Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

231
(FIVE YEARS 65)

H-INDEX

3
(FIVE YEARS 1)

Published By Institut Pertanian Bogor

2549-2853, 1410-7333

2021 ◽  
Vol 23 (2) ◽  
pp. 53-60
Author(s):  
Muhammad Ardiansyah ◽  
Rifqi Aditya Nugraha ◽  
La Ode Syamsul Iman ◽  
Syamsu Dwi Djatmiko

Land use and climatic changes potentially affect the surface runoff and inundation in watershed zones. Every year, the outflow of the Cimanuk River causes floods across the majority of the upper area of the Cimanuk Watershed, as well as the lower area. This study aimed to assess the impact of climatic and land use changes on future flood inundation in the Lower Cimanuk Watershed using a RRI model. Land-use change has been prepared by modeling using a multi-layer perceptron neural network and Markov Chain approach, while climate change using HadGEM2-ES global climate model data under scenarios RCP4.5. In particular, the forest area was projected to decline in this watershed zone, from 19.54% of the total area in 2019 to 17.73% in 2050. Similarly, the area of paddy fields was predicted to decline from approximately 34.36% in 2019 to 29.65% in 2050. In contrast, other types of land use such as dryland agriculture, mixed dryland agriculture, and settlements were projected to increase in the future. The coverage of the simulated flood inundation area using the Rainfall-Runoff Inundation model estimated to reach 179.4 km2 in 2019. The simulation results showed an increase in flood inundation areas in 2030 and 2050, alongside changes in land use and climate. The areas affected by flood inundation were estimated to reach 253.3 km2in 2030. This coverage was expected to increase by 311.9 km2 in 2050, with severely affected land uses including settlements, dry land agriculture, mixed dry land agriculture, paddy fields, and ponds.


2021 ◽  
Vol 23 (2) ◽  
pp. 61-67
Author(s):  
Lusiana Adriani ◽  
Fahrizal Hazra ◽  
Fatimah Nur Istiqomah

Pupuk hayati mikoriza dapat mempertahankan produktivitas lahan dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemberian pupuk hayati mikoriza terhadap pertumbuhan bawang merah (Allium cepa var. aggregatum) serta mengetahui infeksi akar, dan pengaruhnya terhadap kadar N, P, K tanah. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan pengujian pupuk hayati yang dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 70/ Permentan/ SR. 140/10/2011, terdiri dari 6 perlakuan (A-F) sebagai berikut: A) kontrol, B) pupuk standar, C) pupuk hayati mikoriza, D) pupuk hayati mikoriza + 25% pupuk standar, E) pupuk hayati mikoriza +  50% pupuk standar, F) pupuk hayati mikoriza + 75% pupuk standar. Terdapat 5 ulangan sehingga diperoleh 30 satuan percobaan. Pupuk hayati mikoriza dapat mengurangi kebutuhan pupuk standar (PS) menjadi 25% sampai 50%.  Kombinasi pupuk hayati 2.5 g/tanaman dengan 50% PS menghasilkan tinggi tanaman dan bobot biomassa terbaik, namun secara ekonomis lebih direkomendasikan pemakaian 25% PS. Perlakuan yang diaplikasikan mikoriza memiliki nilai infeksi akar yang sangat tinggi yaitu diatas 75%. Jenis spora yang berhasil berasosiasi adalah Acaulospora sp., Glomus etunicatum, dan Glomus sp. Pengaplikasian mikoriza menghasilkan respons peningkatan sebesar 14.91% pada P-tersedia Latosol, sedangkan terhadap K-dd dan N-total tidak berpengaruh nyata.


2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Arief Hartono ◽  
Syaiful Anwar ◽  
Masruroh

Penggunaan pupuk urea dan pupuk kandang yang berlebihan oleh petani menyebabkan terjadinya akumulasi ion nitrat pada tanah pertanian. Pengetahuan tentang kemampuan tanah dalam mengerap nitrat menjadi sangat penting dalam kaitan pergerakan nitrat di dalam profil tanah.  Tujuan penelitian ini adalah karakterisasi tanah-tanah pertanian yang mempunyai order Andisol di Pulau Jawa dalam mengerap nitrat dan mengidentifikasi sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erapan nitrat. Data erapan nitrat diperoleh dengan menjenuhkan tanah dengan larutan nitrat pada berbagai konsentrasi, setelah sebelumnya tanah dijenuhi dengan klorida. Nitrat dalam larutan supernatan ditetapkan menggunakan UV Spectrophotometer dengan panjang gelombang 210 nm dan 275 nm. Kemudian, data dianalisis menggunakan dua persamaan yaitu, persamaan Langmuir dan persamaan Freundlich. Hasil menunjukkan bahwa Erapan nitrat dapat disimulasikan paling baik oleh persamaan Freundlich. Nilai konstanta K persamaan Freundlich yang merupakan indeks erapan maksimum berkorelasi positif dengan karbon (C) organik, aluminium yang diekstrak dengan amonium oksalat (Alo), aluminium yang diekstrak dengan dithionite-citrate-bicarbonate (Ald) dan Alo+1/2Feo (sifat Andik). Penelitian ini merekomendasikan bahwa C organik, Alo, Ald dan sifat Andik mengontrol erapan nitrat.


