Jurnal Biomedika dan Kesehatan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

114
(FIVE YEARS 84)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universa Medicina

2621-5470, 2621-539x

2021 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 139-141
Author(s):  
Husnun Amalia

Virus penyebab COVID-19, SARS-CoV-2 terus mengalami mutasi membentuk varian baru. Varian terbaru yang telah terdeteksi, yaitu varian Omicron yang dikenal sebagai varian B.1.1.529.(1) Varian ini pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan pada tanggal 24 November 2021 dan saat ini telah menyebar ke seluruh dunia.(1,2)


2021 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 157-163
Author(s):  
Kadek Bayu Suryawan ◽  
Lie Tanu Merijanti
Keyword(s):  

LATAR BELAKANGGadget merupakan salah satu media informasi dan teknologi yang berkembang pesat dan  telah membuat penggunanya menjadi ketergantungan, bahkan balita. Penggunaan gadget secara berlebihan dan tidak tepat dapat menimbulkan dampak berupa keterlambatan bicara atau bahasa. Di Indonesia jumlah keterlambatan bicara dan bahasa pada balita mencapai 10%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan intensitas penggunaan gadget dengan keterlambatan perkembangan aspek bicara dan bahasa pada balita.METODEPenelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional terhadap 100 responden yang memenuhi kriteria inkulsi maupun eksklusi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner intensitas penggunaan gadget dan kuesioner pra skrining perkembangan pada bulan Oktober–Desember 2019 di TK Kelurahan Tomang, Jakarta Barat. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan yang digunakan p<0.05.HASILDengan total 100 responden, didapatkan 18 orang (18%) intensitas penggunaan gadget rendah, 29 orang (29%) intensitas penggunaan gadget sedang dan 53 orang (53%) dengan intensitas penggunaan gadget tinggi. Responden dengan keterlambatan perkembangan aspek bicara dan bahasa sebanyak 39 orang (39%) dan 61 orang (61%) lainnya tidak mengalami keterlambatan perkembangan aspek bicara dan bahasa. Hasil analisis Chi-square menunjukkan hubungan intensitas penggunaan gadget dengan keterlambatan perkembangan aspek bicara dan bahasa pada balita memiliki nilai signifikansi (p=0.002).KESIMPULANIntensitas penggunaan gadget berhubungan dengan keterlambatan perkembangan aspek bicara dan bahasa pada balita.


2021 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 170-177
Author(s):  
Tania Callista Maheswari Pangestu ◽  
Erlani Kartadinata

Diperkirakan sebanyak 42% kasus kebutaan di dunia yang disebabkan oleh katarak berasal dari Asia Tenggara. Katarak ditandai dengan kekeruhan pada lensa mata dan penglihatan menjadi buram. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi terjadinya katarak adalah indeks massa tubuh (IMT). Indeks massa tubuh yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan stress oksidatif yang dipicu oleh kadar leptin yang tinggi. Prevalensi katarak yang ditemukan pada kategori overweight adalah 23% dan pada kategori obesitas didapatkan sekitar 34%. Pada indeks massa tubuh yang rendah dikaitkan dengan penurunan glutathione khususnya pada nukleus lensa. Terdapat penelitian yang menunjukan indeks massa tubuh memiliki hubungan dengan terjadinya katarak. Penelitian lainnya menyatakan indeks massa tubuh tinggi khususnya obesitas memiliki hubungan terjadinya katarak dengan prevalensi (RR 1.50, 95% CI 1.24–1.81), (RR 1.52, 95% CI 1.31–177) dan (OR 4.64, 95% CI 2.8889–7.440). Sedangkan terdapat penelitian lain yang menyatakan tidak ada hubungan antara indeks massa tubuh tinggi dengan terjadinya katarak dengan prevalensi (OR 1.06, 95% CI 0.80—1.40) dan (OR1.45, 95%CI 1.26–1.66) dibandingkan dengan kelompok underweight. Kesimpulan yang didapat adalah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh, khususnya pada kategori obesitas terhadap terjadinya katarak. Pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar terjadinya katarak adalah dengan mengontrol berat badan.


