sugar glider
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

79
(FIVE YEARS 16)

H-INDEX

18
(FIVE YEARS 2)

2021 ◽  
Vol 187 ◽  
pp. 83-88
Author(s):  
Nguyen V. Son ◽  
James K. Chambers ◽  
Nguyen H. Nam ◽  
Makoto Nakata ◽  
Nguyen T.H. Giang ◽  
...  

2021 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 81-92
Author(s):  
Rifka A. N. Safitri ◽  
Sarsa A. Nisa ◽  
Nurul Inayah ◽  
Taufiq P. Nugraha ◽  
Agung Suprihadi ◽  
...  

Oposum layang atau sugar glider (Petaurus breviceps) merupakan salah satu satwa endemik Indonesia. Permintaan akan satwa eksotis ini sebagai hewan peliharaan terus meningkat namun informasi terkait potensi zoonosis yang ditimbulkannya masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi bakteri patogen yang dibawa oleh oposum layang melalui pendekatan culture-dependant method dan untuk mengetahui pola resistensi antibiotiknya. Sampel yang digunakan adalah feses oposum layang (n=21) yang dikoleksi dari fasilitas riset satwa liar di Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor. Berdasarkan uji presumptif Salmonella pada medium Xylose Lysine Deoxycholate (XLD) agar, sebanyak 6 sampel (29%) dinyatakan positif, sedangkan  uji presumtif untuk Listeria pada Listeria isolation transwab dinyatakan positif untuk semua sampel (100%). Secara total, sebanyak 43 isolat telah berhasil dikoleksi dan dikarakterisasi fenotipiknya terhadap antibiotik dan sembilan isolat (21%) diantaranya menunjukkan adanya resistensi terhadap satu jenis antibiotik atau lebih. Sementara itu, tiga isolat potensial patogen telah diidentifikasi menggunakan gen 16S rRNA yaitu Shigella sonnei (X15), Klebsiella pneumoniae (X21) dan Bacillus flexus (H8). Penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi bakteri yang dikoleksi dan mengkonfirmasi patogenisitasnya masih perlu dilakukan namun berdasarkan hasil dari kajian awal ini, kami menguatkan hipotesis bahwa oposum layang berpotensi sebagai reservoir dari bakteri zoonosis sekaligus reservoir dari resistensi antimikroba. 


2020 ◽  
Vol 41 (1) ◽  
pp. 139-142
Author(s):  
Rohan J. Bilney

ABSTRACT A total of 783 dietary items from a Sooty Owl Tyto tenebricosa tenebricosa with suspected partial xanthochromism (yellow plumage colouration) was identified from Yarrangobilly Caves, NSW. Observations of the owl at the cave and collection of feathers suggest that prey items accumulated between 2011 and 2018. A total of 12 mammal species was detected in the diet, with the Bush Rat Rattus fuscipes, Agile Antechinus Antechinus agilis, Sugar Glider Petaurus breviceps and Rabbit Oryctolagus cuniculus dominating. The diet also included three threatened species, the Eastern Pygmy Possum Cercartetus nanus, Smoky Mouse Pseudomys fumeus and Broad-toothed Rat Mastacomys fuscus. The diversity of prey identified in the diet contrasts markedly with that found in studies of subfossil deposits from the area, supporting evidence of extensive mammal declines since European settlement.


Author(s):  
Teigan Cremona ◽  
Andrew M Baker ◽  
Steven J B Cooper ◽  
Rebecca Montague-Drake ◽  
Alyson M Stobo-Wilson ◽  
...  

Abstract The Australian sugar glider, Petaurus breviceps s.l., is widely distributed across eastern and northern Australia. Examination of historical and contemporary collections of Petaurus specimens and phylogenetic analyses have revealed considerable taxonomic diversity within the genus. We aimed to utilize an integrative taxonomic approach, combining genetic and morphological evidence, to resolve the taxonomy of Australian gliders currently recognized as Petaurus breviceps. Herein, we confirm the existence of three distinct species: P. breviceps, P. notatus comb. nov. and P. ariel comb. nov.. Petaurus breviceps and P. notatus are each represented by major mtDNA lineages in P. breviceps, while P. ariel forms a sister-lineage to P. norfolcensis and P. gracilis. Subtle morphological differences distinguish P. breviceps from the closely related P. notatus, while the morphological distinctions between P. ariel and its genetically similar sister-taxa, P. norfolcensis and P. gracilis, are more obvious. Given the purported broad geographic distribution of the taxon, P. breviceps s.l. was not listed as threatened, but dividing this taxon into three species has important conservation implications for all taxa in the group, particularly given the lamentable record for mammal extinctions in Australia. Concerted and targeted conservation efforts are necessary to preserve these distinct, newly described species.


