Kultivasi
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

324
(FIVE YEARS 96)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Padjadjaran

2581-138x, 1412-4718

Kultivasi ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (3) ◽  
Author(s):  
Yugi R Ahadiyat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penghilangan lapisan sarcotesta terhadap viabilitas benih carica dan menentukan suhu optimum untuk mematahkan dormansi benih dan mempertahankan viabilitas benih carica. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap terdiri atas dua faktor yaitu penghilangan lapisan sarcotesta terdiri atas benih tanpa sarcotesta dan bersarcotesta, dan inkubasi suhu yang terdiri atas inkubasi 15ºC, 25ºC, 35ºC, dan 450C. Variabel yang diamati antara lain kadar air (%), daya hantar listrik (mS/m), laju respirasi benih (mol/g/jam) dan jumlah benih rusak (%) dan uji lapangan antara lain daya kecambah (%), kecepatan pematahan dormansi (hari), potensi tumbuh maksimum (%), dan indeks vigor benih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghilangan lapisan sarcotesta mampu mempertahankan viabilitas benih carica. Namun demikian, belum ditemukan suhu optimum yang mampu mematahkan dormansi benih dan mempertahankan viabilitas benih.


Kultivasi ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (3) ◽  
Author(s):  
Karlina - Syahruddin
Keyword(s):  

Keragaman genetik sangat penting dalam pengembangan tanaman, oleh karena itu informasi genetik sangat dibutuhkan dalam kegiatan pemuliaan untuk seleksi. Teknologi molekuler dengan menggunakan marka SSR saat ini banyak digunakan untuk penelitian diversitas genetik karena keakuratan informasi yang tinggi dan sangat polimorfik bahkan untuk spesies atau galur yang berkerabat dekat. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi keragaman genetik dari 14 koleksi plasmanutfah jewawut berkerabat dekat dengan menggunakan 27 marka SSR yang menyebar pada semua kromosom jewawut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koleksi plasmanutfah jewawut berkerabat dekat mengelompok pada klaster yang sama, kecuali pada koleksi aksesi Wete yang menyebar pada kelompok yang berbeda pada kisaran nilai koefisien kemiripan genetik 0.28-0.85 dengan nilai matriks korelasi (r) sebesar 0.954. Koleksi Jewawut yang memiliki koefisien kemiripan genetik yang tinggi (0.85) ditunjukkan pada koleksi ICE-276-11A dengan ICE-276-12A dan yang memiliki koefisien kemiripan terkecil (0.61) ditujukkan pada koleksi 2007-ICE-1335 dan 2007-ICE-1335B. Koleksi jewawut yang berasal dari NTT (WeteGha dan WeteWolowea) dan Introduksi (2007-ICE-1335B dan 2007-ICE-1335) memiliki tingkat variasi genetik yang tinggi yang ditunjukkan oleh penyebaran aksesi pada klaster yang berbeda dengan nilai jarak genetik rata-rata yang cukup tinggi terhadap aksesi koleksi. Adanya keragaman yang tinggi memberikan peluang untuk pemuliaan tanaman jewawut dalam menghasilkan variasi yang lebih banyak dari persilangan aksesi-aksesi tersebut.


Kultivasi ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (3) ◽  
Author(s):  
Murgayanti Murgayanti ◽  
Adelia Anissa Putri ◽  
Anne Nuraini

Temu putih adalah tanaman yang kaya akan manfaat, khususnya dalam bidang kesehatan. Permasalahan utama dari perbanyakan tanaman temu putih secara konvensional adalah penggunaan bahan tanam berupa rimpang yang memiliki masa dormansi 2-3 bulan. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan multiplikasi eksplan C. zedoria terhadap 3 jenis karbohidrat, yaitu sukrosa, glukosa dan amilum dengan konsentrasi 2% dan 4% yang dikombinasikan dengan 2 jenis sitokinin, yaitu  BAP 2 ppm dan TDZ 1.5 ppm secara in vitro. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 78 unit percobaan dan dengan waktu pengamatan selama 12 Minggu Setelah Tanam (MST). Hasil percobaan menunjukkan kombinasi sukrosa dan glukosa dengan sitokinin BAP dan TDZ memberikan pengaruh terhadap poliferasi tunas baru, perkembangan dan pertumbuhan planlet tanaman C. zedoria. Sedangkan, penggunaan amilum pada setiap perlakuan menyebabkan kematian fisiologis lebih cepat. Penggunaan TDZ pada setiap perlakuan memberikan hasil yang lebih baik terhadap jumlah tunas baru. Perlakuan dengan media Sukrosa 4% + TDZ 1.5 ppm memberikan hasil yang paling tinggi terhadap jumlah tunas yaitu 4.67 kali lipat dari kontrol. Perlakuan dengan media Sukrosa 2% + BAP 2 ppm memberikan hasil yang paling tinggi pada panjang tunas senilai 2,98 kali lipat dari kontrol dan jumlah daun senilai 2,4 kali lipat dari kontrol.


