SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

35
(FIVE YEARS 35)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By State Islamic University (UIN) Of Sunan Ampel

2714-7932, 2686-2689

2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 23-33
Author(s):  
Laksmi Eko Safitri

Dalam tulisan ini Situs Gosari-Gresik dikategorikan sebagai salah satu artefak arkeologis Nusantara yang memberikan informasi terkait masa silam. Situs tersebut dipahami sebagai representasi dari perspektif Prosesual dan Pasca-Prosesual. Ruang lingkup tulisan ini menyajikan lanskap Situs Gosari sebagai representasi dari paradigma prosesual dan pasca-prosesual. Kontradiksi kedua paradigma di atas disinergikan untuk mengetahui lanskap Situs Gosari yang terdiri dari bekas tungku pembakaran gerabah, sendang, dan prasasti. Dalam hal itu paradigma pertama menjelaskan tarikh atau usia situs, jenis atau model gerabah yang dihasilkan; korelasi antarunsur arkeologi; dan peranan atau industri gerabah pada masa Majapahit. Sedangkan paradigma kedua digunakan untuk melengkapi analisis yang tidak dapat dijangkau paradigma sebelumnya, terutama terkait interpretasi terhadap sendang dalam pandangan masyarakat setempat berdasarkan tradisi lisan/folklor yang diyakini. Dari kedua paradigma tersebut dihasilkan kesimpulan bahwa kedudukan sendang memiliki peranan penting, baik dalam industri gerabah maupun kehidupan masyarakat sekitar. Selain itu, diketahui bahwa tinggalan budaya tak bendawi masa klasik tersebut masih dipelihara.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 85-98
Author(s):  
Tifa Hanani
Keyword(s):  

Karya sastra selalu muncul membawa makna yang salah satunya berhubungan dengan kehidupan sosial. Hadirnya tokoh perempuan dalam teks sastra berkaitan dengan fenomena sosial masyarakat yang patriarki. Tiga prosa Pengakuan Pariyem, Malam Terakhir dan Baju menghadirkan tokoh perempuan dalam teks dengan dominasi kuasa laki-laki. Berkenaan dengan hal itu, masalah dalam kajian ini adalah bagaimana posisi perempuan direpresentasikan dalam ketiga cerita tersebut; adakah keterkaitannya dengan kuasa laki-laki. Ketiganya akan dibandingkan unsur tema, tokoh dan penokohan dengan pendekatan struktural. Untuk mempertajam analisa sekaligus mengungkapkan makna lain di balik ketiga karya tersebut akan dikaji dengan teori feminisme Simone de Beauvoir. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa kekuasaan tokoh laki-laki dalam tiga karya tersebut hanya hal yang semu. Mereka bersembunyi dibalik kekuatan dan kekuasaan sehingga memarginalkan tokoh perempuan. Tokoh perempuan memiliki keberanian yang sebenarnya tidak dimiliki oleh laki-laki dan secara tidak langsung justru menjadi pemenang dalam permainan dominasi kuasa laki-laki.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 46-57
Author(s):  
Rosyadah Khairani

Tulisan ini mengetengahkan ihwal pertentangan adat dalam Raumanen karya Marianne Katoppo dan Memang Jodoh karya Marah Rusli. Meskipun pidato Proklamasi (1945) Sukarno-Hatta dianggap sebagai momentum peleburan pelbagai etnis di Nusantara dalam sebuah komunitas bernama Indonesia, rupanya konflik primordial khas novel Balai Pustaka terebut tidak lantas dapat didamaikan begitu saja. Jamak masyarakat Indonesia masih memegang teguh nilai dan susila primordial sehingga integrasi menjadi pekerjaan rumah yang senantiasa menantang dan tak kunjung usai. Tulisan ini bertendensi untuk mengungkapkan persoalan kolosal, yakni pernikahan (baca: percintaan) dengan latar belakang perbedaan adat dalam novel-novel pasca-kemerdekaan sebagai representasi dari gamangnya situasi integritas kebangsaan Indonesia. Raumanen dan Memang Jodoh sebagai objek material penelitian akan dibahas untuk melacak bagaimana pernikahan beda adat menjadi gambaran riil seputar dinamika kebangsaan kiwari. Dengan menggunakan kerangka konseptual ala Swingewood, tulisan ini menyimpulkan Raumanen menggambarkan kehidupan sosial masyarakat yang berbeda suku berpotensi menghilangkan garis keturunan suatu bangsa melalui pernikahan beda adat. Sedangkan Memang Jodoh menceritakan pernikahan yang dilatari perbedaan suku harus ditebus dengan hilangnya previlise aristokrat tradisional. Namun pengorbanan tersebut dianggap sepadan karena lembaga pernikahan adalah tentang kebahagiaan batin pelakunya.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 72-84
Author(s):  
Novi Kurniawati ◽  
Moh Atikurrahman

