Jejaring Administrasi Publik
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

16
(FIVE YEARS 16)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Airlangga

2808-3989, 2086-3101

2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 140
Author(s):  
Mike Yuanita ◽  
Nanang Haryono ◽  
Viktor Imanuel W. Nalle

AbstrakSumber air limbah dari kegiatan domestik seperti dari urin, limbah air mandi, limbah buang air besar, mencuci peralatan, mencuci pakaian dan kegiatan dapur lainnya sebelum dibuang ke saluran air harus diolah terlebih dahulu di instalasi pengolahan limbah. Upaya memaksimalkan layanan pada masyarakat perlu mengoptimalkan infrastruktur instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang telah terbangun. Isu strategis utama adalah belum optimalnya layanan IPLT Sumenep sehingga perlu memperkuat kelembagaan teknis pengelola infrastruktur IPLT agar prasarana IPLT yang ada fungsinya berjalan optimal. Prinsip dasarnya adalah air limbah yang dibuang ke lingkungan tidak berbahaya bagi kesehatan lingkungan.


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 101
Author(s):  
Devvy Pramasti Wulandari

AbstrakEra digitalisasi dalam penyelenggaraan pemerintah harus mempunyai sumber daya aparatur yang berkualitas, berintegritas dan profesionalisme dalam memberikan pelayanan publik untuk masyarakat. Di Indonesia khususnya Kabupaten Lamongan terkait dengan permasalahan rendahnya kualitas sumber daya aparatur dan pengembangan kompetensi yang sedang dihadapkan oleh era digitalisasi. Tujuan dari penelitian ini agar bagaimana aparatur sipil negara di Kabupaten Lamongan dapat mampu mengembangkan kompetensi nya untuk meningkatkan kualitas dalam diri aparatur sipil negara. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk menuju sumber daya aparatur yang berkualitas maka dapat dilakukan dengan membentuk generasi aparatur sipil negara yang unggul untuk menuju Smart ASN di tahun 2024. 


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 70
Author(s):  
M. Daimul Abror

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasikan strategi aparatur Desa dalam meningkatkan kesadaran tertib administrasi kependudukan di Desa Kayukebek dengan mengacu pada tipe-tipe strategi menurut Jack Koteen meliputi: Corporate strategy, Program strategy, Resource support strategy, dan Institutional strategy. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Informan dari penelitian ini adalah Kepala Desa, Sekretaris Desa sebagai pemegang peranan penting dalam keputusan pemerintahan Desa, Kaur bagian pelayanan administrasi kependudukan dan kepala adat umat Hindu sebagai informan kunci yang mengetahui permasalahan yang terjadi, masyarakat sebanyak 1-2 orang sebagai perwakilan dari masing-masing Dusun. Hasil penelitian menunjukkan, pertama kondisi administrasi kependudukan di Desa Kayukebek khususnya kalangan umat Hindu saat ini sudah mulai tertib dimana masyarakat dulunya tidak respon sekarang sudah mulai mengerti dan sadar akan pentingnya administrasi kependudukan. Kedua terdapat beberapa faktor yang menyebabkan warga kurang tertib administrasi kependudukan salah satunya yaitu masyarakat mengeluhkan akan biaya yang mahal, jarak tempuh ke balai desa jauh dan masyarakat kurang memiliki kesadaran dari awal sehingga ketika ada keperluan mendadak saja mereka baru mengurusnya, seperti kebutuhan untuk persyaratan pendaftaran masuk sekolah, pernikahan dan lain sebagainya. Ketiga, strategi aparatur desa dalam meningkatkan kesadaran tertib administrasi kependudukan di kalangan umat Hindu upaya yang dilakukan antara lain dengan mengadakan sosialisasi administrasi kependudukan, pemanfaatan sumber daya manusia, meningkatkan kemampuan aparatur desa untuk melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait administrasi kependudukan dan mendekatkan pelayanan secara langsung kepada masyarakat


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 121
Author(s):  
Imam Busthomi

