Jurnal Kesehatan Khatulistiwa
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

14
(FIVE YEARS 2)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Tanjungpura University

2407-4063

2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 97
Author(s):  
Diana Natalia ◽  
Wiwi E Susanti ◽  
Afifah Mukarromah
Keyword(s):  

Latar belakang: HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yaitu limfosit CD4, sehingga semakin berkembangnya penyakit di tubuh, maka jumlah limfosit CD4 juga semakin menurun yang dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi oportunistik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kadar CD4 terhadap kejadian infeksi oportunistik. Metode: Desain penelitian ini menggunakan studi analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan di Klinik Melati RSUD dr. Soedarso kota Pontianak tahun 2013 dengan jumlah 85 sampel. Hasil: Hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar CD4 adalah 165 sel/µldengan infeksi oportunistik yang tersering adalah tuberkulosis (27,9%), diikuti dengan diare (25,6%) dan kandidiasis orofarings (11,6%). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar CD4 terhadap kejadian infeksi oportunistik pada penderita HIV/AIDS di klinik melati RSUD dr. Soedarso kota Pontianak tahun 2013.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 2
Author(s):  
Heru Fajar Trianto ◽  
Muhammad In’am Ilmiawan ◽  
Sari Eka Pratiwi ◽  
Abang Suprianto

Latar Belakang: Kualitas pewarnaan preparat histologis dipengaruhi oleh proses fiksasi.. Salah satu metode fiksasi yang dapat digunakan adalah metode intravital atau perfusi. Penelitian ini bertujuan membandingkan kualitas pewarnaan preparat jaringan hepar dan testis menggunakan fiksasi metode intravital dan metode konvensional. Metode: Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok metode fiksasi intravital dan metode konvensional. Organ testis dan hepar dibuat preparat histologis menggunakan pewarnaan HE. Parameter yang dinilai pada setiap preparat adalah pewarnaan inti sel, sitoplasma, kejernihan pewarnaan, dan keseragaman pewarnaan. Data dianalisa menggunakan uji Fisher. Hasil: Kualitas pewarnaan jaringan testis pada metode fiksasi intravital lebih adekuat dibandingkan dengan metode konvensional dan memiliki beda bermakna (p<0,05). Kualitas pewarnaan jaringan hepar metode fiksasi intravital lebih baik dibandingkan metode konvensional, tetapi secara statistik tidak menunjukkan perbedaan antara kedua kelompok (p=0,211). Kesimpulan: Metode fiksasi formalin intravital dapat menghasilkan kualitas pewarnaan yang lebih baik pada organ testis dan hepar, meskipun kualitas pewarnaan pada hepar tidak berbeda signifikan secara statistik.


2016 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 75
Author(s):  
Muhammad Asroruddin ◽  
Neni Anggraini ◽  
Rossalyn S Andrisa

Latar Belakang: Pseudotumor orbita merupakan suatu proses inflamasi jinak pada orbita yang jika tidak diterapi dengan baik akan menyebabkan disfungsi okulomotor berat dan gangguan penglihatan ireversibel. Evaluasi efektivitas dan keamanan terapi pseudotumor yang rekuren atau refrakter terhadap kortikosteroid sistemik diperlukan karena telah ditemukan hasil yang bervariasi, tidak adanya panduan terapi yang spesifik, dan karena kurangnya profil efektivitas dan keamanan masing-masing agen terapi. Metode: Peneliti telah meninjau beberapa artikel yang berkaitan dengan terapi sesuai kasus di atas. Kriteria inklusi adalah semua jenis jurnal dengan semua level of evidence yang mempublikasikan efektivitas masing-masing terapi, komplikasi, angka rekurensi, masa tindak lanjut, dan efek samping. Hasil: Tinjauan telah dilakukan terhadap 20 jurnal yang membahas tentang terapi radiasi, injeksi steroid intralesi, imunosupresan, dan agen imunobiologik. Semua jurnal tergolong dalam level of evidence IV yang memuat durasi gejala, dosis dan durasi, respons klinis, efek samping, dan rekurensi. Besar subjek yang tercakup dalam tinjauan ini bervariasi dari 1 hingga 37 subjek, dengan rerata masa followup 9 bulan hingga 4,5 tahun. Sebagian besar penelitian menunjukkan respons klinik yang baik. Angka rekurensi dan efek samping/komplikasi sangat rendah bahkan nihil. Kelompok terapi radiasi menunjukkan respons terapi yang lebih rendah dan rekurensi serta komplikasi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan modalitas terapi lainnya yang dapat mencapai complete response hingga 100%. Kesimpulan: Semua jenis modalitas terapi untuk penatalaksanaan pseudotumor orbita rekuren atau refrakter terhadap kortikosteroid sistemik terbukti efektif dan aman. Penelitian yang lebih besar dan valid diperlukan lebih lanjut untuk menentukan efektivitas dan keamanan terapi.