Kultivasi ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (3) ◽  
Author(s):  
Jajang Sauman Hamdani ◽  
Sumadi Sumadi ◽  
Kusumiyati Kusumiyati ◽  
Syariful Mubarok ◽  
Marrisa Putri Harisy

Produksi benih kentang di dataran medium dapat menjadi pilihan lain sekaligus dapat menghindari kerusakan lingkungan dan terbatasnya areal per tanaman di dataran tinggi. Sedangkan, benih merupakan kunci sukses budidaya kentang. Salah satu upaya untuk peningkatan produksi benih kentang generasi ke-0 (Go) adalah  pemberian pupuk NPK dan zat pengatur tumbuh. Sehubungan hal tersebut maka perlu dilakukan kajian  cara pemberian pupuk NPK dan frekuensi pemberian paclobutrazol yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil benih kentang Go Kultivar Median di dataran medium. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara  cara pemeberian pupuk NPK dan frekuensi pemberian paclobutrazol yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil benih kentang G0 di dataran medium. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok  Faktorial. Faktor pertama adalah cara pemberian pupuk NPK (butiran, cair, butiran+cair) dan Faktor kedua frekuensi pemberian  (1 kali (50 Hst), 2 kali (50, 60 Hst)  dan 3  kali (50,60,70 Hst)) Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak terdapat  interaksi antara cara pemberian pupuk NPK  dan frekuensi pemberian paclobutrazol  terhadap pertumbuhan dan hasil benih kentang Go. Cara pemberian pupuk NPK dicairkan   dapat meningkatkan  tinggi tanaman, luas daun, indek luas daun , bobot kering tanaman, jumlah ubi  (7.61butir/tanaman) dan bobot ubi per tanaman  yaitu 98.75 g/tanaman ubi benih kentang G0. Frekuensi pemberian pupuk NPK 3 kali yang diberikan pada umur 50,60 dan 70 hari setelah tanam mampu meningkatkan kandungan klorofil, jumlah  ubi (7,50 butir/tanaman)  dan bobot ubi tertinggi yaitu  104.40 g/tanaman ubi benih kentang G0.Kata Kunci: kentang Go, cara pemberian pupuk NPK, frekuensi pemberian paclobutrazol,  dataran medium


Kultivasi ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (3) ◽  
Author(s):  
Syariful Mubarok ◽  
Asyifa Mardatillah ◽  
Anne Nuraini

Pandemi COVID-19 menimbulkan ancaman krisis pangan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Program budidaya sayuran di lahan sempit pekarangan menjadi upaya Pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan dalam mengantisipasi ancaman krisis pangan pasca pandemi COVID-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem budidaya hidroponik yang paling baik untuk diterapkan pada bayam Kultivar Maestro dan Mira di lahan sempit pekarangan di DKI Jakarta. Percobaan ini telah dilaksanakan pada bulan September hingga Oktober 2020 di areal pemukiman yang berlokasi di Jalan Kemanggisan Ilir X, Jakarta Barat. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari dua unit percobaan masing- masing terdiri dari tiga perlakuan, yaitu sistem budidaya konvensional, hidroponik wick dan hidroponik NFT dengan enam belas ulangan. Hasil penelitian menunjukkan budidaya bayam Kultivar Maestro dan Mira pada sistem hidroponik Nutrient Film Technique (NFT) menghasilkan pertumbuhan dan hasil paling baik, ditunjukkan pada jumlah daun, diameter batang, volume akar, panjang akar, luas daun dan berat segar tanaman yang lebih baik dibandingkan sistem budidaya hidroponik wick dan konvensional.@font-face {font-family:SimSun; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-alt:宋体; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 680460288 22 0 262145 0;}@font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-536869121 1107305727 33554432 0 415 0;}@font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-536859905 -1073732485 9 0 511 0;}@font-face {font-family:"\@SimSun"; panose-1:2 1 6 0 3 1 1 1 1 1; mso-font-charset:134; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 680460288 22 0 262145 0;}p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin:0cm; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Calibri",sans-serif; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:SimSun; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-ansi-language:EN-US; mso-fareast-language:ZH-CN;}.MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-fareast-font-family:SimSun; mso-ansi-language:EN-US;}div.WordSection1 {page:WordSection1;}