Author(s):  
Muhammad Khairil Abidin ◽  
Etwin Fibrianie Suprapto

ABSTRAK Sugar glider merupakan hewan endemik sejenis Marsupial (mamalia berkantung) Omnivora. Merupakan satu keluarga dengan Koala dan Kangguru dan mempunyai bentuk tubuh menyerupai tupai yang aktif di malam hari (nocturnal). Sugar glider mempunyai sarana bawa khusus yang membuat sugar glider nyaman ketika dibawa pergi. Karena itu untuk memudahkan dan membuat sugar glider agar nyaman ketika dibawa pergi dibutuhkan tas khusus untuk sugar glider bisa bernafas didalam tas, yang membedakan tas ini dari tas sebelumnya adalah pada bagian dalam alas tas dapat dilepas dan dipasang agar memudahkan penggunanya untuk membersihkan bagian dalam tas ketika sugar glider buang air. Karenanya tujuan perancangan produk ini ialah mendesain sarana bawa yang memiliki alas yang dapat dilepas dan dipasang dengan metode perencanaan dan perancangan yaitu: preliminary design, design development, final design, dan prototype. Usulan desain ini dapat mengatasi kekurangan pada produk sebelumnya, serta mempermudah para pencinta sugar glider untuk membawa dan membasuh tasnya. Kata kunci : Sugar glider, sarana bawa, mengatasi kekurangan.   ABSTRACT Sugar gliders are an endemic species similar to Marsupial (marsupial mammals) Omnivores Which is a family with Koalas and Kangaroo and has a squirrel-like body shape and is nocturnal. Sugar gliders have a special carrying tool that makes sugar gliders comfortable when taken away. Therefore to make it easy and make sugar gliders comfortable when taken away, a special bag for the sugar glider can breathe inside the bag, what distinguishes this bag from the previous bag is the removable and fitted inner bag to make it easier for users to clean the inside of the bag when sugar gliders urinate. Therefore the purpose of designing this product is to design a carrying device that has a removable and installed base with planning and design methods, namely: preliminary design, design development, final design, and prototype. This design proposal can overcome the shortcomings in the previous product, and make it easier for lovers of sugar gliders to carry and wash their bags. Keywords: Sugar gliders, means of carrying, overcoming shortcomings.


2020 ◽  
Vol 37 ◽  
pp. 172-173
Author(s):  
William Terry ◽  

This note describes the eviction of nesting White-throated Treecreepers Cormobates leucophaea from a nest box by a Sugar Glider Petaurus breviceps in central Victoria. Predation of the birds and eggs was not observed.


2019 ◽  
Author(s):  
Inka Pungky Rahmawati
Keyword(s):  

PAMKOGARDE adalah sebuah usaha pemanfaatan kotoran hewan mungil, lucu, dan unik asli Papua, Sugar Glider. Kotoran Sugar Glider akan diolah menjadi parfum mobil yang dapat meningkatkan sektor ekonomi Indonesia. Mengingat kini telah berkembangnya parfum mobil yang terbuat dari bahan-bahan sintetik yang kurang ramah lingkungan. Gagasan ini dibuat untuk mendukung bahan-bahan alami menjadi produk yang berbasis ekonomi kreatif yang dapat mengembangkan inovasi serta memanfaatkan hal yang tidak dipakai lagi. Salah satu contohnya adalah kotoran dari Sugar Glider yang memiliki tekstur kotoran yang berbentuk bulat, kecil, seperti pasta gigi dan memiliki warna coklat kehitaman. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan mencari ide yang ada disekitar baik melalui buku atau jurnal, serta dengan melalui beberapa prosedur. Parfum ini memiliki tekstur berupa cairan yang pemakaiannya tinggal semprot dalam mobil atau tempat-tempat yang ingin lebih harum. Pengolahan pewangi atau parfum ini dilakukan dengan tahap penyaringan kotoran yang telah dicampur dengan air, lalu menambahkan ragi dan antiseptik seperti air kelapa, setelah itu barulah memasuki metode destilasi guna mengambil cairan ekstrak dari kotoran ini, lalu barulah ekstrak tersebut dicampur dengan ekstrak bunga mawar yang telah diberi alkohol, atau ekstrak tumbuh-tumbuhan lain. Alkohol berfungsi untuk menambah wangi-wangian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengolahan pemanfaatan kotoran Sugar Glider yang sesuai agar menambah keuntungan dalam berternak Sugar Glider. Keuntungan dari parfum ini adalah harganya yang lebih ekonomis, wanginya lebih natural, berbahan ekonomi, dan tentunya dapat memanfaatkan kotoran hewan yang banyak orang berpikir bahwa tidak ada manfaatnya lagi.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document