UNIPLAN: Journal of Urban and Regional Planning
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

16
(FIVE YEARS 16)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Tanjungpura University

2747-2973

2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 7
Author(s):  
Muhamad Adhiyaksa ◽  
Annisa Mu'awanah Sukmawati

Kolorai Village has a variety of tourism potentials, they are cultural tourism, nature tourism, and marine tourism. Marine tourism is a type of tourism that has become the mainstay of Kolorai Village and has the opportunity to have a positive impact on the economic development of coastal communities. The research is located in Kolorai Village, South Morotai District, Morotai Island Regency. This study aims to analyze the impact of marine tourism on the economic conditions of the local people in Kolorai Village, South Morotai District, Morotai Island Regency. The research method conducted by using a quantitative method with Crosstab analysis techniques to exam the correlation between the existence of marine tourism and changes in income levels. Data collection was carried out by collecting primary data through questionnaires, interviews, and field observations as well as secondary data collection from document review. The results showed that the presence of marine tourism in Kolorai Village had a significant impact on the economy of the local community. This can be seen from the existence of new livelihood opportunities for local people who are not only as fishermen but also as marine tourism business actors and tourism accommodation service providers. The existence of accessibility and diversification of tourist attractions also affects the dynamics of community income in the marine tourism sector.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 29
Author(s):  
Nabil Fahrezy ◽  
Feldian Hendargi ◽  
Hasti Widyasamratri

Keberagaman di Indonesia merupakan pengaruh negara yang berbentuk kepulauan sehingga karakteristik geologi pada setiap wilayah akan berbeda, karena itu pengembangan di setiap wilayah akan berbeda. Pengembangan wilayah berbasis struktur geologi kawasan merupakan kajian dari pengembangan suatu wilayah dengan mengkaji struktur geologi yang terdapat pada kawasan tertentu. Perbedaan struktur geologi ini harus diperhatikan agar tidak terjadi ketidakcocokan, khususnya untuk pengembangan wilayah Pulau Belitung yang mulai tumbuh seiring dengan beralihnya kegiatan pertambangan ke kegiatan pariwisata sebagai prioritas pengembangan wilayah, khususnya di Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Nurfaila Tasni ◽  
Irsyadi Siradjuddin ◽  
Fadhil Surur

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bulukumba, salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Bulukumba ditetapkan sebagai kawasan pembangunan minapolitan berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 35 / KEPMEN-KP / 2013, untuk melihat optimalisasi program pembangunan maka diperlukan monitoring sebagai bentuk evaluasi, sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat infrastruktur yang tersedia di kawasan Minapolitan dan untuk mengetahui sejauh mana implementasi program di kawasan Minapolitan Kabupaten Bulukumba. Batasan t penelitian ini adalah melihat kesesuaian dokumen perencanaan dengan kondisi eksisting, mengevaluasi sejauh mana pelaksanaan perencanaan, produksi perikanan, dan kendala dalam pengembangannya serta cakupan wilayahnya merupakan kawasan Minapolitan Bulukumba yang terdapat pada Kawasan Minapolitan Bulukumba. Rencana. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2011 - 2031. Untuk menjawab rumusan masalah pertama dan kedua digunakan analisis skala likert dengan metode scoring berdasarkan hasil observasi dan wawancara sebagai langkah evaluasi, dimana proses evaluasi dilaksanakan dengan rencana yang seharusnya. Hasil dalam penelitian ini untuk masalah pertama menyatakan hasil evaluasi bahwa implementasi kawasan minapolitan berdasarkan ketersediaan fasilitas mencapai 44,6% dengan kategori prasarana kurang baik mencapai 66% pada kategori sedang sehingga masih banyak yang dibutuhkan. untuk direalisasikan dan jawaban dari rumusan masalah kedua yaitu Tingkat implementasi program dalam pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten Bulukumba sudah mencapai 80% dengan kategori baik secara keseluruhan program telah dilaksanakan, namun perlu adanya optimasi. Sehingga dampak program tersebut menyentuh seluruh lapisan masyarakat terutama masyarakat yang membutuhkan bantuan pemerintah seperti pemberian permodalan (home industry) sehingga memudahkan masyarakat dalam menjalankan usahanya sendiri.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 19
Author(s):  
Delfi Astari ◽  
Elysa Wulandari ◽  
Cut Nursaniah
Keyword(s):  

Letak geografisnya menjadikan Alue Naga sebagai salah satu kawasan pesisir Banda Aceh yang rentan terhadap bahaya tsunami. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan kerentanan yang ada di dalam kawasan sehingga dapat diketahui penerapan mitigasi yang sesuai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode mix method, data yang telah diperoleh disederhanakan kembali secara kualitatif deskriptif. Teori permukiman Doxiodis digunakan sebagai landasan penelitian untuk menilai 5 aspek penting di dalam kawasan. Tingkat kerentanan Alue Naga terhadap bahaya tsunami sangat tinggi dengan fisik hunian, tatanan ruang serta unsur buatan yang penggunaannya belum maksimal sebagai mitigasi. Pendidikan serta kepedulian masyarat akan mitigasi dan evakuasi juga masih sangat kurang. Pola penataan ruang permukiman yang sejajar dengan garis pantai, penambahan unsur buatan serta penerapan rumah panggung sebagai respon adaptasi akomodatif dianggap sebagai langkah penting untuk dilakukan. Potensi kawasan yang menjadi habitat mangrove dikembangkan kembali sebagai buffer mitigasi, sarana rekreasi dan pundi ekonomi penduduk lokal. Peninggian elevasi dilakukan pada area tertentu seperti titik evakuasi yakni dengan penimbunan untuk mensiasati energi gelombang serta kondisi tanah alluvial yang peka erosi.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 37
Author(s):  
Agustiah Wulandari