AbstrakDi era global seperti ini sudah menjadi hal yang lumrah bahwa setiap negara berkembang membutuhkan jasa ekspatriat untuk membangun sebuah perusahaan menjadi lebih berkembang. Persaingan global telah tiba dan diperlukan kerjasama antar negara dalam hal tenaga kerja. Tidak mudah bekerja di negara yang bukan negara asal. Setiap negara tentunya memiliki karakter dan budaya yang berbeda-beda. Perbedaan budaya membuat para ekspatriat mengalami kesulitan dalam berinteraksi, serta menghambat produktifitas kerja bagi para ekspatriat. Komunikasi, interaksi, dan perjumpaan antarbudaya terjadi setiap saat. Keberdaan teknologi memperluas kemampuan orang di seluruh dunia untuk terhubung satu sama lain kepentingan Bisnis atau kebutuhan liburan. Seorang ekspatriat bekerja sebagai tenaga kerja multikultural dan berinteraksi dengan orang-orang dari budaya lain, sehingga keterampilan komunikasi dan kemampuan berinteraksi yang efektif menjadi salah satu kunci keberhasilan seorang ekspatriat yang ditugaskan di luar negeri. Artikel ini menyoroti pentingnya kesadaran interkultural dan kebutuhan akan pelatihan kompetensi komunikasi antar budaya untuk perusahaan lokal dan multinasional. Selain itu kerjasama dan sinergi antarbudaya menjadi aspek penting. Perusahaan yang memiliki kompetensi interkultural akan mampu mensukseskan dan mempertahankan kesuksesan dalam bisnis global. Budaya berperan penting dalam mengaktualisasikan kemampuan terbaik karyawan dan membuat mereka tetap betah berada di organisasi dimana mereka bekerja. Ekspatriat yang berasal dari suatu negara ketika bekerja di negara lain belum tentu dapat berhasil, ini karena adanya perbedaan budaya, oleh karenanya, para ekspatriat membutuhkan adaptasi. Artikel ini membahas tentang bagaimana ekspatriat Cina dengan rekan kerjanya dari Pakistan, bagaimana ekspatriat Amerika beradaptasi dengan budaya kerja di Sekolah Internasional di Salatiga. Tujuan artikel ini untuk menggali apa saja permasalahan dan kesulitan yang dihadapai para ekspatriat baik ekspatriat Cina di Pakistan maupun Ekspatriat Amerika di sekolah Internasional di Salatiga, serta bagaimana cara mengatasi ekspatriat perbedaan budaya tersebut.  


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 84
Author(s):  
Ratna Dewi Wuryandari
Keyword(s):  

AbstrakInovasi seringkali menjadi tuntutan penting dalam mendukung sebuah terobosan perubahan yang akan berdampak pada nilai tambah perusahaan dan negara. Melalui inovasi sumber daya alam, maka diharapkan dapat menciptakan sumber daya produksi baru maupun pengolahan sumber daya. Namun demikian, sebuah inovasi yang pada awalnya dibangun sebagai terobosan pada akhirnya seringkali menyimpang pada pelaksanaan akibat system yang kompleks dan terkait dengan kepentingan praktis dari sekelompok golongan. Penulisan ini menggunakan studi kasus Pertamina Energy Trading Limited/Petral dalam kegagalan inovasi yang dilakukan untuk mengembangkan rantai supply pemasaran serta terkait ketergantungan Pertamina terhadap impor BBM produksi kilang minyak Singapura. Hasil penelusuran penulisan menyimpulkan, budaya merupakan fondasi mendasar dalam pemerintahan yang mendasari dalam berbagai bidang serta terobosan-terobosan yang dilakukan oleh Pemerintah. Dari kegagalan Pertamina melalui Petral kita dapat belajar, dimana budaya dan kepemimpinan transformasional merupakan factor kunci yang akan membawa perubahan dan pengembangan inovasi dalam berbagai bidang di Indonesia. 


