An Examination of the Correlation Between Accuracy of "Big Five" and Perceptions of Friendship Closeness in College Students

The purpose of the present study was to examine the accuracy of a close friend's rating compared to each participant's own self-reported scores on the Big Five Inventory scales. It was expected that there would be higher self-other agreement on all Big Five personality dimensions.

Personality Associations With WhatsApp Usage and Usage of Alternative Messaging Applications to Protect One’s Own Data

Data protection became an increasingly important topic in today’s digital society. With regard to messaging applications, WhatsApp especially has been at the center of discussion. Despite the existence of alternative messaging applications seemingly protecting one’s data more than WhatsApp does, individuals seem to rarely use these alternatives. The present study, therefore, investigated personality differences between individuals using WhatsApp versus alternative messaging applications which are deemed more protective of one’s data. A total of N = 7,874 individuals ( n = 3,992 men) participated in the present online survey. All of them provided information on whether they used WhatsApp and/or an alternative messaging application because WhatsApp was deemed to be non-data-protective. Additionally, they completed the Big Five Inventory. Most participants (69.27%) reported using WhatsApp but no alternative messaging application due to data protection concerns. This group showed the lowest scores on Openness. The group using neither WhatsApp nor another messaging application due to data protection concerns regarding WhatsApp showed the lowest scores on Extraversion. The highest scores on Agreeableness were found in the group using WhatsApp and at least one alternative messaging application due to WhatsApp-related data protection concerns. These results reveal initial insights into who is using seemingly data protective versus non-data-protective messaging applications. Personality may not be the only factor influencing the decisions about data protective messaging application use.

Validasi Big Five Inventory-2 (BFI-2) untuk Indonesia: Belum sempurna tetapi valid dan reliabel mengukur kepribadian

Big Five Inventory-2 (BFI-2) merupakan versi terbaru dari alat ukur kepribadian menurut kerangka teori five factor model. Penelitian ini bertujuan untuk mereplikasi pengujian validitas BFI-2 pada versi Bahasa Indonesia. Uji validitas terkait struktur internal dilakukan menggunakan Principal Component Analysis (PCA) dan Confirmatory Factor Analysis (CFA), sedangkan validitas konvergen melalui korelasi dengan skor BFI-1. Responden adalah 853 mahasiswa dari beberapa Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Sumatra Utara dan Jawa Timur. Pengumpulan data secara online menggunakan Google Form. Hasil analisis PCA menunjukkan sebanyak 50 butir (83%) BFI-2 versi Indonesia memiliki muatan faktor memadai terhadap dimensi terkait. Hasil analisis CFA pada model level faset memiliki indeks fit yang lebih baik daripada level dimensi, artinya temuan ini mendukung model pengukuran faset pada BFI-2 Indonesia. Kelima dimensi BFI-2 Indonesia memiliki korelasi positif dengan dimensi BFI-1 pada tingkat moderat, sehingga temuan ini menunjukkan bahwa BFI-2 Indonesia terbukti konvergen dengan BFI-1.

Peran Kepribadian Kesungguhan terhadap Krisis Usia Seperempat Abad pada Emerging Adulthood dengan Dukungan Sosial sebagai Mediator

Krisis usia seperempat abad merupakan krisis perkembangan yang terjadi pada masa emerging adulthood. Krisis usia seperempat abad terjadi karena pengaruh beberapa faktor, di antaranya kepribadian kesungguhan dan dukungan sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji peran kepribadian kesungguhan terhadap krisis usia seperempat abad pada emerging adulthood dengan dukungan sosial sebagai mediator. Partisipan penelitian ini adalah individu yang berada pada kelompok usia 18-25 tahun sebanyak 286 orang. Terdapat tiga alat ukur yang digunakan, yaitu Skala Quarter-life Crisis, Big-Five Inventory (BFI), dan The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Analisis mediasi menggunakan PROCESS, menunjukkan bahwa dukungan sosial memediasi peran kepribadian kesungguhan terhadap krisis usia seperempat abad sebesar 13% (-0,1286; p < 0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial berfungsi sebagai mediator atas peran kepribadian kesungguhan terhadap krisis usia seperempat abad.

Impacts of Personality on Job Performance Through COVID-19 Fear and Intention to Quit

Recent studies have examined the association between personality and job performance; however, this relationship remains to be elucidated within the context of COVID-19 fear and intention to quit. Therefore, we aimed to develop a structural equation model (SEM) by exploring the effects of personality on job performance through COVID-19 fear and intention to quit. Accordingly, 447 employees participated in the study and completed the Job Performance Scale, the Scale of Intention to Quit, the COVID-19 Fear scale, and the Big Five Inventory. It was revealed that extroversion, conscientiousness, and neuroticism predicted job performance via COVID-19 fear, as well as intention to quit.