Kawasan pinggiran Kota merupakan kawasan yang berada di perbatasan antara wilayah desa dan kota. Kawasan pinggiran kota sering dinilai sebagai kawasan yang memiliki jarak yang jauh dari fasilitas-fasilitas umum di pusat kota. Hal inilah yang menyebabkan kawasan ini kurang diminati untuk dijadikan sebagai tempat tinggal. Penelitian ini dilakukan di pinggiran Kota Pontianak, tepatnya di Jalan Sungai Raya Dalam yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kubu Raya. Adapun komplek perumahan dan permukiman yang termasuk dalam wilayah kajian ada tiga, yaitu Komplek Villa Gading Mansion II, Komplek Villa Permata Indah, dan Komplek Mitra Indah Utama 8. Ketiga komplek ini termasuk kedalam Kecamatan Pontianak Tenggara, Kelurahan Bangka Belitung Darat, Kota Pontianak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jangkauan jarak fasilitas umum dari perumahan dan permukiman di kawasan pinggiran Kota Pontianak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data hasil observasi. Dari data hasil observasi, didapatkan data jangkauan jarak persebaran fasilitas umum dari perumahan dan permukiman di pinggiran Kota Pontianak. Dari data jangkauan jarak, kemudian akan dianalisis jarak terdekat dari perumahan dan permukiman di pinggiran Kota Pontianak ke fasilitas umum. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa persebaran fasilitas umum dari perumahan dan permukiman pinggiran Kota Pontianak, paling dekat berada pada jangkauan 0-2 km.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 29
Author(s):  
Ely Nurhidayati ◽  
Novi Safriadi ◽  
Faqih Dzulqarnain

Kondisi geografis dan demografi suatu wilayah dapat memengaruhi entitas dan identitas masyarakat yang tinggal di suatu permukiman. Perkembangan kota secara sporadis menyebabkan tidak terkendalinya lahan permukiman dan pola ruang Kota Singkawang, sehingga membentuk pola keterkaitan antar sistem perkotaan dan pengaruhnya berkontribusi terhadap berkembangnya kawasan permukiman kumuh. Permasalahannya adalah perkembangan permukiman ini justru meluas hingga ke pesisir dan tepian sungai. Adapun tujuan penelitian yaitu menilai tingkat kekumuhan kawasan permukiman di tepian air Kota Singkawang. Sasaran penelitian meliputi mengidentifikasi kawasan permukiman kumuh dan analisis skoring kawasan permukiman kumuh berdasarkan tujuh aspek. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif berbasis data skoring dan interpretasi hasil skoring berdasarkan Peraturan Menteri PUPR RI Nomor 14/RT/M/2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh. Hasil penelitian yang diperoleh meliputi kawasan permukiman tepian air yang terletak di pesisir yaitu Kelurahan Sedau, sedangkan permukiman tepian air yang terletak di tepian sungai yaitu Kelurahan Kuala dan Kelurahan Pasiran. Analisis skoring terhadap tujuh aspek menujukkan bahwa di Kelurahan Sedau RT39/RW7 memiliki tingkat kekumuhan ringan, Kelurahan Kuala RT10/RW3 memiliki tingkat kekumuhan ringan, dan Kelurahan Pasiran RT12/RW4 memiliki tingkat kekumuhan sedang.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 50
Author(s):  
Erni Yuniarti
Keyword(s):  

Mempawah Mangrove Center terletak di Jalan Gusti Sulung Lelanang, Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir. Keunggulan yang dimiliki adalah hutan mangrove dengan spesifikasi kegiatan wisata berupa wisata alam. Luas untuk peruntukan wisata adalah 4 Ha dan luas hutan mangrove-nya dilihat dari perekaman Citra Google Earth adalah 51 Ha. MMP merupakan kawasan mangrove pertama yang dijadikan sebagai kawasan wisata alam, sehingga disebut sebagai penggerak berkembangnya wisata mangrove di Kalimantan Barat. Namun, masih terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi oleh MMP antara lain, aksi vandalisme, seperti mencoret, mengukir, dan mematahkan pohon mangrove, serta permasalahan kebersihan lingkungan seperti sampah baik yang dihasilkan oleh wisatawan maupun sampah pengaruh pasang surut air laut.  Tujuan penelitian adalah merumuskan strategi pengembangan Mempawah Mangrove Center. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi literatur. Berdasarkan hasil analisis SWOT diperoleh bahwa MMP berada pada Kuadran I atau strategi S-O artinya posisi yang sangat menguntungkan. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah strategi agresif dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada dalam pengembangan kawasan wisata MMP. Adapun strategi pengembangan yang dapat dilakukan antara lain memperluas promosi wisata, meningkatkan kapasitas pengelola wisata, membentuk regulasi, membangun spot pendukung wisata, dan menjalin hubungan dengan kemitraan.