2021 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 164-169
Author(s):  
Raisha Ochi Melinda ◽  
Magdalena Wartono

LATAR BELAKANGSalah satu penyebab kematian bayi baru lahir adalah kadar gula darah rendah (hipoglikemia) karena dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ seperti otak. Neonatus dengan berat badan lahir (BBL) ≥3800g atau <2500 g sering mengalami hipoglikemia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan antara berat badan lahir dengan hipoglikemia pada bayi baru lahir. METODEPenelitian menggunakan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh kelahiran di RSAL dr. Mintohardjo periode Januari-Juli 2019 sebanyak 71 bayi. Sampel dipilih secara consecutive non-random sampling. Data kadar gula darah dan berat badan lahir bayi diambil dari rekam medis. Hubungan kedua variabel diuji dengan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan p<0.005. HASILPenelitian menunjukkan sebanyak 16 bayi (22.5%) memiliki BBL rendah, 41 bayi (57.7%) memiliki BBL normal dan 14 bayi (19.7%) memiliki BBL lebih. Pada penelitian ini bayi yang mengalami hipoglikemia sebanyak 32 bayi (45.1%). Responden dengan berat badan lahir rendah dan mengalami hipoglikemia sebanyak 14 bayi (87.5%). Sedangkan responden dengan berat badan lahir normal dan mengalami hipoglikemia sebanyak 8 bayi (19.5%). Responden dengan berat badan lahir lebih dan mengalami hipoglikemia sebanyak 10 bayi (71.4). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0.000. KESIMPULANTerdapat hubungan antara berat badan lahir bayi dan kejadian hipoglikemia pada bayi baru lahir.


2021 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 178-184
Author(s):  
Sonia Martilova ◽  
Tjam Diana Samara
Keyword(s):  

Preeklamsia menjadi penyulit 2-8% kehamilan yang berkaitan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas maternal di seluruh dunia. Preeklamsia ditandai dengan timbulnya hipertensi yang disertai proteinuria setelah usia kehamilan 20 minggu. Hipertensi dan gejala lain dari preeklamsia mungkin terjadi tanpa adanya proteinuria. Preeklamsia memiliki patofisiologi yang kompleks, disfungsi endotel vaskular yang ditemukan pada preeklamsia diasumsikan terkait dengan kondisi dislipidemia, terutama hipertrigliseridemia. Pada awal kehamilan terjadi peningkatan kadar trigliserida ibu yang diikuti oleh peningkatan low-density protein (LDL) dan kemudian akan diimbangi dengan peningkatan high-density protein (HDL) yang berfungsi sebagai antiinflamasi pada pembuluh darah. Namun, pada kehamilan dengan preeklamsia, hal tersebut tidak terjadi. Kajian pustaka ini mencoba menelusuri beberapa studi terkait perubahan kadar kolesterol darah pada awal kehamilan sebagai risiko terjadinya preeklamsia. Berdasarkan studi yang ditinjau, seluruh studi menunjukkan trigliserida meningkat signifikan pada awal kehamilan yang kemudian menjadi preeklamsia. Seperti yang terjadi pada kondisi normal, peningkatan trigliserida dalam darah yang diimbangi dengan peningkatan HDL ternyata tidak ditemukan pada kehamilan yang mengalami preeklamsia. Kajian pustaka ini menyimpulkan, adanya perubahan kolesterol pada awal kehamilan berkaitan dengan risiko terjadinya preeklamsia. Melakukan pengukuran kadar kolesterol darah pada awal kehamilan (≤20 minggu) dapat menjadi petunjuk awal preeklamsia.


