scholarly journals Pemodelan Fixed Effect Panel Spatial Durbin Error Model Pada Tingkat Kemiskinan

2021 ◽  
Vol 2021 (1) ◽  
pp. 90-98
Author(s):  
Teguh Ammar Taqiyyuddin ◽  
Muhammad Irfan Rizki

Permasalahan yang ada di setiap negara khususnya negara berkembang termasuk Indonesia adalah kemiskinan. Program dalam mengentaskan kemiskinan merupakan pokok tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs). Jawa Barat yang merupakan salah satu provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak perlu mengatasi permasalah tersebut seperti yang tertuang dalam RPJMD. Dalam hal ini pemerintah seringkali menentukan pembangunan dengan memprioritaskan pembangunan ekonomi pada daerah perkotaan ataupun pusat perekonomian yang mengakibatkan daerah lainnya tertinggal dan kemiskinan menjadi tidak merata. Hal tersebut tentunya memperlihatkan faktor yang berhubungan dengan ekonomi diduga terdapat aspek spasial sehingga harus menggunakan spasial lag variabel prediktor sebagai prediktor variabel, selain itu kemiskinan merupakan masalah multidimensial sehingga banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan tidak dimasukkan ke dalam pemodelan. Variabel prediktor yang tidak dimasukkan ke dalam pemodelan dinamakan omitted variables. Berdasarkan permasalahan itu, dalam mengetahui faktor-faktor kemiskinan di Jawa Barat diperlukan suatu pendekatan yang mampu mengakomodasi lag spasial prediktor variabel dan error model yang berkorelasi spasial, serta mampu mengatasi bias taksiran akibat omitted variables. Maka dalam penelitian ini dilakukan pendekatan model regresi spasial Durbin Error Model. Pembobot spasial yang digunakan yaitu queen contiguity. Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa variabel Indeks Pembanguna Manusia (IPM) dan persentase penduduk berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Provinisi Jawa Barat, dengan nilai R-Square sebesar 98%. Maka hasil tersebut diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah Jawa Barat untuk menanggulangi masalah kemiskinan dalam upaya mencapai tujuan pertama SDGs yaitu tanpa kemiskinan.

2021 ◽  
Vol 2021 (1) ◽  
pp. 547-556
Author(s):  
Daniel M V Mone ◽  
Efri Diah Utami

Sustainable Development Goals (SDGs) adalah sebuah perencana aksi berskala global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia dengan tujuan mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. Salah satu dari 17 tujuan SDGs adalah mengakhiri kelaparan. Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik, salah satu pendekatan untuk mengukur tingkat kelaparan adalah proporsi penduduk dengan asupan kalori minimum di bawah 1400 kkal/kapita/hari.  Proporsi penduduk dengan asupan kalori minimum di bawah 1400 kkal/kapita/hari di Indonesia masih cukup tinggi dan terus mengalami peningkatan dari tahun 2017 hingga 2019. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana gambaran umum dari tingkat kelaparan dan variabel-variabel yang diduga mempengaruhinya, serta  bagaimana pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap tingkat kelaparan di Indonesia tahun 2015-2019. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk merumuskan kebijakan-kebijakan guna penuntasan kelaparan di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah regresi data panel dengan menggunakan  fixed effect model yang diestimasi dengan metode Seemingly Unrelated Regression (SUR). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelaparan adalah pengeluaran makanan dan harga beras, sedangkan jumlah penduduk miskin dan pendapatan perkapita tidak berpengaruh signifikan.


