Metahumaniora
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

254
(FIVE YEARS 108)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Padjadjaran

2657-2176, 2085-4838

Metahumaniora ◽  
2020 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 271
Author(s):  
Erlina Zulkifli Mahmud

AbstrakArtikel ini membahas satu jenis strategi penerjemahan yang berfokus pada penerjemahan pada level kata yang bersifat non-equivalent menurut Mona Baker. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan jenis strategi penerjemahan apa saja dalam taksonomi tersebut  yang diaplikasikan pada penerjemahan kata-kata non-equivalent yang ditemukan pada novel-novel Indonesia sebagai bahasa sumber ke dalam bahasa Inggris sebagai bahasa sasaran; dan juga untuk mengidentifikasi apakah pesan yang terdapat pada kata-kata bersifat non-equivalent pada bahasa sumber tersampaikan sama pada bahasa sasaran. Metode yang digunakan untuk membahas aplikasi strategi penerjemahan ini adalah metode kualitatif-komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kata-kata yang bersifat non-equivalent diterjemahkan dengan menggunakan 7 dari 8 strategi penerjemahan yang ada dan secara keseluruhan strategi penerjemahan untuk kata non-equivalent mampu menyampaikan pesan yang terdapat pada kata-kata non-equivalent tersebut meskipun tidak semua secara detil.Kata kunci: strategi penerjemahan, kata non-equivalent, strategi penerjemahan Mona Baker AbstractSpeech act is the activity of uttering speech with a specific purpose. Research on speech acts has been done by many researchers before, but the number is still limited that reviewed the speech acts during the Covid-19 pandemic. This study discussed the types of speech acts on Instagram social media during the Covid-19 period. This study used a pragmatic approach with Searle's speech act theory (1979). The method used is descriptive qualitative. Based on the results of data analysis, researcher found that 3 types of speech acts, namely 1) Directive speech acts with the implicature of persuading and encouraging; 2) Representative speech acts with the implicature of commanding and challenging; 3) Expressive speech acts with the implicature of encouraging.Keywords: Covid-19, Pragmatic, Speech act         


Metahumaniora ◽  
2020 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 361
Author(s):  
Eko W. Koeshandoyo

Penelitian ini bertujuan meneliti fungsi bentuk sapaan bahasa Inggris Amerika sebagai strategi diskursif dalam percakapan. Penelitian ini menggunakan 8 film produksi Amerika yang menggunakan bahasa Inggris Amerika dengan latar kehidupan modern. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk sapaan memiliki 10 fungsi strategi diskursif berupa pemenuhan aturan dan norma baku secara hukum, pematuhan aturan dan norma organisasional, penunjukan kesantunan, refleksi evaluatif personal atas jarak sosial dan solidaritas,  penunjukan hubungan kekerabatan,  penanda solidaritas dalam suatu kelompok sosial, strategi humoristik, penanda sifat formal-tidaknya pembicaraan, perujuk hubungan kuasa penyapa-pesapa, dan ekspresi mitigatif.Kata Kunci: Bentuk sapaan; perbedaan kuasa; solidaritas; kesantunan; jarak sosial


Metahumaniora ◽  
2020 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 346
Author(s):  
Rima Rismaya

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kerja sama dan kesopanan berbahasa, serta kemungkinan penyebab munculnya pelanggaran-pelanggaran tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan topik utama yaitu pelanggaran prinsip kerja sama dan kesantunan berbahasa yang terdapat dalam komentar terhadap cuitan Twitter bertema internalized sexism. Sumber data penelitian adalah komentar-komentar berbahasa Indonesia dalam cuitan akun @cunggun. Data penelitian ini dikumpulkan melalui metode simak dengan teknik tandai dan catat. Analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analisis isi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat pelanggaran prinsip kerja sama yang dikelompokkan menjadi pelanggaran terhadap maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Kemudian, pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa terjadi pada pelanggaran maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian. Pelanggaran ini dilakukan sebagai bentuk kemarahan petutur atas cuitan penutur yang dianggap merendahkan sesama kaum wanita.