2021 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 148-156
Author(s):  
Derry Arkan Prabowo ◽  
Fransisca Chondro

LATAR BELAKANGPada lansia, fungsi kognitif adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi kemampuannya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Adanya gangguan pada fungsi kognitif akan menimbulkan disfungsi sehingga dapat menurunkan kualitas hidup lansia. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia adalah penuaan, penyakit metabolik dan nutrisi. Banyak sekali asupan nutrisi yang berpengaruh terhadap fungsi kongitif, salah satunya adalah susu. Sampai saat ini telah dilakukan beberapa penelitian terkait hubungan antara konsumsi susu dengan fungsi kognitif pada lansia namun didapatkan hasil yang kontradiktif. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut hubungan antara konsumsi susu dan fungsi kognitif pada lansia.METODEPenelitian cross-sectional dengan desain observasional analitik ini dilakukan di Posyandu Kelurahan Krendang, Jakarta Barat pada Bulan Agustus–Desember 2019 dengan melibatkan 135 responden. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah berusia minimal 60 tahun, tidak memiliki gangguan dalam membaca dan menulis, tidak mengalami gangguan pendengaran serta bersedia menjadi responden, sedangkan kriteria eksklusinya adalah lansia yang telah didiagnosis menderita hipertensi dan diabetes mellitus. Dalam wawancara terpimpin dengan setiap responden didapatkan karakteristik sosiodemografis (usia, jenis jelamin, dan pendidikan), tingkat konsumsi susu diukur dengan kuesioner susu yang diadaptasi dari Naruki Kitano, dan penilaian fungsi kognitif dengan kuesioner Montreal Cognitive Assesment Indonesia. Analisis data menggunakan uji statistik dengan tingkat kemaknaan α=0.05.HASILDidapatkan responden yang memiliki kebiasaan mengonsumsi susu adalah sebesar 51.9%, yang mengalami gangguan fungsi kognitif adalah sebanyak 87.4%, dan pada uji bivariat kedua variabel didapatkan p=0.660.KESIMPULANPada penelitian ini dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi susu dan fungsi kognitif.


2021 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 142-147
Author(s):  
Muhammad Alkadri Anugrah ◽  
Dian Mediana

LATAR BELAKANGProses pendidikan dipengaruhi oleh tiga unsur dasar, yaitu input, proses, dan luaran (output). Yang termasuk input adalah siswa dengan latar belakangnya. Proses adalah kegiatan pembelajaran yang berupa bentuk interaksi edukatif guru dengan siswa, mencakup pemberian dan pemahaman materi pelajaran. Luaran adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa, meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik. Setiap siswa mempunyai keunikan dan karakter masing-masing. Keunikan ini termasuk tipe kepribadian yang membuat siswa memiliki respon yang berbeda dalam memahami suatu pelajaran, baik dari segi sikap maupun gaya belajar yang menunjang keberhasilan belajarnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tipe kepribadian dengan prestasi akademik siswa.METODEPenelitian ini dilakukan menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional pada 378 siswa kelas XI dan XII IPA Sekolah Menengah Atas Negeri X. Data dikumpulkan dengan wawancara dan pengisian kuesioner Eysenck Personality Inventory (EPI) pada bulan September–November 2018. Analisis data menggunakan uji Chi-square dengan batas kemaknaan p<0.05.HASILTipe kepribadian introvert 49.2%, ekstrovert 50.8%. Nilai eksakta tinggi 55.6%, rendah 44.4%. Nilai non-eksakta tinggi 63.8%, rendah 36.2%. Nilai rata-rata tinggi 52.9%, rendah 47.1%. Hubungan bermakna antara tipe kepribadian dengan nilai eksakta (p=0.000); dengan nilai non-eksakta (p=0.000); dan dengan nilai rata-rata (p=0.000).KESIMPULANTerdapat hubungan bermakna antara tipe kepribadian dengan prestasi akademik pada siswa SMA X.