Author(s):  
Febri Prima

Salah satu objek wisata unggulan di Kabupaten Sanggau adalah Pancur Aji, lokasi objek wisata berada di pusat ibukota Sanggau dan mudahnya akses menuju objek wisata. Wisata Pancur Aji memiliki daya tarik tersendiri yang menawarkan pemandangan air terjun, keberadaan flora dan fauna yang langka. Namun, dibalik besarnya potensi dari objek wisata tersebut masih terdapat permasalahan yang belum terselesaikan diantaranya, pengelolaan objek wisata masih belum optimal, masih banyak terdapat fasilitas yang tidak terawat seperi wahana permainan yang rusak. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk menentukan kelas potensi wisata berdasarkan Analisis Supply Demand; (2) Mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang berpengaruh terhadap pengembangan industri pariwisata Pancur Aji di Kabupaten Sanggau; (3) Mengetahui alternatif rencana strategi yang dapat diimplementasikan dalam pengembangan industri pariwisata Pancur Aji  Kabupaten Sanggau. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Supply Demand dan Analisis SWOT. Hasil Penelitian ini yaitu Pada Analisis Supply Objek Wisata Pancur Aji berada di kelas II (Potensi Sedang/Cukup Mendukung) dan pada Analisisi Demand berada di Kelas III (Potensi Rendah/Kurang Mendukung). Sedangkan pada Analisis SWOT dengan menggunakan Diagram Kartesius, Pancur Aji berada pada kuadran I maka sehingga strategi yang digunakan adalah strategi Strength-Opportunity (SO). Strategi pengembangan industri pariwisata Pancur Aji berdasarkan strategi SO diantaranya adalah: (a) Perlunya peningkatan akomodasi secara optimal dalam keberlangsungan kegiatan wisata agar wisatawan merasa nyaman untuk menikmati kawasan objek wisata Pancur Aji; (b) Menambahkan kegiatan atraksi wisata di Pancur Aji berupa Wisata Edukasi dengan meningkatkan promosi wisata untuk dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung sehingga wisata yang ditonjolkan di Pancur Aji bukan hanya wisata alam tapi wisata edukasi juga.; (c) Mendorong masyarakat untuk turut mempromosikan objek wisata kepada wisatawan dan dilakukan secara terus-menerus.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 41
Author(s):  
Riska Aprilia Ayuningtyas

Usaha pemerintah dalam memenuhi kebutuhan perumahan di kota – kota besar dengan tingkat kepadatan yang tinggi adalah dicanangkannya kebijakan pembangunan rumah susun. Tujuan pembangunan rumah susun adalah memenuhi kebutuhan rumah layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan menciptakan lingkungan yang selaras dan seimbang. Namun demikian, kendala yang dihadapi dalam pembangunan rumah susun adalah kualitas bangunan berada di bawah standar serta penyediaan sarana dan prasarana kurang seimbang. Salah satu rumah susun di Kota Pontianak adalah Rumah Susun yang terletak di Kelurahan Sui Beliung, Kecamatan Pontianak Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kenyamanan hunian berdasarkan kondisi fisik rumah susun. Metode yang digunakan dalam mencapai sasaran penelitian ini adalah dengan teknik observasi dan penyebaran kuesioner. Metode analisa yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu penilaian observatif guna mengidentifikasi kondisi fisik hunian rumah susun, analisis skoring untuk mengidentifikasi persepsi penghuni terhadap kondisi fisik rumah susun dan untuk mengetahui kategori tingkat kenyamanan hunian rumah susun.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Zaflis Zaim

A village land is an asset belonging to the village or common goods, not belonging to individuals, foundations, Institution or companies so that it must be used for the benefit of the village or the administration of government. This research identified the constraints on the use of Bengkok as a village land, exploring the format of collaborative management (co-management) in the utilization of Biogas installation and public facilities such as: composting, chopper, water tank, play group, meeting room and warehouse. The research method was taken with in-depth interview and observation to obtain the data through all member of the farmer groups, the religious and community leaders, and village government staff. The results indicated that the utilization and management of the village land by farmer groups were not yet optimal. The cow's milk production was still quite small, volatile, and tended to decline. The decreased milk production resulted in the loss of other processed products such as soap, candy and crackers from milk ingredients. Other impacts included the closing of the business opportunities for fertilizer from livestock manure, and the passive supply of household gas obtained from the biogas installation. This research initiated the need for the role of 5 stakeholders, namely Ungaran Regency government, village government, private parties, social institution, and the local communities in order to collaborate on Biogas and public facilities management. The social institutions were formed to repair or improve the Biogas management and water supply for all facilities on the village land.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document