AGROSCRIPT Journal of Applied Agricultural Sciences
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

29
(FIVE YEARS 29)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Perjuangan Tasikmalaya

2685-9491, 2685-9505

Author(s):  
Nindi Andianingsih ◽  
Arrin Rosmala ◽  
Syariful Mubarok

Tanaman tomat umumnya dibudidayakan di Indonesia secara komersial, terutama di dataran tinggi. Kualitas buah tomat yang baik hanya dicapai pada ketinggian 800 mdpl. Auksin dan giberelin bekerja sinergis dalam pembentukan bunga dan buah pada tanaman tomat. Pemberian hormon auksin dan giberelin pada tomat kultivar Aichi First diharapkan dapat memacu pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon Auksin dan Giberelin dan untuk mendapatkan perlakuan hormon yang paling optimal terhadap pertumbuhan Aichi First. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Mei 2020 di kebun percobaan yang terletak di Desa Dadiharja, Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dan diulang sebanyak 3 kali.  Pemberian hormon auksin dan hormon giberelin berpengaruh terhadap tinggi tanaman, akan tetapi tidak berpengaruh pada parameter diameter batang, jumlah tandan, jumlah bunga, umur berbunga, dan luas daun. Konsentrasi auksin 30 ppm + giberelin 80 ppm menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi, yaitu sebesar 50.42 cm.


Author(s):  
Lina Budiarti ◽  
Jaenudin Kartahadimadja ◽  
Miranda Ferwita Sari ◽  
Destieka Ahyuni ◽  
Dulbari Dulbari

Artropoda predator dapat dioptimalkan perannya di ekosistem sawah untuk menekan populasi hama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai indeks keanekaragaman artropoda predator pada galur padi rakitan Politeknik Negeri Lampung. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2020. Penelitian dilaksanakan di lahan Seed Teaching Farm Program Studi Teknologi Perbenihan, Politeknik Negeri Lampung dengan galur padi Pandan Wangi (PW), Ciherang (CH), B1, B2, B3, B4, B7, D2, D3, F3, F4, H1, H4, K, dan L2 dengan 2 varietas unggul pembanding yaitu Ciherang (CH) dan Gilirang (Gil). Pengamatan artropoda dilakukan menggunakan metode jaring dilakukan sebanyak 3 ayunan ganda. Pengambilan sampel serangga dilakukan pada pukul 06.00- 09.00 WIB. Identifikasi menggunakan makroskop binokuler di Laboratorium tanaman pangan II. Data hasil identifikasi serangga kemudian dihitung nilai indeks keanekaragaman spesies Shannon (H’), indeks dominasi spesies Berger-Parker (d) dan indeks kemerataan spesies dari Pielou (E). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa artropoda predator yang ditemukan adalah laba-laba predator seperti Oxyopes javanus, Tetragnatha javana, T. virescens, T. maxilosa, Pardosa pseudoannulata, Athypena sp., dan serangga predator seperti Microvelia douglasi, Agriocnemis pygmaea, A. femina, A. pieris, dan Verania lineata, Menochillus sexmachulatus, Hispella atra, dan Paederus fuscipes. Nilai indeks keanekaragaman pada setiap galur padi fluktuatif dan berkisar dari rendah ke sedang.


Author(s):  
Nira Novita ◽  
Efrin Firmansyah ◽  
Selvy Isnaeni

Agens pengendali hayati (APH) selain dapat membatasi pertumbuhan dan perkembangan Organisme Pengganggu Tumbuhan, APH juga berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem  lingkungan pertanian. Trichoderma sp. merupakan salah satu agens pengendali hayati yang dapat digunakan untuk mengendalikan patogen tular tanah salah satunya Fusarium sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan, hasil dan keevektivan dalam mengendalikan layu fusarium tanaman mentimun. Rancangan yang di gunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Penelitian ini dilakukan di Screen House Satuan Pelayanan BPTPH Wil V Tasikmalaya. Perlakuan penelitian yaitu Dosis Trichoderma sp. 0 g tan-1 (kontrol),  25 g tan-1,50 g tan-1,  75 g tan-1,  100 g tan-1. Data dianalisis menggunakan analisis ragam dilanjutkan dengan uji Duncan taraf α 5%. Hasil penelitian menunjukan tidak adanya kejadian serangan penyakit fusarium pada tanaman dengan perlakuan dosis Trichoderma sp. maupun perlakuan kontrol, hal tersebut diduga bahwa keadaan lingkungan  tidak sesuai bagi pertumbuhan cendawan Fusarium sp.. Dosis Trichoderma sp. 75 g tan-1 memeberikan pertumbuhan dan hasil yang optimal pada tanaman mentimun.