2021 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 87-89
Author(s):  
Rita Khairani

Dibandingkan dengan perkembangan vaksin COVID-19, kemunculan banyak varian baru menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas, distribusi vaksin secara global, ketersediaan suplai vaksin yang terbatas dan kejadian ikutan pasca imunisasi. Hal ini memunculkan kekhawatiran penurunan efektivitas vaksin yang telah ada. Setelah laporan kejadian tromboemboli akibat penggunaan ChAdOx1-nCoV-19 dari AstraZeneca, beberapa negara Eropa mulai meneliti tentang penggunaan vaksin yang berbeda dengan dosis pertama atau yang disebut strategi mix-and-match atau vaksin heterolog.(1) Vaksin heterolog melibatkan pemberian antigen penyakit yang sama atau serupa melalui dua tipe vaksin berbeda, dosis pertama untuk membentuk sistem imun dan dosis berikutnya dengan tipe berbeda untuk meningkatkan respon imun.(2) Beberapa jenis vaksin yang banyak diteliti dalam konsep vaksin heterolog ini diantaranya kombinasi vaksin chimpanzee adenovirus-vectored vaccine (ChAdOx 1 nCoV-19) atau AstraZeneca dengan vaksin mRNA-1273 atau vaksin Moderna, dan vaksin BNT162b2 atau vaksin Pfizer.(3,4)


2021 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 113-119
Author(s):  
Rima Anindita Primandari ◽  
Mulia Rahmansyah ◽  
Rima Mustafa
Keyword(s):  

LATAR BELAKANGLaporan kasus ini bertujuan melaporkan kasus radikulomielopati servikal akibat spondilosis terinduksi pascatrauma pada seorang laki-laki paruh baya. DESKRIPSI KASUSSeorang laki-laki, 57 tahun mengalami kelemahan pada kedua lengan pascakecelakaan motor tunggal 6 jam sebelum masuk Rumah Sakit. Mekanisme kejadian tidak jelas. Defisit neurologis yang didapatkan pada awal admisi, hanya berupa nyeri menjalar pada kedua lengan bawah hingga jari-jari tangan sesuai dermatom servikal C5-T1 kanan dan kiri, disertai kelemahan dengan kekuatan motorik ekstremitas atas 3333|3332. Hasil pemeriksaan radiografi servikal didapatkan adanya fusi korpus vertebra servikal C4-5, diduga ke arah proses degeneratif. Pasien juga dilakukan MRI servikal dengan hasil adanya bulging diskus C2-3, C4-5, C5-6 dan C6-7 yang menekan spinal cord disertai adanya penyempitan kanalis spinalis, dengan derajat herniasi terberat pada C4-5 (derajat 3). Keluhan membaik dengan penggunaan penyangga leher dan pemberian metilprednisolon dosis tinggi. Pascaperawatan penanda Hoffman-Tromner kanan positif, hal ini menyebabkan yang awalnya terdiagnosis sebagai radikulopati servikal berubah menjadi radikulomielopati karena didapatkan klinis keterlibatan medulla spinalis. KESIMPULANPenting bagi para klinisi untuk dapat segera memberikan penanganan sejak awal. Hal ini berkaitan dengan tata laksana dan prognosis pasien di masa yang akan datang.


2021 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 120-129
Author(s):  
Ninik Mudjihartini

Brain-derived neurotrophic factor (BDNF) merupakan faktor neurotrofin yang berpengaruh dalam mendukung pembentukan, perkembangan neuron, dan mempertahankan keberadaan neuron. BDNF dapat ditemukan dan aktif pada hipokampus, korteks, dan otak depan. Penuaan merupakan proses multifaktorial yang ditentukan oleh faktor genetik dan faktor epigenetik. Penurunan kadar BDNF menurunkan kemampuan belajar dan mengingat, terjadi pada orang lanjut usia atau yang mengalami penyakit neurodegeneratif. Penelitian membuktikan bahwa kadar BDNF yang tinggi mampu meningkatkan plastisitas neuron. BDNF memiliki reseptor TrkB dan p75 yang menentukan suatu neuron dapat bertahan hidup atau sebaliknya terjadi apoptosis. BDNF-TrkB mendukung pembentukan short term memory dan perkembangan neuron khususnya dendrit. BDNF-p57 mengaktifkan NFkB yang berperan dalam maturasi sistem saraf pusat. Peran BDNF sangat dipengaruhi oleh reseptornya. Nutrisi, metabolisme, perilaku, dan stres memengaruhi ekspresi BDNF. Faktor lingkungan yang meningkatkan kadar BDNF dapat menunda penuaan dan meningkatkan kemampuan kognitif.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document