Tidak seperti subgenre lain, sastra perjalanan hendak menegaskan narasi yang dibangunnya berasal dari persepsi objektif. Selain untuk meyakinkan pembaca, sastra perjalanan ingin menekankan jika acuannya adalah realitas, bukan fiksi atau fabrikasi semata. Tulisan ini bertendensi untuk menganalisis motif perjalanan dalam Bon Voyage Monsieur Le Président. Cerita tersebut merupakan salah satu cerita perjalanan Gabriel García Márquez yang terkumpul dalam Douze Contes Vagabonds. Dua belas cerita dalam kumpulan tersebut berkisah tentang pengalaman melancong seseorang dari Dunia Ketiga ke Dunia Pertama, Eropa. Dalam konteks yang lebih luas, akar dari catatan perjalanan berasal dari representasi Barat atas Timur sebagai travel report dalam aktivitas kolonialisme Eropa. Sehingga kisah-kisah perjalanan dalam Douze Contes Vagabonds harus dipahami sebagai counter-travel, karena subjek pencerita (pelancong/flâneur), yang menggunakan kelana sebagai modus operandi, berasal dari Dunia Ketiga.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 34-45
Author(s):  
Icha Fadhilasari ◽  
Mohamad Nizar Rahmanto

Legenda merupakan bagian dari folklor lisan yang tidak hanya menggambarkan kisah-kisah kolektif suatu kelompok masyarakat tetapi juga mengandung anasir sejarah. Legenda dapat mencerminkan kebudayaan sebuah komunitas kultural. Legenda Raden Ayu Oncattondo Wurung merupakan salah satu folklor lisan yang masih diyakini oleh sebagian masyarakat di sekitar Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi, nilai budaya dan sistem kepercayaan pada sosok Raden Ayu Oncattondo Wurung terkait masyarakat di Terung Wetan, Krian, Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif. Dalam pengumpulan data dilakukan pengamatan dan wawancara kepada beberapa tokoh masyarakat dan warga setempat. Hasilnya diketahui asal-usul Raden Ayu Oncattondo Wurung. Selanjutnya, dapat dipahami fungsi, nilai budaya dan sistem kepercayaan terkait legenda tersebut sehubungan dengan masyarakat setempat. Legenda tersebut memiliki dua fungsi yang mengatur perilaku manusia dalam kehidupan masyarakat. Nilai budaya pada legenda tersebut menjadi acuan tingkah laku masyarakat setempat. Nilai budaya dalam penelitian ini difokuskan pada nilai rohani, yakni: 1) kebenaran, 2) keindahan, 3) kebaikan, dan 4) nilai religius.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 58-71
Author(s):  
Moh. Badrus Solichin ◽  
Nur Lailatus Sa’adah

Penelitian ini bertujuan untuk meninjau peran dan posisi perempuan dalam Tanah Tabu. Dalam perspektif ekofeminisme tokoh-tokoh perempuan dalam novel terjebak dalam belenggu ganda, yakni budaya patriarki dan rantai kapitalisme. Ekofeminisme memiliki aspirasi sehubungan dengan isu-isu lingkungan hidup yang terintimidasi ideologi berwawasan kekerasan yang bercorak patrialkal. Melalui sudut pandang, ekofeminisme melihat keberadaan bumi telah teraniyaya oleh develomentalisme dan kapitalisme. Ekofeminisme menempatkan kaum perempuan sebagai korban sekaligus pelaku perlawanan dari kaki tangan maskulinitas, yang dalam konteks ini tercermin dari laki-laki suku Dani serta Freeport. Kehadiran perusahaan tambang emas ini dianggap telah mengeksploitasi alam Lembah Baliem, yang menjadi sumber utama mata pencaharian kaum perempuan suku Dani. Hasil temuan yang didapatkan yakni ekofeminisme menempatkan tokoh perempuan sebagai korban sekaligus pelaku perlawanan. Kedomestikan perempuan terhadap urusan rumah tangga, keluarga dan alam secara alamiah memposisikan hal tersebut. Tokoh perempuan sebagai pelaku perlawanan tersaji pada ketidakadilan membangkitkan perlawanan; figur suami bertopeng patriarki; melawan kapitalisme Freeport.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1-22
Author(s):  
Moh Atikurrahman ◽  
Awla Akbar Ilma ◽  
Laga Adhi Dharma ◽  
Audita Rissa Affanda ◽  
Istanti Ajizah ◽  
...  