Author(s):  
Sitti Fatimah Syahid

In vitro techniques could be applied for plant conservation through minimal growth. Growth reduction is generally attained by modifying the culture medium and/or the environmental condition. Conservation of St. John’s wort (Hypericum perforatum L.) in vitro through dilution of basic medium was conducted at the Tissue Culture Laboratory of Indonesian Spice and Medicinal Crops Research Institute (ISMCRI) in 2018. Sterile shoots were cultured into Murashige and Skoog (MS) medium by reducing macronutrients. The treatments used were full-MS + 0.1 mg L-1 N6 - benzyladenine (BA) as control; ¾ MS + 0.1 mg L-1 BA; ½ MS + 0.1 mgL-1 BA and ¼ MS + 0.1 mg L-1 BA. Observation of the culture growth was conducted three months after the treatments. The experiment was arranged in Completely Randomized Design with ten replications. The result showed that the use of a dilution of basic medium affected the growth of St. John’s wort. The use of ¼ MS + 0.1 mg L-1 BA composition could suppress culture growth (number of shoots, shoots length and number of leaves), without showing necrotic symptom until three months of conservation. This treatment could be used as an alternative to minimize the culture of St. John’s wort for in vitro conservation.


Author(s):  
Miranda Ferwita Sari ◽  
Jaenudin Kartahadimaja ◽  
Lina Budiarti ◽  
Destieka Ahyuni
Keyword(s):  

Padi adalah salah satu komoditas pangan utama di Indonesia. Kebutuhan pangan beras akan meningkat setiap tahunnya selaras dengan peningkatan jumlah penduduk. Akan tetapi peningkatan kebutuhan beras tiap tahunnya tidak sesuai dengan kondisi lahan dan produksi padi yang ada saat ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan galur atau varietas padi yang memiliki produktivitas tinggi. Pengembangan galur-galur padi baru memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Penelitian dilaksanakan di Lahan Seed Teaching Farm PS. Teknologi Perbenihan, Politeknik Negeri Lampung, pada bulan Agustus —Desember 2020. Rancangan perlakuan disusun secara RAKL dengan 1 faktor (galur), 3 blok, dan 5 ulangan. Perlakuan yang dicobakan adalah 13 galur tanaman padi rakitan Politeknik Negeri Lampung, yaitu galur B1, B2, B3, B4, B7, D2, D3, F3, F4, H1, H4, K dan L2. Data hasil pengamatan diolah dengan software SAS dan terhadap analisis ragam yang nyata, dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) dengan taraf 5%. Berdasarkan nilai KKG dan KKF, variabel pengamatan yang dapat digunakan untuk seleksi berdasarkan penelitian ini yaitu jumlah gabah bernas/malai, jumlah gabah hampa/malai, bobot malai dan produktivitas. Galur yang memiliki produktivitas yang tinggi yaitu galur D3. Kata kunci: galur padi, keragaman, produktivitas


Author(s):  
Cinthiya Muizz Abita Sari ◽  
Arrin Rosmala ◽  
Syariful Mubarok
Keyword(s):  