Kultivasi ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (3) ◽  
Author(s):  
Denny Kurniadie ◽  
Uum Umiyati ◽  
Devina Alifia Ardhianty

Kompetisi nutrisi akibat kehadiran gulma di area pertanaman jagung dapat menyebabkan kehilangan hasil yang signifikan pada tanaman jagung. Penggunaan campuran herbisida merupakan salah satu upaya dalam mengendalikan gulma serta menghindari pembentukan gulma yang resisten. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh herbisida Tienkarbazon Metil 68 g/l dan Tembotrion 345 g/l dalam mengendalikan gulma berdaun lebar dan gulma rumput pada pertanaman jagung. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2020 hingga Januari 2021 di Lahan Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Tempat penelitian terletak pada ketinggian ± 752 mdpl. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan percobaan terdiri dari herbisida Tienkarbazon Metil 68 g/l dan Tembotrion 345 g/l dosis 150, 225, 300, 375, 450 ml/ha, penyiangan manual, dan tanpa perlakuan. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa herbisida berbahan aktif Tienkarbazon Metil 68 g/l dan Tembotrion 345 g/l dimulai dari dosis 150 hingga 450 ml/ha efektif mengendalikan gulma berdaun lebar (Alternanthera sesilis, Cleome rutidosperma, Portulaca oleracea, Eleusina indica), gulma rumput (Digitaria ciliaris, Paspalum conjugatum, dan Amaranthus sp), dan gulma total hingga 6 minggu setelah aplikasi tanpa menimbulkan efek keracunan pada pertanaman jagung. Kata Kunci: Gulma, Jagung, Tienkarbazon metil 68 g/l + Tembotrion 345 g/l.


Kultivasi ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (3) ◽  
Author(s):  
BETTY NATALIE FITRIATIN

Upaya meningkatkan unsur hara nitrogen dan fosfor tanah secara berkelanjutan adalah dengan pemanfaatan agen hayati bakteri penambat N dan bakteri pelarut P. Percobaan pot yang bertujuan untuk menentukan teknik aplikasi pupuk hayati dalam meningkatkan kandungan dan serapan hara N, P  serta hasil tanaman jagung pada Inceptisols Jatinangor dilaksanakan di Lahan Percobaan Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Pupuk hayati yang digunakan merupakan konsorsium bakteri penambat N (Azotobacter chroococcum, Azospirillum sp.) dan bakteri pelarut P (Pseudomonas malei dan Bacillus subtillis)  . Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan sembilan perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas kontrol, aplikasi pupuk hayati pada benih (seed treatment) dengan dosis 500 g dan 250 g ha-1, aplikasi di tanah (soil  application) dengan dosis 50 kg dan 25 kg ha-1, dan kombinasinya. Hasil percobaan menunjukkan bahwa teknik aplikasi pada benih, pada tanah dan kombinasinya meningkatkan serapan N dan P serta hasil tanaman jagung. Perlakuan pupuk hayati pada benih  500 g ha-1  + pada tanah 50 kg ha-1 merupakan perlakuan terbaik dalam meningkatkan serapan N sebesar 51% dan serapan P hingga 90% dibandingkan kontrol. Perlakuan pada benih 250 g ha-1  + pada tanah 25 kg ha-1 merupakan perlakuan terbaik dalam meningkatkan hasil sebesar 56% (213,40 g). Teknik aplikasi pupuk hayati yang efisien dapat digunakan untuk meningkatkan produksi tanaman 


Kultivasi ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (3) ◽  
Author(s):  
Santi Rosniawaty