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 59
Author(s):  
Adi Nuryanto

Pemerintah Selandia Baru telah mengakhiri lockdown saat berhasil menekan angka kasus positif Covid-19 hingga nol selama 17 hari berturut-turut. Tingkat sistem peringatan telah diturunkan dari tingkat 4 menjadi tingkat 1 dalam waktu tujuh pekan. Pembatasan aktivitas sosial telah dilonggarkan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, tidak menyentuh wajah, menutup batuk dengan lengan dalam dan menjalankan test kesehatan dan penelusuran kontak. Kebijakan dan strategi penangangan Covid-19 di Selandia Baru terdiri dari pengawasan (mitigation), penekanan (suppression) dan pemberantasan (elimination). Strategi pengawasan berupaya mengendalikan angka kasus positif sehingga kurva jumlah kasus positif melandai. Strategi penanggulangan dimaksudkan untuk menekan jumlah kasus seminimal mungkin. Sedangkan strategi pemberantasan ditujukan untuk membasmi virus Covid-19. Pengembangan strategi pemberantasan dalam pandemi Covid-19 memerlukan penentuan definisi yang kuat secara ilmiah mengenai pemberantasan Covid-19. Tujuan dari makalah ini adalah untuk dapat memberikan gambaran permasalahan dalam pengembangan strategi pemberantasan dalam pandemi Covid-19 di Selandia Baru menggunakan metode soft system methodology.


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Ladiatno Samsara

Implementasi Flexible Working Arrangement (FWA) mendapatkan pembelajaran berharga dari implementasi Work From Home (WFH). Pelaksanaan WFH memberikan gambaran beberapa aspek yang perlu ditingkatkan. Salah satunya manajemen kinerja. Manajemen kinerja mengelola kinerja dari perencanaan sampai evaluasi. Dalam manajemen kinerja terdapat target kinerja dan penilaian kinerja. Dalam kerangka FWA, target kinerja harus diukur sampai ke kinerja harian. Oleh sebab itu, dalam tulisan ini akan digambarkan cascading target kinerja sampai ke kinerja harian. Selain itu juga digambarkan kebutuhan kompetensi pegawai untuk dpaat Menyusun target kinerja yang detail dan terukur. Tulisan ini menggunakan teknis deskriptif kualitatif dengan menekankan pada keleluasaan pembahasan menggunakan tinjauan berbagai literatur. Hasil penelitian ini melihat bahwa dalam pelaksanaan FWA, aspek perencanaan kinerja menjadi kunci. Perencanaan kinerja pegawai disusun sampai ke tahap yang lebih detail yaitu kinerja harian. Kinerja harian menjadi ukuran produktivitas pegawai Ketika implementasi FWA


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 49
Author(s):  
Toetik Koesbardiati ◽  
Sri Endah Kinasih ◽  
Delta Bayu Murti ◽  
Rachmah Ida ◽  
Irfan Wahyudi
Keyword(s):  

Rendahnya Pekerja Migran Indonesia (PMI) sebenarnya berkorelasi lurus dengan rendahnya tingkat pendidikan formal mereka. Rata-rata pendidikan formal sebanyak 68%  lulusan SD dan SMP. Pengetahuan PMI terkait dengan penularan penyakit yang disebabkan adanya pola-pola interaksi sangatlah rendah. Penyakit menular pada PMI terkait dengan pola-pola interkasi banyak dilakukan di negara tujuan. Hal ini tentunya  berdampak pada penyebaran penyakit menular pada PMI purna penempatan yang semakin meningkat bahkan menyebarluas bukan hanya di daerah pengiriman saja tetapi ke wilayah-wilayah yang bukan pengiriman PMI.WHO dari Komisi Migrasi dan Kesehatan menyampaikan adanya kerentanan para migran terkait dengan hak, perawatan kesehatan sebagai hak asasi manusia. Komisi ini memberikan rekomendasi menuju Global Health dengan misi migrasi sehat. Untuk merespon situasi ini maka studi ini membahas tentang pemberdayaan dikalangan  calon pekerja migran dalam rangka pencegahan penyakit menular  desa Benculuk, kecamatan Celuring, kabupaten Banyuwangi Jawa Timur ini diharapkan memberikan kontribusi untuk calon PMI terkait dengan pola-pola interaksi dan berperilaku sesuai standard kesehatan  dengan sesama migran, majikan maupun warga negara tujuan. Apabila ketika dalam pola-pola interaksi dan berperilaku tidak sesuai standard kesehatan maka akan berdampak penularan penyakit.  Pemberdayaan ini dilakukan di Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Desa Benculuk Kecamatan Cluring Banyuwangi  Provinsi Jawa Timur. Penentuan lokasi penelitian  ditentukan secara purposive di kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten dari tujuh kabupaten di Jawa Timur pengirim pekerja migran ke luar negeri. Pengumpulan data meliputi  observation  dan indepth interview. Informan yang dipilih adalah individu-individu yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang permasalahan yang diteliti. Terakhir adalah analisa data  yaitu data yang terkumpul kemudian diklasifikasikan dan diindentifikasikan berdasarkan tema kemudian dianalisa.Hasil studi ini menunjukkan bahwa calon PMI belum memiliki pengetahuan tentang penyakit menular yang disebabkan oleh interaksi yang tidak tepat. Interkasi yang tepat akan mencegah terjadinya penularan penyakit. Apalagi informasi penularan penyakit tidak disampaikan pada pelaksanaan Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP) dan tidak didukung dengan menggunakan media pengajaran seperti video, simulasi dan hanya menggunakan metode ceramah. Demikian materi yang disampaikan tidak sesuai dengan modul pegangan instruktur. Dengan adanya pemberdayaan dikalangan calon PMI terkait dengan bahaya penyakit menular perlu adanya kiat-kiat untuk menghindarinya dengan membatasi interaksi di negara tujuan.