Author(s):  
Muhammad Irfan Rizki ◽  
Teguh Ammar Taqiyyuddin

Kemiskinan merupakan salah satu  permasalahan global yang terjadi di semua negara berkembang termasuk negara Indonesia. Pengentasan kemiskinanan menjadi prioritas utama dalam tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), dimana pengentasan kemiskinan menjadi tujuan pertama yang ingin dicapai.  Kemiskinana juga menjadi salahsatu permasalahan yang menjadi isu salahsatu isu strategis RPJMD tahun 2018-2023 yang menjadi pusat perhatian pemerintah khususnya di Provinsi Jawa Barat yang merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Provinsi Jawa Barat. Data kemiskinan tiap-tiap kabupaten/kota memiliki tingkat yang berbeda -beda, sehingga terdapat kemungkinan adanya efek spasial dalam data. Maka pemodelan harus mengakomodasi aspek spasial kemudian terbatasnya variabel yang dilibatkan karena keterbatasan data tentunya menimbulkan oomited variabel atau varaiebel yang relevan namun tidak ada dalam model maka digunakan pendekatan fixed effect model dalam mengatasi masalah tersebut. Sehingga pemodelan yang digunakan adalah Spatial Autoregressive Fixed Effact model ( SAR-FEM). Hasil penelitian ini didapatkan bahwa Variabel Tingkat pengangguran terbuka, Indkes pembangunan Manusia dan persentase penduduk berpengaruh signifikan terhadap Tingginya tingkat kemiskina di Provinsi Jawa Barat. Model spatial lag fixed effect yang terbentuk dapat menjelaskan besarnya keragaman dari Tingkat Kemiskinan yang dapat dijelaskan oleh variabel prediktor sebesar 98.88% sedangkan 1.116% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model.


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 11-34
Author(s):  
Viktorija Skvarciany ◽  
Indre Lapinskaite ◽  
Gintare Volskyte

Research background: Circular economy is of great importance, as it plays a vital role in ensuring the reuse of waste created and, therefore, reduces the waste of limited resources, which is the primary goal of the general economic concept. In line with the circular economy, sustainable development gains great attention, as the United Nations announced the sustainable development goals that should be reached by 2030. Hence, the current paper aims at examining whether the circular economy could be treated as an effective assistance tool for sustainable development of OECD countries. Purpose of the article: The paper aims to investigate whether the circular economy could serve as an assistance tool for sustainable development and, therefore, seeks to determine if the circular economy could directly impact a country?s sustainable development. Methods: First, the countries chosen were prioritised using the Analytic Hierarchy Process (AHP) and the Evaluation Based on Distance from Average Solution (EDAS) methodologies. AHP method was used for weight assignment to the circular economy indicators that were further used for OECD countries? prioritisation procedure for which multi-criteria decision-making method EDAS was employed. Second, to reveal a link between the circular economy ranking results and sustainable development, a comparative analysis was done. Third, the impact of the country?s circular economy on sustainable development was evaluated using the fixed-effect regression model on four years of panel data from 2016 to 2019 for the sample of 32 OECD countries. Findings & value-added: The comparative analysis of the circular economy?s prioritisation results and Sustainable Development Goals Index (SDGI) ranking showed 20 out of 32 matches, assuming a link between the circular economy and sustainable development could be made. The fixed-effect regression equation results demonstrate that the unemployment rate, poverty rate, air pollution exposure, and CO2 emission per capita negatively influence sustainable development. In contrast, indicators such as gross domestic expenditure on R&D, renewable energy, number of passenger cars in use, and households with Internet access positively impact SDGI. The hypothesis that the circular economy is seen as an assistance for sustainable development and directly affects a country?s sustainability was approved. The paper contributes to the scientific literature in the field of circular economy and sustainable development interaction and could be seen as an assumption for new research directions, focusing on the linkage between circular economy and sustainable development. Moreover, the obtained results could contribute to a country?s policy-makers by highlighting the essential indicators of a circular economy that should be considered while forming the strategy of a country?s sustainable development.


2019 ◽  
Vol 227 (2) ◽  
pp. 139-143 ◽  
Author(s):  
Alex Sandro Gomes Pessoa ◽  
Linda Liebenberg ◽  
Dorothy Bottrell ◽  
Silvia Helena Koller

Abstract. Economic changes in the context of globalization have left adolescents from Latin American contexts with few opportunities to make satisfactory transitions into adulthood. Recent studies indicate that there is a protracted period between the end of schooling and entering into formal working activities. While in this “limbo,” illicit activities, such as drug trafficking may emerge as an alternative for young people to ensure their social participation. This article aims to deepen the understanding of Brazilian youth’s involvement in drug trafficking and its intersection with their schooling, work, and aspirations, connecting with Sustainable Development Goals (SDGs) 4 and 16 as proposed in the 2030 Agenda for Sustainable Development adopted by the United Nations in 2015 .


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document