Orang Jawa Menjaga Keharmonisan (Tinjauan Filsafat Moral Kant dalam Upacara Tradisional Nyadran)
Abstrak: Fokus studi saya dalam artikel ini adalah menggali makna ritual, bahasa, dan simbol-simbol pada upacara tradisional nyadran. Studi ini saya tinjau dari filsafat moral Immanuel Kant. Metode penelitian dalam artikel ini adalah studi kepustakaan tentang nyadran, kebudayaan Jawa, filsafat Jawa, dan filsafat moral Kant. Dari studi ini saya menemukan bahwa nyadran merupakan ungkapan dan cara orang Jawa menjaga keharmonisan, baik dengan dirinya sendiri, alam semesta, dan Tuhan. Keharmonisan dengan diri sendiri berakar pada rasa (sikap batin), yang mana dalam filsafat moral Kant disebut moralitas otonom. Nilai-nilai kebersamaan dalam nyadran adalah perwujudan menjaga keharmonisan dengan alam semesta, sebab nilai-nilai tersebut menjadi media perekat sosial bagi para warga demi kebaikan bersama. Hal ini seperti yang diuraikan Kant dalam gagasannya tentang moralitas, di mana nilai-nilai moral manusia mengarahkan pada kebaikan bersama. Bagi Kant, Tuhan adalah Kebaikan tertinggi. Dalam Nyadran, cara orang Jawa menjaga keharmonisan dengan Sang Kebaikan Tertinggi nampak dari berbagai atribut dan doa-doa yang dipanjatkan, serta dilanjutkan dalam kebaikan sehari-hari.