2015 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 185
Author(s):  
Sari Eka Pratiwi ◽  
Rozalina Rozalina ◽  
Fitri Sukmawati ◽  
Khairun Nisa

Latar belakang: Pengalaman akademik yang berat pada mahasiswa kedokteran dapat menyababkan mahasiswa mengalami gangguan psikologis seperti depresi, hal ini dapat dipengaruhi oleh kepribadian. Metode: Penelitian analitik dengan desain penelitian potong lintangmenggunakan kuesioner Beck Depression Inventory(BDI) dan kuesioner Kepribadian Big Five Inventory (BFI). Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak. Sebanyak 71 mahasiswa angkatan 2014 menjadi sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitian diuji dengan uji statistik Regresi Berganda dengan bantuan program SPSS 20.0. Hasil: Berdasarkan tingkat gejala depresi didapatkan sebanyak 22 orang (30,99%) dari mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter memiliki gejala depresi, sebanyak 13 orang (18,31%) memiliki tingat gejala depresi ringan, sebanyak 8 orang (11,27%) memiliki gejala depresi sedang dan untuk gejala depresi berat 1 orang (1,41%). Berdasarkan analisis regresi berganda didapatkan kepribadian yang paling kuat mempengaruhi tingkat gejala depresi adalah tipe kepribadian neurotcisim (R = .229), di mana tipe kepribadian ini berkontribusi sebanyak 22,9% dalam tingkat gejala depresi. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara dimensi kepribadian neuroticism berkontribusi terhadap tingkat gejala depresi padaMahasiswa Tahun Kedua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.


2015 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 115
Author(s):  
Sri Wahdaningsih ◽  
Widyo Budilaksono ◽  
Andhi Fahrurroji

Latar Belakang: Data WHO (World Health Organization) tahun 2011 menunjukkan bahwa berbagai penyakit degeneratif termasuk dalam sepuluh penyebab utama kematian manusia di seluruh dunia. Salah satu pemicu utama penyakit degeneratif adalah radikal bebas. Buah naga merah (Hylocerueus lemairei Britton dan Rose) memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur aktivitas antioksidan alami dari fraksi n-heksana kulit buah naga merah. Metode: Simplisia kulit buah naga merah dimaserasi dengan kloroform. Maserat yang didapat selanjutnya difraksinasi dengan n-heksana. Fraksi nheksana kemudian diskrining fitokimia dan terbukti mengandung flavonoid, alkaloid dan steroid. Dilakukan uji pendahuluan terhadap sampel menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), dengan fase gerak berupa campuran n-heksana dan etil asetat (10:1). Hasil: Hasil menunjukkan adanya bercak kuning keputihan dengan latar belakang ungu pada plat KLT silika gel 60 F ketika disemprot larutan DPPH 0,2% dengan nilai Rf sebesar 0,22; 0,29; 0,36; 0,52; 0,67 dan 0,88. Kesimpulan: Uji aktivitas antioksidan dari fraksi n-heksana kulit buah naga merah dilakukan dengan menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil), yang diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ 254 maks 515,50 nm. Nilai IC50 sampel yaitu 206,591 µg/mL dan tergolong kurang aktif, sedangkan nilai IC50 vitamin C sebagai kontrol positif jauh lebih kecil, yaitu 2,973 μg/mL dan tergolong sangat kuat.


2015 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 145
Author(s):  
Indah Yulia Ningsih ◽  
Siti Muslichah

Latar Belakang: Saat ini penggunaan obat herbal mengalami peningkatan,terutama di negara berkembang karena terdapat asumsi bahwa obat herbalmemiliki sifat alami dan lebih aman. Dengan adanya kepopuleran dan ekspansi pasar global dari obat herbal, maka faktor keamanan mendapat perhatian cukup besar. Hasil: Beberapa penyebab buruknya kualitas obat herbal adalah substitusi atau kesalahan identifikasi terhadap spesies tanaman beracun, dan penggunaan bahan baku tanaman obat yang terkontaminasi bahan-bahan berbahaya, seperti kontaminan kimia dan radioaktif. Kesimpulan: Perlu dilakukan tindakan pencegahan untuk menghindari kontaminasi, dan menjamin keamanan dan keseragaman standar kualitas obat herbal.