2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 44-49
Author(s):  
Maulidiyah Nor Kasanah ◽  
Shinfi Wazna Auvaria ◽  
Widya Nilandita

Air merupakan komponen penunjang kebutuhan pokok manusia untuk kegiatan sehari-hari. Kecamatan Maduran menjadi kecamatan yang penduduknya menggunakan air tanah sebagai sumber air alternatif. Faktor adanya kontaminasi terhadap air tanah di Kecamatan Maduran adalah kegiatan rumah tangga, home industry, dan sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas dan status mutu air tanah di Kecamatan Maduran. Status mutu air tanah didasarkan pada Permenkes No. 32 Tahun 2017 dan Kepmenlh No. 115 Tahun 2003. Stasiun pengambilan sampel ditentukan berdasarkan SNI 6989.58:2008. Pengambilan sampel dilakukan 1 kali dengan metode split di 8 stasiun yang mewakili. Pengujian status mutu air tanah meliputi parameter fisik dan kimia, yaitu suhu, bau, rasa, TDS, kekeruhan, pH, CaCO3, Mn, Fe, Nitrat, dan Nitrit. Hasil analisis kualitas air tanah terdapat parameter yang melebihi baku yaitu, Stasiun A dengan kadar TDS senilai 2490 mg/L dan Kesadahan senilai 1130 mg/L. Stasiun D kadar TDS senilai 1284 mg/L dan kesadahan 500 mg/L. Sedangkan, Stasiun H kadar TDS senilai 1389 mg/L. Status mutu air menggunakan metode IP menunjukkan Stasiun A, Stasiun D, dan Stasiun H dikategorikan sebagai Cemar Ringan. Sedangkan, Stasiun B, Stasiun C, Stasiun E, Stasiun F, dan Stasiun G dikategorikan sebagai Memenuhi Baku Mutu.   


2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 18-21
Author(s):  
Ulfah Sarach Sheftiana ◽  
M Yanuar Jarwadi Purwanto ◽  
Suria Darma Tarigan

Waduk Jatiluhur merupakan salah satu waduk serbaguna  di Jawa Barat dengan peruntukkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), penyediaan bahan baku air minum (PDAM) dan industri, penyediaan air irigasi, perikanan, pariwisata dan pengendalian banjir. Berdasarkan laporan akhir Perum Juanda pada tahun 2000 bahwa volume waduk pada tahun 1964 adalah 2,970 juta m³, pada tahun 1987 adalah 2,556 juta m³, tahun 1995 adalah 2,456 juta m³ dan pada tahun 2000 adalah 2,448 juta m³. Hal ini menunjukkan bahwa volume waduk telah berkurang sebanyak 522 juta m³ dalam kurun waktu 36 tahun pada ketinggian ± 107 mdpl. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung sedimentasi di Waduk Jatiluhur pada tahun 2018. Pengukuran TSS menggunakan SNI 06-6989.3-2004 dan perhitungan sedimentasi menggunakan metode pengukuran langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total sedimen di inlet waduk adalah 859,368.40 ton tahun-1 dan outlet waduk adalah 92,553.33 ton tahun-1. Berdasarkan data tersebut maka total sedimen yang mengendap di Waduk Jatiluhur pada tahun 2018 adalah 766,815.07 ton. Sehingga diperlukan penanganan dalam mengurangi sedimen agar waduk tidak mengalami pendangkalan.


