowledge dan civic disposition, sementara civic skill belum sepenuhnya disajikan karena baru memenuhi intellectual skills sedangkan participatory skills belum terpenuhi. 3) Kendala guru dalam pemanfaatan sumber belajar ketahanan nasional mata pelajaran PPKn untuk Buku Siswa dan LKS, yaitu terdapat materi yang keliru dan keluasan materinya kurang. Website terkendala sinyal wifi dan beberapa memuat informasi tidak valid.


2020 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 547
Author(s):  
Hasbi Ali ◽  
Indra Kesuma Hadi

Kesadaran pajak oleh warga negara ini perlu diedukasi sedemikian rupa, terutama melalui institusi pendidikan. Hal ini dimungkinkan karena salah satu fungsi pajak adalah untuk penyediaan fasilitas pendidikan yang memadai. Dalam hal ini, pasal 3 Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Tulisan tentang edukasi kesadaran pajak ini selain sebagai sumbangan pemikiran teoritis dalam khasanah ilmu pengetahuan terkait dengan perpajakan secara umum, secara khusus tulisan ini bertujuan untuk: (1) Memberikan pengetahuan tentang hak dan kewajiban warganegara, (2) Memberikan pengetahuan tentang kesadaran hukum warganegara, dan (3) Memberikan pengetahuan tentang kesadaran untuk membayar pajak warganegara. Edukasi kesadaran pajak dapat dibelajarkan melalui mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) karena tujuannya adalah menanamkan pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), sikap kewarganegaraan (civic disposition), dan keterampilan kewarganegaraan (civic skills). Kesadaran membayar pajak dari warganegara ini sangat ditentukan oleh kesadaran hukumnya, sehingga warga negara menaatinya. Kesadaran pajak ini perlu terus ditumbuhkembangkan, terutama kepada generasi muda (mahasiswa) sebagai pemegang estafet pembangunan nasional yang berkelanjutan (sustainable development). Dimana, pajak yang dipungut merupakan devisa negara yang akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan nasional.


Author(s):  
Wolfram Schulz

The ICCS 2016 study is a continuation and extension of ICCS 2009. The study explored the enduring and the emerging challenges of educating young people in a world where contexts of democracy and civic participation had changed and continue to change. In total, ICCS 2016 is based on test and questionnaire data from more than 94,000 students enrolled in their eighth year of schooling (Grade 8 or equivalent) at more than 3,800 schools in 24 countries. These student data were augmented by contextual questionnaire data from school principals of selected schools and more than 37,000 teachers.


2014 ◽  
Vol 37 (5) ◽  
pp. 632-641 ◽  
Author(s):  
Sara Manganelli ◽  
Fabio Lucidi ◽  
Fabio Alivernini

2016 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 188-198
Author(s):  
Pipit Widiatmaka

This study has the objective to discuss in depth about the obstacles experienced by Citizenship Education teacher in building the student’s character. This type of research is qualitative. Data collection method were literature study and observation. Data were analyzed using interactive data analysis. Civic Education is a lesson that must be given to students from elementary school to college, so it is not denied that Civic Education has a significant in building a good citizen. Basically, Civic Education teacher's responsibility is huge, because the task is not only to build knowledge of civic (civic knowledge), but also to build the skills of civic (civic skills) and character (civic disposition). Up to now, the effort were not yet brought about a maximal result. The reasons were many such as cognitive-heavy, lack of teacher’s competence, had teaching the emphasis on civic knowledge, but not civic skills and dispositions. 


Author(s):  
Pāvels Jurs

There is a crucial importance for the country in the diverse participation of. Being aware of the potential of interaction of individual, community and the society, thus with a help of civic education facilitating the development of individual's civic competence. However, for basing the pedagogical activities of the formation of citizenship on the primary stage, it is necessary to develop a model of civic competence. Summarizing and analysing a number of theoretical approaches, using theoretical methods of research and being aware of the curriculum regulatory framework in the publication, developed model of civic competences is provided for the further discussion. Thus, through civic education and assuming the developed model of civic competences, young people's civic knowledge, responsibility, civic skills and capacity to participate in decision-making processes can be contributed.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document