2015 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 137
Author(s):  
Bambang Prayogo ◽  
Prihartini Widiyanti ◽  
Hafrizal Riza

Latar Belakang: Ekstrak etanol 70% daun Justicia gendarussa Burm.f, bebas dan tidak bebas alkaloid dipercaya memiliki aktivitas inhibisi yang kuat terhadap enzim Reverse Transcriptase HIV, sebagai upaya menemukan solusi dalam menghadapi prevalensi HIV AIDS yang masih tinggi dengan kendala pengobatan HIV AIDS seperti efeks samping dan resistensi. Metode: Kedua jenis ekstrak diujikan secara in vitro menggunakan teknik Elisa dan dianalisa kandungan kimia yang Gendarusin A yang memiliki efek antiHIV menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Hasil: Hasil uji Elisa diperoleh persen penghambatan berturut-turut sebesar , 254,2, 254,2, 235,6 dan 279,7 untuk konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm dan 20 ppm ekstrak bebas alkaloid dan sebesar169,0, 164,0, 130,5 dan 369,5 untuk konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm dan 20 ppm ekstrak tidak bebas alkaloid. Hasil kandungan kimia diperoleh Gendarusin A pada ekstrak bebas bebas alkaloid pada waktu retensi 8,402 menit dan ekstrak tidak bebas alkaloid pada waktu retensi 8,381. Kesimpulan: Justicia gendarussa Burm.f dapat menjadi sumber yang bermanfaat untuk isolasi dan pengembangan inhibitor baru antiHIV.


2015 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 177
Author(s):  
Arina Nurfianti ◽  
Murtilita Murtilita

Latar Belakang: Media sosial dianggap sangat efektif dalam mensosialisasikan program kerja pemerintah, maupun menyampaikan informasi yang dapat mengubah persepsi dan perilaku masyarakat. Indonesia saat ini memiliki persentase bayi yang disusui ekslusif sampai 6 bulan hanya 15,3% sehingga berisiko pada kerawanan status gizi dan imunitas. Metode: Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional study pada 35 orang responden di Kota Pontianak. Instrument penelitian telah melalui uji validitas dan reliabilitas yang sahih. Hasil: Analisis data Spearman menunjukkan adanya pengaruh paparan media sosial terhadap perilaku menyusui ASI ekslusif ibu di Kota Pontianak. Kesimpulan: Media sosial mempengaruhi persepsi individu sehingga berdampak pada perilaku menyusui yang efektif oleh ibu kepada bayinya. Paparan informasi dari media sosial sebagai bentuk dukungan tidak langsung kepada ibu berpengaruh pada perilaku ibu dalam memberikan ASI ekslusif.


2015 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 105
Author(s):  
Arif Wicaksono ◽  
Sasanthy Kusumaningtyas

Latar belakang: Antropologi masih memperlihatkan ketertarikan dalam membandingkan struktur skeletal dan lokomosi antara manusia dan primata. Manusia dikatakan berkembang menjadi bipedal karena proses evolusi ribuan tahun dari primata. Metode: Penelitian ini membahas perubahan anatomi yang terjadi pada quadrupedal dan bipedalsecara umum kemudian mengkhususkan pada anatomi skeleton apendiculare, komparasinya dan hubungannya dengan lokomosi. Hasil: Terdapat perbedaan pada beberapa detil tulang antara bipedal dan quadrupedal. Kesimpulan: Bentuk tulang pada manusia bipedal dan primata quadrupedal mirip tetapi terdapat perbedaan pada ukurandan bentuk dari skeleton appendicularnya yang menyebabkan perbedaanpembagian/penerusan beban, berbedaan lokomosi dan perbedaan energi yang diperlukan untuk melakukan lokomosi.


2015 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 164
Author(s):  
Ardias Pangestu ◽  
Ratna Widyasari ◽  
Dina Yuspita Sari
Keyword(s):  
Tween 80 ◽  

Latar Belakang: Salah satu masalah kulit yang sering terjadi ialah penuaan dini yang biasanya disebabkan oleh radikal bebas. Salah satu jenis tanaman obat yang dimanfaatkan masyarakat untuk menghambat proses penuaan dini adalah beras merah (Oryza nivara). Metode: Metode penelitian yang dilakukan meliputi dua tahap yaitu pembuatan sediaan krim body scrub dan uji evaluasi sediaan krim body scrub. Pada penelitian ini dibuat 3 formula dengan variasi konsentrasi emulgator yaitu span 80 dan tween 80 yaitu 3%, 5%, dan 7%. Hasil: Pengujian dilakukan pada formula krim dengan kondisi dipercepat pada suhu 5°C dan 35°C selama 12 jam secara bergantian sebanyak 10 siklus. Parameter stabilitas yang diuji meliputi uji organoleptis, uji tipe emulsi, uji pH, uji daya sebar dan uji volume kriming. Kesimpulan: Krim body scrub dengan konsentrasi span 80 dan tween 80 7% merupakan sediaan krim yang paling baik dalam penelitian ini.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document