Enhanced service capability interaction management in capability-based IMS service architecture

Author(s):  
Hua Liu ◽  
Fangchun Yang ◽  
Yao Zhao
2006 ◽  
Vol 10 (4) ◽  
pp. 217-232 ◽  
Author(s):  
Kristin F. Kocan ◽  
William D. Roome ◽  
Vinod Anupam

2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 36-42
Author(s):  
Latifah Latifah ◽  
Ngalimun Ngalimun ◽  
Muhammad Andi Setiawan ◽  
Makmur Haji Harun

Penelitian ini membuat gambaran secara sistematis tentang bagaimana Kecakapan Behavioral dalam proses pembelajaran PAI melalui komunikasi interpersonal di Madrasah Ibtidaiyah AssalamMartapura. Penelitian ini memfokuskan pada kecakapan behavioral yang artinya kecakapan pada tingkat perilaku. Kecakapan ini membantu seseorang untuk melaksanakan perilaku yang membawa seseorang mencapai tujuan dalam komunikasi dengan orang lain. Kecakapan behavioral ini meliputi: 1) Keterlibatan interaktif (interactive involvement). Kecakapan ini menentukan tingkat keikutsertaan dan partisipasi seseorang dalam komunikasi dengan orang lain. Kecakapan ini meliputi, sikap tanggap (responsiveness), sikap perseptif (perceptiveness) dan sikap penuh perhatian (attentiveness). 2) Manajemen interaksi (interaction management). Kecakapan itu membantu seseorang mampu mengambil tindakan-tindakan yang berguna bagi seseorang untuk mencapai tujuan komunikasi. 3) Keluwesan perilaku (behavioral flexibility). Kecakapan ini membantu seseorang untuk melaksanakan berbagai kemungkinan perilaku yang dapat diambil untuk mencapai tujuan komunikasi. 4) Mendengarkan (listening). Kecakapan ini membantu seseorang untuk dapat mendengarkan orang yang berkomunikasi dengan seseorang tidak hanya isi, tetapi juga perasaan, keprihatinan, dan kekhawatiran yang menyertainya. 5) Gaya sosial (social style). Kecakapan ini membantu seseorang dapat berperilaku menarik, khas, dan dapat diterima oleh orang yang berkomunikasi dengan seseorang tersebut. 6) Kecemasan komunikasi (communication anxiety). Dengan kecakapan ini seseorang dapat mengatasi rasa takut, bingung, dan kacau pikiran, tubuh gemetar, dan rasa demam panggung yang muncul dalam komunikasi dengan orang lain.


2010 ◽  
Vol 56 (2) ◽  
pp. 117-124 ◽  
Author(s):  
Mosiuoa Tsietsi ◽  
Alfredo Terzoli ◽  
George Wells

Using JAIN SLEE as an Interaction and Policy Manager for Enabler-based Services in Next Generation Networks The IP Multimedia Subsystem is a telecommunications framework with a standard architecture for the provision of services. While the services themselves have not been standardised, standards do exist for basic technologies that can be re-used and aggregated in order to construct more complex services. These elements are called service capabilities by the 3GPP and service enablers by the OMA, both of which are reputable standards bodies in this area. In order to provide re-usability, there is a need to manage access to the service capabilities. Also, in order to build complex services, there is a further need to be able to manage and coordinate the interactions that occur between service capabilities. The 3GPP and the OMA have separately defined network entities that are responsible for handling aspects of these requirements, and are known as a service capability interaction manager (SCIM) and a policy enforcer respectively. However, the internal structure of the SCIM and the policy enforcer have not been standardised by the relevant bodies. In addition, as the SCIM and the policy enforcer have been defined through complementary yet separate processes, there is an opportunity to unify efforts from both bodies. This paper builds on work and standards defined by the bodies, and proposes the design of an interaction manager with features borrowed from both the SCIM and the policy enforcer. To help validate the design, we have identified a platform known as JAIN SLEE which we believe conforms to the model proposed, and we discuss how JAIN SLEE can be used to implement our ideas.


2014 ◽  
Author(s):  
Srinivasan Janarthanam ◽  
Oliver Lemon

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document