Violces (Saintpaulia ionantha) merupakan tanaman hias indoor yang cukup diminati karena memiliki bentuk bunga cantik dengan daun tebal yang ditumbuhi bulu halus pada permukaannya. Pemberian kombinasi konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) auksin IAA dan sitokinin BAP serta penggunaan media tanam yang tepat penting dalam proses pertumbuhan pada perbanyakan tanaman Violces. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ZPT dan media tanam terbaik serta interaksi dari ZPT dan media tanam terhadap pertumbuhan setek daun Violces (Saintpaulia ionantha). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember-April 2020. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah media tanam yang terdiri atas media tanam arang sekam (M1) dan media tanam tanah berpasir (M2). Faktor kedua adalah empat taraf kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin IAA dan sitokinin BAP yang terdiri dari 0 ppm IAA + 0 ppm BAP (Z1), 50 ppm IAA + 100 ppm BAP (Z2), 50 ppm IAA + 50 ppm BAP (Z3), dan 100 ppm IAA + 50 ppm BAP (Z4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap panjang akar dan jumlah akar, berpengaruh nyata terhadap persentase setek hidup dan persentase setek berakar. Faktor ZPT beserta interaksi antara ZPT dan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar, jumlah akar, persentase setek hidup, persentase setek berakar, persentase setek bertunas, dan stadia warna daun.


Author(s):  
Rita Amelia ◽  
Nur Laela Wahyuni Meilawati ◽  
Siti Nurhidayah
Keyword(s):  

Lada merupakan komoditas ekspor yang menguntungkan dan kaya manfaat. Hal ini menyebabkan permintaan benih lada yang berasal dari setek batang meningkat. Untuk memenuhi permintaan benih lada dibutuhkan peningkatan keberhasilan hidup setek batang. Salah satu caranya yaitu penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT). Beberapa ZPT akan diujikan pada lima aksesi lada hasil iradiasi sinar gamma. Aksesi ini membutuhkan waktu sekitar tiga minggu untuk menumbuhkan akar atau tunas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan aksesi lada hasil iradiasi sinar gamma terhadap zat pengatur tumbuh Rootone F dan air kelapa. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Juni 2020 di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Bogor. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dua faktor. Faktor pertama adalah jenis aksesi yang terdiri dari lima jenis yaitu MP1, MP2, MP3, MP4 dan varietas Ciinten. Faktor kedua adalah ZPT yang terdiri dari tujuh taraf yaitu Rootone F 0.5 g, Rootone F 1 g, Rootone F 1.5 g, air kelapa 25%, air kelapa 50%, air kelapa 75% dan tanpa ZPT (kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons aksesi MP3 dan MP4 memiliki jumlah tunas, tinggi tunas, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun lebih baik daripada varietas Ciinten. Respons perlakuan ZPT Rootone F 0.5 g memiliki daun lebih lebar dan jumlah daun lebih banyak dibandingkan dengan air kelapa 75%, namun tidak berbeda nyata dengan kontrol pada umur 7 MST. Terdapat interaksi ZPT dan aksesi yang diuji dimana seluruh kombinasi memiliki persentase hidup >75% kecuali perlakuan Rootone F 1.5 g aksesi MP1 memiliki persentase hidup nyata lebih rendah.


Author(s):  
R. Arif Malik Ramadhan ◽  
Dewi Mirantika ◽  
Dina Septria

Keragaman serangga dinilai dapat memberikan kontribusi terhadap kehidupan manusia, termasuk peranan serangga dalam suatu agroekosistem. Serangga memiliki berbagai peranan dalam agroekosistem meliputi serangga hama, polinator, predator, parasitoid, dan dekomposer. Monitoring serangga merupakan langkah awal yang dapat dilaksanakan guna mengetahui keragaman dan keberadaan serangga dalam suatu agroekosistem. Informasi mengenai keragaman serangga serta peranannya terhadap agroekosistem di kota Tasikmalaya masih sangat terbatas sehingga dirasa perlu untuk melaksanakan monitoring keragaman serangga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pemasangan light trap pada 6 kecamatan berbeda di kota Tasikmalaya yaitu kecamatan Cihideung, Mangkubumi, Tawang, Tamansari, Kawalu, dan Cibeureum selama tiga hari. Serangga yang terperangkap kemudian diidentifikasi dan ditentukan peranannya terhadap agroekosistem. Berdasarkan hasil pemasangan perangkap dan identifikasi, didapatkan 15 spesies serangga berbeda. Sembilan spesies berperan sebagai hama: Drosophila spp., Oryctes rhinoceros, Lepidioma stigma, Leptocorisa acuta, Acanthocephala spp., Scirpophaga innotata, Helicoperva armigera, Spodoptera frugiperda, dan Spodoptera litura. Tiga spesies sebagai polinator: Anopheles spp., Musca domestica, dan Camponotus pennsylvanicus. Dua spesies sebagai predator: Paederus fuscipes dan Ortethrum sabina. Satu spesies sebagai dekomposer: Coptotermes curvignathus.


