What does ‘work–life management’ mean in China and Southeast Asia for MNCs?

2009 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 179-196 ◽  
Author(s):  
Helen De Cieri ◽  
E Anne Bardoel
2019 ◽  
pp. 171-194
Author(s):  
Sarah Jane Blithe ◽  
Anna Wiederhold Wolfe ◽  
Breanna Mohr

In this chapter, the authors present data from participants about how legal prostitutes manage work and life boundaries. They argue that work-life management practices are different for stigmatized workers because they must cope with occupational stigma by segmenting work and life realms in acutely distinct ways. The data revealed that work-life boundaries are disciplined by legal mythologies and ambiguities surrounding worker restrictions, occupational ideologies of “work now, life later,” and perceived and experienced effects of community-based stigma. These legal, occupational, and community constructs ultimately privilege organizations’ and external communities’ interests, while individual dirty workers carry the weight of stigma.


2020 ◽  
Vol 121 ◽  
pp. 329-337 ◽  
Author(s):  
Rachel W.Y. Yee ◽  
Maria-Jose Miquel-Romero ◽  
Sonia Cruz-Ros

Author(s):  
Aulia Raversa ◽  
Ahmad Dahidi ◽  
Noviyanti Aneros

AbstrakBerdasarkan World Investment Report 2015 yang dirilis pada tanggal 25 Juni 2015 oleh sebuah oraganisasi di bawah naungan perserikatan (PBB) bernama United Nations Conference Trade and Development (UNCTAD),  Indonesia adalah negara yang mengalami pertumbuhan penanaman modal tertinggi di Asia Tenggara yaitu sebanyak 20% dengan investor terbesarnya adalah Jepang. Besarnya investor Jepang berbanding lurus dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang mampu berbahasa Jepang yang dibutuhkan. Dalam dunia kerja komunikasi dan bahasa sebagai alat komunikasi sangatlah dibutuhkan. Bahasa itu beragam, di Jepang sendiri terdapat 28 dialek. Dialek Kansai dengan rasio penggunaan 1:6 menjadi dialek digunakan terbanyak kedua setelah bahasa Jepang standar. Terdapat perbedaan pengucapan, tata bahasa dan kosakata antara dialek Kansai dan bahasa Jepang standar.  Berangkat dari fakta tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada miskomunikasi yang muncul akibat ketidaktahuan terhadap dialek Kansai dalam anime Detective Conan episode 651 yang mengambil latar dunia kerja. Dengan metode penelitian deskriptif, diketahui bahwa ketidaktahuan terhadap dialek Kansai dapat menimbulkan miskomunikasi yang berakibatkan kesalahpahaman. Miskomunikasi terbesar didapat karena ketidaktahuan bahwa dalam dialek Kansai jibun dapat berarti saya dan amechan berarti permen. Selain itu juga diketahui bahwa dalam dialek Kansai rasa asin disebut dengan karai dan penggunaan dialek Kansai dengan cara yang buruk dapat membuat marah orang Kansai yang sangat bangga dan menghargai dialek Kansai. Kata kunci: Bahasa Jepang standar, dialek Kansai, miskomunikasi  AbstractBased on World Investment Report 2015 that  has been released on 25 June2015 by an organization under United Nation (UN) named United Nations Conference Trade and Development (UNCTAD), Indonesia is a country that is experiencing the highest investment growth in Southeast Asia as much as 20%, with Japan as the biggest investor.  Japanese investment rate is directly proportional with the number of requiring workers who can speak Japanese. On working life communication and language as one of the communication tool is really necassery. Language has many varieties, in Japan there are 28 kinds of dialect. Kansai Dialect with 1: 6 of using ration, is the secondnumbermost uses in Japan after standard Japanese. Based on that fact this reasearch is to find is there any miscommnication that occure due to the-do-not-know about Kansai dialect on Detective Conan anime episode 651 with work life is the background. By using descriptive research method ascertainable that the-do-not-know about Kansai dialect can cause miscommunication that lead to misunderstanding. Biggest miscommunication occurred because the-don-not-now that jibun in Kansai dialect can be translated as me and amechan means candy. Beside that we also know that salty in Kansai dialect is karai and using Kansai dialect in poor way can make Kansai people angry due to their pride and  appreciate toward Kansai dialect. Keyword : Standard  Japanese, Kansai dialect, miscommunication


Author(s):  
Ana Cristina Limongi-França ◽  
André Baptista Barcauí ◽  
Paulo Bergsten Mendes ◽  
Rodolfo Ribeiro da Silva ◽  
Wellington Nogueira
Keyword(s):  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document