2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 22-27
Author(s):  
Bitta Pigawati ◽  
Reinhart Christopher Junjungan

Kabupaten Temanggung merupakan daerah penghasil tembakau dengan mutu dan harga tinggi Tembakau merupakan salah satu cash crops yang dibudidayakan di Indonesia. Sebagian besar penghasilan petani di Kabupaten Temanggung berasal dari tanaman perkebunan tembakau. Beberapa dekade terakhir terjadi kegagalan panen tembakau akibat adanya variabilitas iklim. Keberadaan lahan bervegetasi berpengaruh terhadap temperature permukaan lahan. Temperatur permukaan lahan yang tinggi berdampak pada kenyaman dan kesehatan manusia. Kawasan perkebunan di Kabupaten Temanggung sebagian besar digunakan untuk tanaman cash crop. Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh cash crop yang merupakan sumber pedapatan utama petani dengan perubahan temperature permukaan lahan Kawasan Perkotaan Kabupaten Temanggung. Menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan spsial dan Citra satelit Landsat 5, 7, 8 sebagai sumber data utama. Kualitas cash crop dideteksi dari tingkat kehijauan tanaman menggunakan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). Hasil penelitian. menunjukkan bahwa cash crop mempunyai pengaruh kuat terhadap temperatur permukaan lahan wilayah studi (R = 1) Temperature permukaan lahan meningkat dari 25.04 oC menjadi 25.01 oC dalam kurun waktu Tahun 1999-2019. Meskipun terjadi peningkatan temperatur di Kawasan Perkotaan Kabupaten Temanggung namun masih dalam kondisi aman berdasarkan acuan Paris Agreement.


2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 7-17
Author(s):  
Astrid Aryani Ndun ◽  
Kukuh Murtilaksono ◽  
Dwi Putro Tejo Baskoro ◽  
Yayat Hidayat
Keyword(s):  

Sistem pengelolaan lahan tradisional untuk kegiatan pertanian dilakukan sepanjang tahun. Hal tersebut akan memicu terjadinya degradasi tanah, jika tidak dibarengi dengan praktik konservasi tanah yang memadai, akibat erosi yang mengakibatkan lahan menjadi kritis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keramahan lingkungan dari sistem pengelolaan lahan tradisional berdasarkan analisis prediksi erosi dan menganalisis, merencanakan, dan menentukan perencanaan penggunaan lahan yang tepat atau tindakan konservasi untuk meningkatkan keramahan lingkungannya. Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi yang mewakili tiga sistem pengelolaan lahan tradisional yaitu sistem mamar di Teunbaun, sistem tebang dan bakar di Niukbaun dan wanaternak di Merbaun, Amarasi Barat, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Analisis yang dilakukan adalah prediksi erosi tanah menggunakan model USLE dan Tolerable Soil Loss (TSL), kemudian perbandingan nilai erosi (A) dan nilai TSL dipertimbangkan untuk menentukan alternatif tindakan konservasi air dan tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tebang dan bakar memiliki prediksi erosi tertinggi (A), diikuti oleh sistem wanaternak dan mamar. Nilai erosi (A) dapat diminimalkan dengan tindakan konservasi. Skenario pola penggunaan lahan yang ideal merekomendasikan nilai C dan P untuk menurunkan nilai A sehingga lebih kecil dari nilai TSL. Tindakan konservasi yang direkomendasikan adalah konstruksi teras bangku yang baik, rorak, dan mulsa. Pengelolaan tanaman dengan memilih tanaman yang sesuai dapat meningkatkan kerapatan tajuk tanaman seperti penanaman campuran dengan kepadatan tinggi dan rotasi tanaman dengan mulsa.


2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 38-43
Author(s):  
Ratri Noorhidayah ◽  
Muhammad Bachtiar Musthafa ◽  
Sisno

Asam humat merupakan senyawa akhir hasil dekomposisi dan humifikasi sehingga lebih bersifat resisten. Peranan asam humat antara lain : bahan penguat untuk meningkatkan efisiensi remediasi elektrokinetik dari kontaminasi arsenik , membatasi toksisitas Cd dan Pb pada cacing tanah di dalam tanah, agen penyemen dalam matriks tanah untuk menekan degradasi lingkungan tambang mineral. Penelitian dilakukan guna mendapatkan ektrak asam humat dari kompos limbah pertanian dan peternakan. Asam humat diekstrak dari kompos dengan menggunakan asam kuat dan basa kuat. Kompos dari Kotoran ayam diharapkan menjadi solusi  limbah peternakan yang berpotensi mencemari lingkungan. Pembuatan kompos kotoran ayam dipadukan dengan limbah dan gulma pertanian seperti jerami, bonggol jagung, bonggol pisang, kulit durian dan eceng gondok. Dekomposisi dilakukan dengan bantuan biodekomposer EM4, Ragi Kompos dan Cacing tanah. Gugus fungsional yang menjadi penciri asam humat dari kompos kotoran ayam dengan beragam bahan tambahan dan biodekomposer yakni Puncak serapan 3450 - 3300 cm-1 , 2980-2920 cm-1,  1660-1630 cm-1 dan 1170-950 cm-1 . derajat humifikasi yang rendah di semua perlakuan merupakan penciri kompos dengan dengan tong berjalan efektif. EM4 paling efektif untuk meningkatakan laju dekomposisi bahan organikpada perlakuan