Author(s):  
Lukita Devy ◽  
Yuda Purwana Roswanjaya ◽  
Nur Alfi Saryanah ◽  
Ahmad Suhendra ◽  
Ade Lia Putri

Biopestisida dengan efektifitas dan efisiensi tinggi akan mendukung keberhasilan praktek proteksi tanaman di lapangan.  Tahapan yang cukup penting dalam produksi biopestisida berkualitas adalah formulasi.  Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari formulasi biopestisida berbahan dasarTrichoderma asperellum yang diisolasi dari tanah di PTPN XII Kediri, Jawa Timur.  Proses formulasi dilakukandengan seleksi substrat padat untuk produksi konidia, uji konsistensi substrat, uji scaling up produksi substrat dan uji daya simpan biopestisida.  Seleksi substrat dilakukan terhadap lima kombinasi substrat padat yaitu beras 100%; beras:jagung (50%:50%); beras:jagung (75%:25%); beras:jagung (25%:75%) dan jagung 100%.  Hasil menunjukkan bahwa beras 100% merupakan substrat terbaik untuk produksi konidia T. asperellum (3 x 109 konidiag-1).  Uji konsistensi beras 100% sebagai substrat dilakukan dalam dua tahap yaitu dalam volume sama dengan uji seleksi dan dalam volume lebih besar sebagai uji scaling up.  Hasil menunjukan terdapat konsistensi antara kedua uji tersebut dengan uji seleksi (7,88 x 109 dan 7,95 x 109 konidiag-1).  Uji daya simpan T. asprellum pada beras 100% menunjukkan stabilitas jumlah konidia (≥ 105 konidia g-1) sampai 105 hari setelah simpan pada suhu ruang.  Oleh karena itu, formulasi T. asprellum sebagai biopestisida dapat menggunakan beras 100% sebagai substrat.


Author(s):  
Yuda Purwana Roswanjaya ◽  
Delvi Maretta ◽  
Djatmiko Pinardi

Teknik sambung pucuk banyak dilakukan oleh petani kakao  karena dinilai  mudah, murah dan tidak membutuhkan sarana dan peralatan khusus. Hasil kajian peran hormon dalam interaksi batang bawah (rootstock) dan batang atas (scion) pada proses penyambungan dapat  dimanfatkan untuk penyempurnaan teknik penyambungan tanaman kakao. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh tanaman (ZPT) golongan sitokinin, auksin dan giberelin terhadap pembentukan tunas pada batang atas tanaman sambung pucuk kakao. Penelitian terdiri dari dua percobaan menggunakan rancangan acak kelompok. Sebagai perlakuan pada percobaan pertama adalah 12 taraf kombinasi ZPT golongan sitokinin dan auksin sedangkan pada percobaan kedua adalah 12 taraf kombinasi ZPT golongan sitokinin dan giberelin. Teknik sambung konvensional tanpa penggunaan ZPT digunakan sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zat pengatur tumbuh yang diaplikasikan pada entres sehari sebelum penyambungan berpengaruh nyata terhadap persentase pembentukan tunas. Persentase pembentukan tunas  pada batang atas tanaman hasil sambung lebih tinggi pada perlakuan aplikasi sitokinin tanpa penambahan auksin maupun giberelin. Perlakuan aplikasi ZPT belum berpengaruh terhadap jumlah daun, jumlah cabang dan panjang tunas baru pada batang atas. Kata kunci: ZPT, batang bawah,  tunas trubus, sitokinin, sambung pucuk


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document