A Critical Review on the Use of Lipid Apheresis and Rheopheresis for Treatment of Peripheral Arterial Disease and the Diabetic Foot Syndrome

2011 ◽  
Vol 25 (2) ◽  
pp. 220-227 ◽  
Author(s):  
Norbert Weiss
Angiology ◽  
2021 ◽  
pp. 000331972110426
Author(s):  
Martyna Schönborn ◽  
Patrycja Łączak ◽  
Paweł Pasieka ◽  
Sebastian Borys ◽  
Anna Płotek ◽  
...  

Peripheral arterial disease can involve tissue loss in up to 50% of patients with diabetic foot syndrome (DFS). Consequently, revascularization of narrowed or occluded arteries is one of the most common forms of comprehensive treatment. However, technically successful angioplasty does not always result in the healing of ulcers. The pathomechanism of this phenomenon is still not fully understood, but inadequate angiogenesis in tissue repair may play an essential role. Changes in pro- and anti-angiogenic factors among patients with DFS are not always clear and conclusive. In particular, some studies underline the role of decreased concentration of pro-angiogenic factors and higher levels of anti-angiogenic mediators. Nevertheless, there are still controversial issues, including the paradox of impaired wound healing despite high concentrations of some pro-angiogenic factors, dynamics of their expression during the healing process, and their mutual relationships. Exploring this process among diabetic patients may provide new insight into well-known methods of treatment and show their real benefits and chances for improving outcomes.


2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 192-198
Author(s):  
Juhelnita Bubun ◽  
Saldy Yusuf ◽  
Yuliana Syam ◽  
Wahyu Hidayat ◽  
Suharno Usman

Latar Belakang: Prognosis LKD yang tidak dirawat dengan baik akan berdampak buruk yaitu amputasi bahkan kematian sehingga dibutuhkan tindakan pencegahan yaitu skrining kaki diabetes. Tujuan dari review ini, untuk mengetahui metode skrining kaki diabetes untuk mencegah terjadi luka kaki diabetes (LKD). Metode database yang digunakan pada pencarian artikel yaitu pubmed, wiley dan science direct. Hasil: kata kunci yang digunakan diabetic foot screening OR diabetes foot screening jumlah artikel yang didapatkan   39 artikel dari tiga database dan artikel yang menjadi kriteria inklusi artikel, artikel tahun 2013-2018, merupakan hasil penelitian, sesuai tema  scoping review dan artikel full text, sehingga terdapat empat artikel yang terinklusi. Dari artikel tersebut dua artikel yang membahas metode skrining kaki diabetes untuk mendeteksi neuropati dan dua artikel yang membahas metode skrining kaki diabetes untuk mendeteksi angiopati. Skrining kaki diabetes untuk mendeteksi neuropati dapat menggunakan metode sudoscan yang dapat mendeteksi 34% tidak ada neuropati, tanpa gejala 69% dan dengan gejala 61,7%. Metode Ipswich touch test (IpTT) dapat digunakan oleh tenaga non professional di rumah dan klinik dalam mendeteksi neuropati dengan sensitivitas 78,3% dan 81,2%, spesifitas 93,9% dan 96,4%. Metode dalam mendeteksi angiopati adalah ankle brachialis index (ABI). Kombinasi hasil palpasi nadi yang lemah /hilang dan ABI yang abnormal menghasilkan sensitivitas dan nilai prediksi negatif tertinggi (92,3 % dan 89,8%) penyebab peripheral arterial disease (PAD). Kesimpulan: metode skrining kaki diabetes untuk mendeteksi neuropati terdiri atas beberapa metode yang aman untuk digunakan. ABI dapat digunakan mendeteksi PAD. Key word: skrining kaki diabetes, neuropati, angiopati


2015 ◽  
Vol 39 (1) ◽  
pp. 29-39 ◽  
Author(s):  
Karen L Andrews ◽  
Matthew T Houdek ◽  
Lester J Kiemele

Background: Hospital-based studies have shown that mortality rates in individuals with diabetic foot ulcers are about twice those observed in individuals with diabetes without foot ulcers. Objective: To assess the etiology and management of chronic diabetic foot ulcers. Study design: Literature review. Methods: Systematic review of the literature discussing management of diabetic foot ulcers. Since there were only a few randomized controlled trials on this topic, articles were selected to attempt to be comprehensive rather than a formal assessment of study quality. Results: Chronic nonhealing foot ulcers occur in approximately 15% of patients with diabetes. Many factors contribute to impaired diabetic wound healing. Risk factors include peripheral neuropathy, peripheral arterial disease, limited joint mobility, foot deformities, abnormal foot pressures, minor trauma, a history of ulceration or amputation, and impaired visual acuity. With the current treatment for nonhealing diabetic foot ulcers, a significant number of patients require amputation. Conclusion: Diabetic foot ulcers are optimally managed by a multidisciplinary integrated team. Offloading and preventative management are important. Dressings play an adjunctive role. There is a critical need to develop novel treatments to improve healing of diabetic foot ulcers. The goal is to have wounds heal and remain healed. Clinical relevance Diabetic neuropathy and peripheral arterial disease are major factors involved in a diabetic foot ulcer. Despite current treatment modalities for nonhealing diabetic foot ulcers, there are a significant number of patients who require amputations. No known therapy will be effective without concomitant management of ischemia, infection, and adequate offloading.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 91
Author(s):  
I Gede Surya Dinata ◽  
Anak Agung Gede Wira Pratama Yasa

Laporan dari International Diabetes Federation Tahun 2019 menyebutkan bahwa tingkat kejadian Diabetes Melitus (DM) meningkat setiap tahunnya dan diperkirakan sekitar 629 Juta orang di seluruh dunia menderita DM pada tahun 2045. Hal ini tentunya berdampak pada peningkatan dari komplikasi yang ditimbulkan oleh DM salah satunya adalah Diabetic Foot Infection (DFI) atau Infeksi Kaki Diabetes (IKD). IKD merupakan komplikasi lanjutan dari kaki diabetik yang ditandai oleh adanya proses invasi mikroorganisme yang berkembang di jaringan dalam seperti kulit, otot, tendon, sendi, tulang pada ekstremitas bawah, tepatnya di bawah malleoli. IKD dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan, termasuk kecacatan, mobilitas berkurang, penurunan kualitas hidup pada aspek fisik dan mental, serta ancaman kehilangan anggota tubuh oleh karena amputasi. Selain itu, penyakit ini juga dikaitkan dengan komplikasi DM lainnya seperti komplikasi neuropati perifer, Peripheral Arterial Disease (PAD), dan infeksi pada pasien DM. Dalam melakukan tatalaksana terhadap pasien DM dengan ataupun berisiko IKD, diperlukan perawatan lebih lanjut yang harus didasari dengan tingkat keparahan infeksi. Sebagian besar kasus IKD memiliki kecenderungan amputasi sehingga penting untuk dilakukan penatalaksanaan dan pencegahan secara komprehensif dengan melibatkan manajemen multidisiplin dengan  ahli bedah (umum, vaskular, ortopedi), penyakit dalam, dan perawat luka, sehingga dapat mengurangi waktu penyembuhan luka, tingkat, dan keparahan amputasi.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document