scholarly journals Langkah- Langkah Menuju Budaya Keselamatan Pasien

2019 ◽  
Author(s):  
Monika Naulia Marina

AbstrakLatar belakang : Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: sLuatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Tujuan : untuk mengetahui langkah-langkah menuju budaya keselamatan pasien. Metode : metode yang digunakan adalah literature review. Hasil : Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Pembahasan : Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi. Penutup : Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang ada.

2019 ◽  
Author(s):  
Eva Eryanti Harahap

Keselamatan pasien itu sangat penting dan menjadi tuntutan bagi rumah sakit untuk melaksanakannya karena rumah sakit sangat berpotensi terjadinya risiko berupa kesalahan medis (medical error), kejadian yang tidak diharapkan (adverse event) dan nyaris terjadi (near miss). Untuk itu, , Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menerbitkan Panduan Nasional Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Rumah Sakit tahun 2008 yang terdiri dari 7 standar, yaitu: 1) hak pasien, 2) mendidik pasien dan keluarga, 3) keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan, 4) penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program, 5) peningkatan keselamatan pasien, 6)mendidik staf tentang keselamatan kerja, dan 7) komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. Dan agar tercapainya standar tersebut Panduan Nasional menganjurkan 7 Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit, yaitu: 1) bangun kesadaran akan keselamatan pasien, 2) pimpin staf, 3) integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, 4) kembangkan sistem pelaporan, 5) libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, 6) belajar dari berbagai pengalaman tentang keselamatan pasien, dan 7) cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien


2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 28
Author(s):  
Yuni Fitriana ◽  
Kurniasari Pratiwi

Latar belakang: Keselamatan pasien sebagai suatu sistem memberikan asuhan kepada pasien lebih aman, mencegah cedera akibat kesalahan karena melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Insiden keselamatan pasien meliputi kesalahan medis (medical errors), kejadian yang tidak diharapkan (adverse event), dan nyaris terjadi (near miss). Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit bertujuan memberikan perlindungan kepada pasien, masyarakat, dan sumber daya manusia, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, serta memberi kepastian hukum kepada masyarakat dan rumah sakit. Program Sasaran Keselamatan Pasien mengacu pada Nine Saving Safety Solution.Tujuan :mengetahui perbedaan Pelaksanaan Patient Safety Di RSUD Dan RSU Swasta Bantul Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, serta cara mengatasi.Metode Penelitian : Jenis penelitian kuantitatif ,metode pendekatan analitik komparatif. Sample penelitian sebanyak 40 orang dengan teknik total sample dan simple random sample. Alat instrumen dengan kuesioner dan indept interview meliputi nine saving safety solution. Analisa data secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji T-independent wilcoxon.Hasil Penelitian : Sebagian besar pelaksanaan patient safety di RSUD dan RSU Swasta Bantul dalam kategori baik yaitu sebanyak 22 (55,0%) dan 26 (65,0%). Tidak terdapat perbedaan pelaksanaan patient safety di RSUD dan RSU Swasta Bantul, dengan uji wilcoxon nilai probabilitas sebesar 0,475 (α>0,05)Kesimpulan : Cara mengatasi hambatan dalam pelaksanaan patient safety perlu adanya pelatihan bagi Tenaga kesehatan secara berkala berkaitan dengan patient safety, adanya kerjasama dari berbagai pihak di rumah sakit serta sarana dan prasarana penunjang juga harus dilengkapi agar pelaksanaan patient safety dapat berjalan dengan baik


2021 ◽  
Author(s):  
Ehsan Ahsani Estahbanati ◽  
Hossein Bevrani ◽  
Leila Doshmangir

Abstract Background Providing safe, efficient, and quality services to all people is critical for achieving effective universal health coverage and the health-related sustainable development goals (SDGs) and in particular SDG 3.8. Medical error as a main challenge of delivery systems is a main influential factor on patient safety and quality of health care services. Investigating factors influencing on medical errors can help to improve quality patient safety. This study aimed to investigate the relationship between several contributed factors on incidence of medical errors in East Azarbaijan province, Iran. Methods We conducted a cross-sectional study, resulting in 10700 voluntary reporting of medical errors by medical staff working in all types of hospitals including public and non-educational, educational, private, military, charity and social security hospitals. Poisson regression was used for data analysis. Results The most frequency of medical errors reported by 41 studied hospitals was related to educational public hospitals, medical errors with no harm in the fall and the least frequency was related to non-educational public hospitals and surgical errors in the spring season. As the results show, spring and summer have a significantly lower incidence of medical error compared to winter (P < 0.001). Also, the incidence of medical error in the morning shift was significantly higher than the night shift (P < 0.001). According to the results, the incidence of errors with the consequence of near miss, no harm was significantly higher than the sentinel event error. Conclusions The results of the present study showed that the factors, different season, work shift, medical error type, medical error intensity and hospital type have a significant relationship with the incidence of medical error.