Tanaman kakao merupakan tanaman perkebunan dengan ciri khas bunga dan buah muncul dari batang atau cabang.  Produksi kakao dipengaruhi oleh keadaan saat tanam. Peningkatan pertumbuhan tanaman pada awal tanam kakao dapat dilakukan dengan pemberian bahan organik.  Saat ini terdapat bahan organik berbentuk cair, namun pengaruhnya terhadap kakao belum menghasilkan belum diketahui, karena pada umumnya bahan organik yang digunakan pada tanaman kakao berbentuk padat.  Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh bahan organik berbeda (asam humat dan pupuk kotoran sapi) terhadap pertumbuhan tanaman kakao belum menghasilkan. Percobaan dilakukan  pada bulan Januari sampai Desember 2017 di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan dan 3 (tiga) ulangan.  Perlakuan yang diaplikasikan adalah dosis asam humat per tanaman (0ml, 5ml, 10ml,15ml, dan 20ml) dan dosis pupuk kotoran sapi per tanaman (0kg, 5kg, 10kg, 15kg dan 20kg). Hasil penelitian menunjukkan. bahan organik berbeda tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang dan indeks klorofil tanaman kakao belum menghasilkan. Namun demikian terlihat bahwa aplikasi bahan organik berbeda berpengaruh  terhadap  pertambahan jumlah daun pada tanaman kakao  berumur 1 bulan, 8 bulan dan 10 bulan setelah tanam.  Pupuk kotoran sapi 10kg per tanaman yang diberikan pada awal pertumbuhan tanaman memberikan pertambahan jumlah daun terbaik.


Kultivasi ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (3) ◽  
Author(s):  
NONO CARSONO ◽  
Anggita Dewi ◽  
Noladhi Wicaksana ◽  
Santika Sari

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) merupakan penyakit penting yang sering menyerang tanaman padi. Pengujian ketahanan genotipe tanaman terhadap penyakit HBD merupakan sebagai salah satu syarat pelepasan varietas tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi potensi genotipe-genotipe padi yang tahan terhadap penyakit HDB yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) strain III, IV dan VIII di Rumah Kaca. Eksperimen ditata dalam rancangan Split Plot, strain sebagai petak utama dan genotipe sebagai anak petak. Ada sepuluh genotipe padi dan tujuh varietas cek dievaluasi dengan menggunakan analisis varians dan uji lanjut Least Significant Increase (LSI). Hasil penelitian berdasarkan uji lanjut LSI menunjukkan seluruh karakter pengamatan, baik pengamatan periode inkubasi, keparahan penyakit dan jumlah stomata menunjukkan bahwa seluruh genotipe padi (SP101-3-1-5-2, SP101-3-1-5-8, SP101-3-1-19-26, SP101-3-1-38-4, SP87-1-1-7-10, SP101-3-1-19-27, SP101-3-1-38-25, SP87-1-1-7-7, PP48-5-24 dan PP48-5-1) tidak menampilkan perbedaan nyata dengan tetua (Sintanur, Pandanwangi, dan PTB 33) dan varietas cek lainnya (Ciherang, Inpari 32, IRRB7, dan TN1). Semua genotipe uji menunjukkan reaksi rentan pada strain III, dan sangat rentan pada strain IV dan VIII. Pada strain III, baik genotipe uji dan tetua varietas menunjukkan skor lima (rentan), sedangkan  strain IV dan strain VIII menunjukkan antara skor enam dan tujuh (sangat rentan). Ditemukan pula beberapa genotipe dengan skor 1 dan 2 (tahan), hal tersebut dapat membuka kemungkinan ditemukannya genotipe yang tahan. Riset ini menunjukkan bahwa komposisi genotipe berpengaruh terhadap reaksi ketahanan terhadap hawar daun bakteri dan terdapat variasi virulensi HBD.


Kultivasi ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (3) ◽  
Author(s):  
Aida F Rahmani ◽  
Syariful Mubarok ◽  
Mochammad Arief Soleh ◽  
Boy M.P. Prawiranegara

Microgreen is a functional plant that is beneficial for human health. Microgreen is a type of cultivation that can be harvested at the nursery stage. In fact, another issue is that it is increasingly difficult to find agricultural land owned by the community, especially in urban areas, so that only a few people cultivate crops. This problem can be overcome by developing a microgreen planting system that is supported by a hydroponic system with artificial lighting for plant growth needs. The experiment was carried out to study about the effect of different types of artificial light color on the nutritional quality of red and green spinach microgreen. The experiment was conducted at the Laboratory of Plant Analysis and Post-Harvest Horticulture, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. The experimental design used was randomized block design with two factors: light color consisting of five levels and plant species consisting of two levels. The light color factor consists of sunlight-control, artificial fluorescent-control, full spectrum LEDs, blue LEDs, and red LEDs. Plant varieties were red and green spinach. The results showed that there was an interaction between light color and plant varieties on nutritional quality of microgreen, such as phenol, flavonoid content, and DPPH radical scavenging activity. The responses of red and green spinach showed different nutritional quality. The red, blue, and full spectrum LEDs gave the best results in each of the tests


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document