Metahumaniora ◽  
2020 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 321
Author(s):  
Ulfah Raihan ◽  
Sri Rijati Wardiani ◽  
Amaliatun Saleha
Keyword(s):  

Artikel jurnal ini menyajikan hasil penelitian tentang keberadaan penanda-penanda kekuasaan di dalam cerita anak Mesir berjudul Sulthān li Yaumin Wāhid ‘Raja Sehari’ (2008) karangan Ya’qūb Asy-Syārūnī. Praktik-praktik mendominasi dan didominasi terjadi di antara para tokoh di dalam cerita. Masalah pokok yang disoroti di dalam artikel jurnal ini adalah penanda-penanda kekuasaan yang ada pada tokoh yang mengindikasikan adanya makna kekuasaan dalam perspektif semiologi Roland Barthes. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan penanda-penanda kekuasaan yang ada di dalam cerita serta mengidentifikasi signifikasi yang dikemas di dalamnya melalui metode kajian sastra kualitatif dengan analisis tekstual memanfaatkan teori semiologi Roland Barthes, yaitu konsep tingkatan signifikasi berupa relasi penanda dan petandanya dalam sebuah tanda (denotasi) serta relasi tanda dengan acuannya dalam realitas eksternal (konotasi). Hasil penelitian menunjukkan ditemukannya makna-makna kekuasaan melalui identifikasi 6 kelompok jenis penanda, yaitu berupa busana, sikap dan tuturan, tempat tinggal, barang dan makanan mewah, orang-orang dekat, serta wewenang raja yang dikaitkan dengan tanda budaya. Penanda-penanda tersebut mengonotasikan pada raja sebagai pemilik kekuasaan yang merupakan orang berkelas tinggi, bertaraf hidup tinggi, mulia, dan paling istimewa yang harus dipatuhi, dilayani, serta diberikan wewenang paling besar dalam segala urusan.


Metahumaniora ◽  
2020 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 403
Author(s):  
Puspa Mirani Kadir

Madrasah yang sedang kami bina dalam pembelajaran bahasa Asing ini, merupakan madrasah diniyah-awaliyah,  yang tidak menutup kemungkinan siswa-siswa kami akan melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi baik itu masuk madrasah Tsanawiyah maupun madrasah Aliyah. Pengenalan bahasa asing diperkenalkan sejak dini adalah yang paling terbaik. Metode yang mudah yang akan dapat difahami dengan kemampuan empat kecakapan berbahasa yang sesuai dengan yang disebutkan di dalam Permenag, bertujuan (1) mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab yang mencakup empat kecakapan menyimak (istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran conversation sebagai keterampilan berbahasa asing termasuk penggunaaan berbagi media pembelajaran seperti video, audio, LCD, daftar kosa kata, bahan percakapan yang diambil dari sumber buku bahasa asing lainnya atau dibuat oleh pengajar sesuai dengan topik atau materi pelajaran, dan media dibuat oleh siswa. Komponen model bahan ajar ini juga mencakup penilaian teknik atau tes yang tidak hanya bentuk lisan tetapi juga tes tertulis. Pengajaran ini materi juga harus berisi teks dan latihan individu atau bahkan kelompok atau pasangan dan dilengkapi dengan bimbingan pengajar, sedangkan untuk siswa diberikan bahan ajar sebagai panduan saat belajar serta memperkuat keterampilan sesuai dengan pembelajaran bahasa asing tersebut.


Metahumaniora ◽  
2020 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 390
Author(s):  
Trian Ramadhan Nuryadin
Keyword(s):  

Speech act atau tindak tutur adalah satuan lingua yang bersifat inti dalam kajian pragmatik. Tindak tutur sendiri meiliki impikatur yang berbeda dan disandarkan pada konteks yang melekat pada wacananya. Penelitian semacam ini memang telah banyak dilakukan namun pada penelitian ini peneliti mengambil sumber data yang menarik yaitu dari pesan singkat automatis yang dikirim oleh satuan tugas penanganan COVID-19. Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yang menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini hanya terfokus pada jenis-jenis tindak tutur yang terdapat pada pesan singkat layanan masyarakat terkait pencegahan penyebaran virus COVID-19. Pada penelitian ini juga penulis mengunakan teori-teori tindak tutur Searle (1979) dengan pendekatan kajian pragmatik. Ditemukan dari 17 data yang didapat, data berupa pesan singkat dapat bagi kedalam jenis-jenis tindak tutur, yaitu; 5 data pada jenis tindak tutur direktif, 5 data pada jenis tindak tutur asertif, 1 data pada jenis tindak tutur ekspresif, 4 data pada tindak tutur komisif, dan 2 data pada jenis tindak tutur deklarasi.


Metahumaniora ◽  
2020 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 295
Author(s):  
Cece Sobarna

Pertumbuhan manusia terus melaju. Begitu pula dengan pergerakannya. Seiring dengan kemajuan peradaban, pergerakan manusia perlahan-lahan dari waktu ke waktu akan lebih banyak terkonsentrasi di perkotaan. Oleh sebab itu, kota sebagai tempat bermukim manusia haruslah diperhatikan  dan dibenahi secara sungguh-sungguh sehingga dapat dinikmati oleh semua pihak (cities for all), sebagaimana amanah Sustainable Development Goals (SDGs).