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 18
Author(s):  
Bambang Agus Diana ◽  
Refita Aulina
Keyword(s):  
One Stop ◽  

Untuk mewujudkan Pelayanan Prima kepada Masyarakat maka Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu( DPMPTSP) DKI Jakarta melakukan berbagai inovasi yang Penyelenggaraan melalui One Stop Service Policy (OSSP) ini merupakan salah satu kebijakan pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat terutama pada pelayanan perizinan dan non-perizinan dengan pelayanan yang tepat, cepat, mudah, murah dan tranparansi. Inovasi selalu dimulai dengan kreativitas yaitu memulai dengan memikirkan hal-hal yang belum pernah ada. Proses mewujudkan hal yang baru ini disebut dengan inovasi (levitt). Sementara Gareth Jones inovasi sebagai suato proses dimana organisasi menggunakan keahlian dan sumberdaya untuk mengembangkan sistem produksi dan operasi sehingga mereka dapat memberi tanggapan atas tuntutan konsumen secara lebih baik.  Evert M. Rogers (Suwarno, 2008:9) Metode penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif untuk membaca fenomena yang terjadi dalam kondisi sosial khususnya dampak inovasi DPMPTSP pada masyarakat. . Salah satu peran Biro Pelayanan dan Penanaman Modal Terpadu Satu Pintu Provinsi DKI Jakarta adalah meningkatkan peluang promosi dan investasi melalui penyederhanaan prosedur pelayanan perizinan dan nonperizinan yang tepat, cepat, sederhana dan murah.


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 35
Author(s):  
Andi Rachman Salasa

Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris dengan sumber daya alam yang berlimpah, namun kondisi ini tidak serta merta menjadikan masyarakat Indonesia dapat mengakses pangan dengan mudah dan murah. Indonesia saat ini ini justru dikenal sebagai negara pengimpor pangan. Ketahanan pangan menjadi sangat penting karena diperkirakan jumlah penduduk yang Indonesia yang saat ini sebesar 267 juta jiwa diproyeksikan akan terus meningkat menjadi 319 juta jiwa di tahun 2045 mendatang. Pemerintah Indonesia harus dapat merumuskan kebijakan pangan nasional yang dapat meningkatkan ketahanan pangan. Kebijakan pangan tersebut meliputi ketersedian pasokan pangan dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta keterjangkauan harga pangan oleh masyarakat dan aman untuk dikonsumsi. Pemerintah harus mulai melihat bahwa ketahanan pangan akan terwujud apabila  tiga dimensi utama dari ketahanan pangan yaitu: (i) ketersediaan (availability); (ii) akses (accessability); dan (iii) keterjangkauan (affordability) oleh seseorang (keluarga) dapat terpenuhi. Pemerintah juga harus mampu mengintegrasikan kebijakan ketahanan pangan dan stabilitas harga pangan dengan kebijakan pembangunan nasional lainnya semacam kebijakan ekonomi makro melalui pertumbuhan dan pemerataan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document