2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 33-37
Author(s):  
Ninda Meiditia Putri ◽  
Rhazista Noviardi ◽  
Reginawanti Hindersah ◽  
Pujawati Suryatmana
Keyword(s):  

Pengolahan bijih emas di pertambangan emas rakyat di Desa Kertajaya, Sukabumi, Jawa Barat menghasilkan limbah sisa pengolahan atau tailing yang umumnya  dibuang  ke  sungai atau kebun, ditampung pada kolam penampungan atau dimasukkan ke dalam karung untuk diolah kembali. Keterbatasan lahan yang dimiliki masyarakat menyebabkan kolam dan kebun bekas pembuangan tailing tersebut banyak dimanfaatkan untuk becocok tanam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan topsoil inceptisol dan pupuk organik pada tailing terhadap panjang sulur dan jumlah daun tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas) pada fase vegetatif maksimum (7 minggu setelah tanam). Tailing dan topsoil inceptisol yang digunakan pada penelitian ini diambil dari Desa Kertajaya, Sukabumi sedangkan pupuk organik yang digunakan berasal dari kotoran sapi. Tanaman ubi jalar yang digunakan adalah ubi jalar klon MZ119. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian UNPAD, Sumedang pada bulan Januari sampai dengan Mei 2020. Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu rasio topsoil sebanyak 3 taraf (30% w/w; 50% w/w; dan 70% w/w) dan dosis pupuk organik sebanyak 4 taraf (tanpa pupuk; 10 ton ha-1; 20 ton ha-1; dan 30 ton ha-1) dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan 70% topsoil : 30% tailing dan dosis kompos 30 ton ha-1 menghasilkan panjang sulur dan jumlah daun tanaman ubi jalar pada fase vegetatif maksimum masing-masing sebesar 24.33 cm dan 54.33.  


2020 ◽  
Vol 22 (2) ◽  
pp. 46-55
Author(s):  
Momon Sodik Imanudin ◽  
Abdul Madjid ◽  
Edi Armanto ◽  
Miftahul

Penelitian bertujuan untuk mengkaji beberapa faktor pembatas lingkungan lahan yang selanjutnya disusun rekomendasi perbaikan, agar tanaman bisa tumbuh sesuai standar produksi. Metode penelitian adalah survai lapangan, monitoring dan pengkajian. Hasil penelitian menunjukan faktor pembatas utama sangat tergantung kepada tingkat kedalaman lapisan firit, dan fluktuasi muka air tanah harian. Selama petani bisa mengendalikan muka air tanah mendekati zona akar maka fakor pembatas lainnya bisa diperbaiki. Beberapa faktor pembatas yang bisa diperbaiki adalah pH tanah masam, hara makro rendah (nitrogen,phospor dan kalium), dan ketersediaan air karena sistem tata air yang buruk. Kajian budidaya tanaman pada kondisi iklim normal ( basah) diama curah hujan dengan bulan kering hanya 2-3 bulan tidak ditemukan pembatas utama yang permanen. Perbaikan tata air dan kesuburan tanah  telah mampu menciptakan produksi optimal tanaman jagung 7 ton/ha.  Namun pada kondisi iklim kering dimana masa  kemarau selama 4-5 bulan maka akan muncuk faktor pembatas utama permanen yang disebabkan oleh oksidasi lapiran firit. Hal ini terjadi karena  muka air tanah turun tajam  >90 cm. Pada kondisi ini produksi jagung menurun lebih dari 50% area tanam gagal panen karena kekeringan, dan keracunan. Petani yang berhasil adalah yang melakukan penanaman lebih awal yaitu bulan Mei. Sementara yang tanam Juli semua gagal panen. Selain karena curah hujan yang kering juga karena petani tidak melakukan konservasi air. Pintu air tidak dioperasikan untuk menahan air di saluran tersier sehingga kehilangan air lebih cepat. Dampaknya air tanah pada bulan September turun dibawah 90 cm dan terjadilah oksidasi firit. Oleh karea itu operasi pintu sebaiknya dibuka pada saat pasang dan ditutup pada saat surut operasi ini berlansung sampai belum masuk air asin (Agustus).  Dan  memasuki bulan September dimana telah terjadi intrusi air asin, maka pintu air ditutup permanen. Dari kondisi diatas maka pada kondisi kemarau lebih dari 4 bulan, rekomendasi utama adalah percepatan waktu tanam, pemberian bahan pembenah tanah dan operasi pintu air dengan sistem fullretention.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document