Meskipun Politik Etis menjanjikan modernitas Eropa yang mencerahkan namun ongkos dari kebijakan tersebut akhirnya juga dibebankan kepada pribumi yang notabene jarang merasakan dampak kolonialisme. Penerapan pajak perorangan (belasting) kemudian direspon masyarakat Hindia dengan pemberontakan. Dalam hal ini Perang Kamang (1908) dapat dipahami sebagai kesumat atas kebijakan simbolik pemerintah kolonial. Peristiwa pemberontakan berlatar Melayu pada peralihan abad XX tersebut tersaji dalam Sitti Nurbaya, sebuah roman yang bercorak melodrama sentimentil. Dengan memanfaatkan teori sosiologi sastra Swingewood diketahui roman modern pertama berbahasa Melayu Hindia tersebut menyajikan ketegangan antara manusia modern Samsulbahri dan manusia tradisional Datuk Meringgih. Duel mereka menandai goncangan yang tak terelakkan dalam dunia Melayu yang tengah menyongsong modernitas bikinan kolonial. Senjakala kebudayaan Melayu yang segera digantikan pranata Eropa digambarkan melalui ketegangan antargolongan dalam menempatkan adat Melayu konteks sosial-historis.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 107-118
Author(s):  
Dwi Susanto ◽  
Ainur Rosidah ◽  
Deivy Nur Setyowati ◽  
Guntur Sekti Wijaya

Petiken is one of the villages in Gresik Regency that still preserves religious traditions. In its implementation, this tradition is an annual routine. Religious traditions are still carried out by the community even during the COVID-19 pandemic. This study aims to (1) find out the religious traditions in Petiken, Driyorejo, Gresik Villages before the COVID-19 and (2) know the religious traditions in Petiken Village, Driyorejo, Gresik as a form of cultural preservation of the community during the COVID-19 pandemic. This research uses qualitative methods with data collection through interviews and observations. The results of this study were (1) religious traditions in Petiken Village, Driyorejo, Gresik before the COVID-19 were carried out normally, both annual traditions and weekly routines and (2) religious traditions in Petiken Village,the early days of the arrival of COVID-19 which made all traditions temporarily abolished, the PSBB period with the implementation of some traditions underwent a change, and a new normal period by re-implementing all traditions by complying with health protocols.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 140-149
Author(s):  
Novi Diah Haryanti ◽  
Farah Nur Fakhriyah

This study aims to describe the phenomenon of matchmaking among pesantren. Abidah El Khalieqy's novel Perempuan Berkalung Sorban and Khilma Anis' Hati Suhita are the objects of study. The method used is descriptive qualitative. The data collection technique is done by analyzing the data interpretation. The type of data collected is a library. The approach used is sociology of literature. The data discussed in this study include: (1) comparison of the narrative structure of the two novels above, (2) matchmaking at the pesantren in the two novels, (3) matchmaking between two people and two pesantren, and (4) marriage satisfaction.Research result show Matchmaking in pesantren is usually done because of the interests or goals that benefit one of the parties. MatchmakinginThe two novels originated from compulsion that led to divorce and sadness, especially on the part of women.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 91-106
Author(s):  
Muhammad Khodafi ◽  
Wildayati Wildayati ◽  
Rizki Endi Septiyani

This paper aims to determine (1) the events of the Spanish Influenza 1918-1920 pandemic in Indonesia, (2) the COVID-19 pandemic in Indonesia, and (3) a map of the COVID-19 pandemic through the Spanish Influenza1918-1920 in Indonesia. This research uses qualitative methods through literature study techniques. The data obtained were analyzed using the phenomenological theory of Alfert Schurtz. The results of this study indicate if (1) the Spanish Influenza1918 in Indonesia can be categorized through the history, impact, and efforts to overcome the pandemic in Indonesia, (2) the COVID-19 pandemic in Indonesia can be mapped into three parts (discussion) similar to the Spanish Influenza 1918 in Indonesia, and (3) a map of the COVID-19 pandemic through the Spanish Influenza 1918 in Indonesia. Overall these two pandemic events can be correlated as historical repetitions, that is, between the past and the present. This research is expected to find continuity as a historical fact as well as learning material in the future.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document