Metahumaniora ◽  
2020 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 256
Author(s):  
Pangesti Rokhi Dewi ◽  
Tisna Prabasmoro ◽  
Sri Rijati Wardiani

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis perspektif tokoh anak Yahudi, yakni Anna dan Max terhadap rasisme selama Hitler memimpin Jerman pada tahun 1933 yang tergambar dalam novel anak When Hitler Stole Pink Rabbit karya Judith Kerr. Dalam penelitian ini digunakan teori naratologi dari Genette (1980), dan konsep rasisme yang dikemukakan oleh Fredrickson (2015) dan Better (2008). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk menganalisis novel. Hasil penelitian ini adalah terdapat dua jenis rasisme pada novel tersebut, yakni rasisme institusi yang ditunjukkan oleh Nazi dan individu yang ditunjukkan oleh anak dan orang tuanya yang pro terhadap Nazi, serta teman-teman sekolah Max. Penelitian ini pun menunjukkan fokalisasi Anna dan Max baik yang dituturkan oleh mereka sendiri maupun narator tentang rasisme sebagai bentuk represi terhadap fisik dan psikis mereka. Mereka dapat meresistensi semua rasisme yang mereka alami dengan menjadi orang Yahudi yang lebih baik untuk mematahkan prasangka yang melekat pada Nazi maupun orang-orang yang membenci mereka.  Kata Kunci: rasisme, nazi, perspektif anak, sastra anak, naratologiAbstractThis research aims to analyze the Jewish children’s perspective, namely Anna and Max, on racism during Hitler's leadership in Germany in 1933 in the children's novel When Hitler Stole Pink Rabbit by Judith Kerr. The theories used in this research are narratology of Genette (1980), and the concept of racism proposed by Fredrickson (2015) and Better (2008). This study used descriptive qualitative method to analyze the novel. The article is to show the two occurrences of racism in the novel; racism shown by Nazis and individuals shown by children and parents who are pro-Nazi, as well as Max's school friends. The article examined Anna and Max’s focalizations, both spoken by themselves and by the narrator. The article eventually argues that Anna and Max’s perspective about racism is a form of repression towards their physical and psychological aspects. They withstand racial oppression by becoming better Jews to break the prejudices attached to the Nazis or those who associate them.Keywords: racism, nazi, children’s perspective, children’s literature, narratology             


Metahumaniora ◽  
2020 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 373
Author(s):  
Ypsi Soeria Soemantri ◽  
Susi Machdalena

Luas lautan di Indonesia lebih luas daripada luas daratannya. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji tanda-tanda yang berkaitan dengan lautan dan ekosistemnya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Teori yang digunakan adalah teori semiotika struktural dan semiotika pragmatik yang diambil dari Danesi (2000), Chandler (2004) dan Hoed (2014) dan penlitian ‘Sendera, Yakin dan Totu’ (2014) tentang pertentangan  teori antara model Saussure dan model Peirce. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemaknaan tanda-tanda dalam dua poster yang berkaitan dengan laut dengan menggunakan teori Model Saussure dan model Peirce; dan mendeskripsikan hasilnya apakah bertentangan atau saling melengkapi. Sumber data diambil dari poster ‘Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sdg’s) nomor 14.   ‘Tujuan Pembangunan Berkelanjutan’ adalah agenda pembangunan global selama 15 tahun dari 2015-2030. Poster tersebut  banyak memiliki tanda, poster pertama memiliki tanda bertuliskan “Menjaga Ekosistem laut” , dan poster kedua diambil dari laman KKP memiliki tanda berupa tulisan ‘Sampah Plastik Kita, Bukan Untuk Mereka’. Pemaknaan tanda dengan mengunakan model Saussure dan model Peirce dapat menghasilkan bentuk dan konsep dengan formasi saling melengkapi, sehingga pemaknaa tanda menjadi lebih lengkap.


Metahumaniora ◽  
2020 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 333
Author(s):  
Nani Sunarni

Kajian ini difokuskan pada nilai bushido dari tokoh seorang gadis kecil yang terdapat dalam cerpen Mikan. Dibalik kesederhanaan dan kelusuhan tokoh gadis kecil ternyata   di dalamnya terdapat kesucian hati , kegigihan, kerja keras, dan keberanian. Sikap ini  menggambarkan karakteristik budaya masyarakat Jepang yang berasal dari sebagian  nilai-nilai bushido yang dijadikan dasar acuan hidup masyarakat Jepang. Sikap-sikap moral ini menjadi modal dasar  untuk menjadi manusia Jepang yang menganut nilai-nilai sosial yang harmoni.Kata kunci:  bushido, pendidikan sosial, mikan, moral


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document