2020 ◽  
Author(s):  
Kristina Melita Manurung

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Kejadian kecelakaan kerja sering terjadi pada tenaga kesehatan khususnya perawat rumah sakit. Oleh karena itu, diperlukan upaya pembinaan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) agar terhidar dari kecelakaan kerja. Patient Safety didefinisikan sebagai “freedom from accidental injury” yang berfokus pada pencegahan hasil pelayanan kesehatan yang merugikan pasien atau yang tidak diinginkan. Khusus di negara berkembang dan negara transisi/konflik, ada kemungkinan bahwa jutaan pasien seluruh dunia menderita cacat, cedera atau meninggal setiap tahun karena pelayanan kesehatan yang tidak aman. Keselamatan pasien sebagai suatu sistem memberikan asuhan kepada pasien lebih aman, mencegah cedera akibat kesalahan karena melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Insiden keselamatan pasien meliputi kesalahan medis (medical errors), kejadian yang tidak diharapkan (adverse event), dan nyaris terjadi (near miss). Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit bertujuan memberikan perlindungan kepada pasien, masyarakat, dan sumber daya manusia, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, serta memberi kepastian hukum kepada masyarakat dan rumah sakit.


2019 ◽  
Author(s):  
Inggrid Pricilia Pardede

Kolaborasi interprofesional merupakan merupakan strategi untuk mencapai kualitas hasil yang dinginkan secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan. Komunikasi dalam kolaborasi merupakan unsur penting untuk meningkatkan kualitas perawatan dan keselamatan pasien. Keselamatan pasien sebagai suatu sistem memberikan asuhan kepada pasien lebih aman,mencegah cedera akibat kesalahan karena melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan,Insiden keselamatan pasien meliputi kesalahan medis (medical errors), kejadian yang tidak diharapkan (adverse event), dan nyaris terjadi (near miss). Tujuan penelitian: untuk mengetahui hubungan perilaku antara tenaga kesehatan terutama perawat dalam melaksanakan patient safety dan untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep Patient Safety secara lebih baik dan memahami upaya yang dapat dilakukan tenaga kesehatan khususnya perawat dalam menurunkan insiden yang tidak perlu. Makalah ini di tulis dengan pendekatan artikel non penelitian.


2020 ◽  
Author(s):  
Maulidya Nabila

Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors).Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of awrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaanyang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yangterjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensimengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (KejadianTidak Diharapkan/KTD).Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karenakeberuntungan (misalnya, pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staflain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya). Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadianyang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostik seperti kesalahan atauketerlambatan diagnosa, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atauobservasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaanterapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhanyang tidak layak; tahap preventive seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain. Oleh karena itu, diperlukannya peran dari anggota keluarga pasien, sehingga dapat meningkatkan keselamatan pasien di Rumah Sakit .


2019 ◽  
Author(s):  
Minda Ihsaniah Nasution

Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan keperawatan akan berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.


2017 ◽  
Vol 26 (4) ◽  
pp. 272-277 ◽  
Author(s):  
Elizabeth A. Henneman

The Institute of Medicine (now National Academy of Medicine) reports “To Err is Human” and “Crossing the Chasm” made explicit 3 previously unappreciated realities: (1) Medical errors are common and result in serious, preventable adverse events; (2) The majority of medical errors are the result of system versus human failures; and (3) It would be impossible for any system to prevent all errors. With these realities, the role of the nurse in the “near miss” process and as the final safety net for the patient is of paramount importance. The nurse’s role in patient safety is described from both a systems perspective and a human factors perspective. Critical care nurses use specific strategies to identify, interrupt, and correct medical errors. Strategies to identify errors include knowing the patient, knowing the plan of care, double-checking, and surveillance. Nursing strategies to interrupt errors include offering assistance, clarifying, and verbally interrupting. Nurses correct errors by persevering, being physically present, reviewing/confirming the plan of care, or involving another nurse or physician. Each of these strategies has implications for education, practice, and research. Surveillance is a key nursing strategy for identifying medical errors and reducing adverse events. Eye-tracking technology is a novel approach for evaluating the surveillance process during common, high-risk processes such as blood transfusion and medication administration. Eye tracking has also been used to examine the impact of interruptions to care caused by bedside alarms as well as by other health care personnel. Findings from this safety-related eye-tracking research provide new insight into effective bedside surveillance and interruption management strategies.


2020 ◽  
Author(s):  
Adisty Olyvia Hutagalung

Keselamatan Pasien (Patient Safety) merupakan sesuatu yang jauh lebih penting dari pada sekedar efisiensi pelayanan. Keluarga sebagai lingkungan terdekat pasien merupakan sumber pengetahuan dan persepsi individu terhadap kesehatan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisa peran pasien dan keluarga dalam mencegah terjadinya bahaya dan adverse event (kejadian tidak diharapkan). Metode yang digunakan adalah literature review. Hasil yang didapatkan peran keluarga sangat mempengaruhi keadaan pasien, terutama dalam membantu pasien melakukan apa yang seharusnya dilakukan dalam proses penyembuhan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document