Suchtartiges Arbeiten: Persönlichkeitsfaktoren und berufliche Rahmenbedingungen

Zusammenfassung. Fragestellung: Suchtartiges Arbeiten stellt ein ernst zu nehmendes Problem in unserer Gesellschaft dar. In dieser Studie wird der Frage nachgegangen, welche Rolle berufliche Rahmenbedingungen (Entgrenzung der Arbeit) und Persönlichkeitsfaktoren (Big Five) bei suchtartigem Arbeiten spielen. Methode: 111 Erwerbstätige im Alter von 19 bis 66 Jahren beantworteten online den Persönlichkeitstest Big Five Inventory-SOEP, den Fragebogen zur Erfassung zentraler Merkmale der Arbeit 4.0 und die Skala zur Erfassung von Arbeitssucht. Die statistischen Auswertungen (Korrelationsanalysen, moderierte Regressionsanalyse) erfolgten mittels „R“ und „PSPP“. Ergebnisse: Suchtartiges Arbeiten korreliert signifikant mit Entgrenzung (r = .208), Neurotizismus (r = .356) und dem Alter der Probanden (r = -.321). Alle drei Prädiktoren zusammen erklären insgesamt 29 Prozent der Varianz von suchtartigem Arbeiten. Es konnte kein moderierender Effekt der Variablen Entgrenzung der Arbeit auf den Zusammenhang zwischen Neurotizismus und suchtartigem Arbeiten gefunden werden. Schlussfolgerungen: Neben dem Persönlichkeitsfaktor Neurotizismus und dem Alter spielen bei der Vorhersage suchtartigen Arbeitens auch das Ausmaß der Entgrenzung der Arbeit eine relevante Rolle. Die Ergebnisse sind vor dem Hintergrund der Covid-19-Pandemie relevant, da bei Mitarbeitern im Homeoffice die Grenzen von Arbeit und Privatleben besonders stark verwischen.

Strategi Coping Pada Mahasiswa Ditinjau Dari Big Five Personality

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepribadian dan strategi coping jenis problem-focused coping (PFC) dan emotion-focused coping (EFC). Penelitian ini mengambil sampel 422 mahasiswa di Universitas Negeri Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik multi stage random sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala COPE Inventory dan Big Five Inventory. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi coping PFC maupun strategi coping EFC berhubungan dengan semua tipe kepribadian. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya hubungan positif antara stategi coping PFC mupun strategi coping EFC dengan tipe kepribadian extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness dengan nilai signifikansi p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa strategi atau cara seseorang menyelesaikan masalah baik dengan menghadapi masalah ataupun menggunakan emosi berhubungan positif dengan semua tipe kepribadian.

TRAUMA DAN KELEKATAN PADA INDIVIDU DEWASA YANG MENYAKSIKAN KDRT: KEPRIBADIAN SEBAGAI MODERATOR

Witnessing IPV is traumatic. Trauma affect children’s attachment toward their parents. Earlier attachment affect adult attachment toward intimate partners. Personality is a interpersonal-related construct that predict variations of adult attachment. This study aims to measure the effect of childhood trauma and personality on adult attachment, whose participants are adults who witnessed IPV as child. This study also aims to prove whether personality can be a moderating variable between childhood trauma and adult attachment. There are 191 respondents aged 18-40, their responses obtained through online survey. The scales used are Traumatic Antecedent Questionnaire (TAQ), Big Five Inventory (BFI), State Adult Attachment Measure (SAAM) and Adult Disorganized Attachment (ADA). Data is analyzed with regression and interaction test. Effects of competency as protective factor against trauma on secure attachment is strengthened by conscientiousness and extraversion. Anxious attachment is predicted by agreeableness. Conscientiousness and openness to experience predict avoidant attachment. Last, history of sexual abuse predicts disorganized attachment.Menyaksikan KDRT adalah pengalaman yang traumatis bagi anak. Trauma tersebut dapat mempengaruhi kelekatan anak terhadap orangtua. Kelekatan sebelumnya akan mempengaruhi kelekatan dewasa, yaitu kelekatan terhadap pasangan. Kepribadian adalah konstruk yang berkaitan dengan relasi dan dapat memprediksi jenis kelekatan dewasa. Tujuan penelitian ini adalah mengukur pengaruh trauma masa kanak dan kepribadian terhadap kelekatan dewasa, dengan partisipan individu dewasa yang pernah menyaksikan KDRT. Penelitian ini juga bertujuan untuk membuktikan apakah kepribadian mampu menjadi variabel moderator antara pengaruh trauma masa kanak terhadap kelekatan dewasa. Sebanyak 191 subjek berusia 18-40 tahun diambil datanya dengan survei daring. Skala yang digunakan antara lain Traumatic Antecedent Questionnaire (TAQ), Big Five Inventory (BFI), State Adult Attachment Measure (SAAM) dan Adult Disorganized Attachment (ADA). Teknik analisis menggunkan regresi dan uji interaksi. Hasilnya, pengaruh kompetensi sebagai faktor protektif trauma terhadap kelekatan aman diperkuat oleh extraversion dan conscientiousness. Kelekatan cemas diprediksi oleh agreeableness. Conscientiousness dan openness to experience memprediksi kelekatan menghindar. Terakhir, kekerasan seksual adalah prediktor tunggal dari kelekatan disorganisasi.