Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

132
(FIVE YEARS 112)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Lppm Stikes Pemkab Jombang

2528-3022, 2477-4391

2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 166-171
Author(s):  
Marcel Widayanti ◽  
Irine Yunila Prastyawati ◽  
Agnes Putri Natalia

Pembelajaran pada masa pandemi, mayoritas menggunakan metode daring, demikian pula dengan kegiatan pembelajaran praktik dilaboratorium. Salah satu cara yang digunakan sebagai pengganti adalah dengan pembuatan video ketrampilan memasang fototerapi, dengan harapan mahasiswa mendapat gambaran tentang prosedur dari ketrampilan tsb, sehingga mampu mendapatkan hasil belajar yang maksimal, untuk mengingat Kembali video tsb dapat diputar ulang Desain dalam penelitian ini adalah pra – experiment, dengan populasi mahasiswa semester V Prodi Ilmu Keperawatan STIKES Katolik St.Vincentius a Paulo Surabaya, pengambilan data, menggunakan sampling jenuh, semua mahasiswa digunakan sebagai sampel jumlahnya 35 responden, Variabel bebas dalam penelitian adalah pembelajaran menggunakan video, variable terikat yaitu tingkat pengetahuannya dalam memasang fototerapi. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner sebelum dan setelah melihat video. Hasil dari ASDPP didapatkan sebelum melihat video Sebagian besar (51,43%) hasil belajarnya masuk kategori tingkat pengetahuan cukup, setelah melihat video pembelajaran mayoritas (91,43%) tingkat pengetahuannya adalah baik, dari uji statistic Wilcoxon dengan tingkat signifikan ? = 0.05 dan didapatkan harga p = 0.005 maka p < ? maka H1 diterima , artinya ada pengaruh tingkat pengetahuan mahasiswa sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan video memasang fototerapi. Berdasarkan hasil diatas maka selama pembelajaran daring, sebagai pengganti praktik dilaboratorium dapat menggunakan video untuk membantu mahasiswa belajar mengenai ketrampilan, walaupun tidak diterapkan, sehingga mahasiswa mempunyai gambaran tentang prosedur yang seharusnya dipraktikkan.


2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 220-225
Author(s):  
Khabib Abdullah ◽  
Yasin Galih Ardi ◽  
Jihan Tsabita

Pendahuluan : Stimulasi somatosensorik pada kaki adalah salah satu metode untuk meningkatkan keseimbangan. Dari penelitian terdahulu, stimulasi tersebut mampu meningkatkan keseimbangan dinamis pada pasien diabetes melitus. Sampai saat ini belum diteliti pengaruh stimulasi somatosensorik pada kaki terhadap perubahan keseimbangan dinamis pada lansia. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh stimulasi somatosensorik pada kaki dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia. Metode: Penelitian quasy eksperimental, sampel 20 lansia usia 60-68 (63,9±2,1 tahun)dibagi secara acak 2 kelompok (kelompok 1/perlakuan dan kelompok 2/kontrol). Stimulasi somatosensorik diberikan pada kaki lansia selama 30 menit, setiap hari selama 6 hari. Pengukuran keseimbangan dinamis (dengan timed up and go test/TUG dalam satuan detik), dilakukan pada pra dan paska perlakuan. Uji statistik menggunakan uji t berpasangan dan uji Wilcoxon. Hasil: Kelompok perlakuan, TUG berbeda bermakna p=0,02 (12,9±0,9 menjadi 11,1±1,3 detik), sedangkan kelompok kontrol, TUG tidak berbeda bermakna p=0,317 (12,4±1,5 menjadi 12,3±1,6 detik). Kesimpulan: Stimulasi somatosensorik pada kaki meningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia. Stimulasi ini akan meningkatkan input taktil telapak kaki dan proprioseptif sendi-sendi kaki yang berdampak pada kewaspadaan gerak yang meningkat saat berjalan. Beberapa gerakan pada stimulasi ini dapat dilakukan secara mandiri oleh lansia dan beberapa gerakan harus dikerjakan oleh fisioterapis, sehingga pelaksanaan diluar penelitian harus menyesuaikan  


2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 204-212
Author(s):  
Misroh Mulianingsih ◽  
Ilham Ilham ◽  
Irwan Hadi ◽  
Meyka Aris Yusron ◽  
Zuliardi Zuliardi ◽  
...  

ABSTRACT The breast is the most common organ for cancer in women. This study aims to determine the factors associated with managing treatment delays in patients with breast cancer stage III & IV at the NTB Provincial Hospital in 2018. The study design was a retrospective correlational analysis with a sample size of 35 people. They conducted at the Oncology Polyclinic of the NTB Provincial Hospital in January 2019 by using a questionnaire. Based on the study results, know that delays occurred in respondents with elementary education as many as 11 (31.4%) with 21 (60%) socio-economic incapacity criteria. Respondents who had sufficient psychology were 29 (82.8). Respondents who received referrals ? 30 days from the examination were 18 (51.4%), and respondents who received a diagnosis of ? 30 days were 25 (71.4%). Respondents who received referrals ? 30 days from the examination were 21 (60%), respondents who received first chemotherapy ? 20 days from diagnosis were 29 (82.9%), and respondents who received time ranges from first chemotherapy to second chemotherapy ? 30 days were 26 ( 74.3%). Recommendations that can give are to do socialization/counselling to the public about this breast cancer. 


2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 248-255
Author(s):  
Anita Kartini Herman ◽  
Sri Kurnia Sah Puteri

Pendahuluan : Setiap orang tua mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh, salah satu indiator pertumbuhan pada anak adalah berat badan anak. Pijatan-pijatan halus  pada badan bayi dapat membantu memulihkan tensi dan membuat nyaman. Pijatan juga dapat membantu menstimulasi pertumbuhan sistem tubuhnya. Tujuan: Untuk menganalisis pengaruh pijat bayi terhadap penambahan berat badan bayi. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi experimental  design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan terhadap kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol. Hasil: Terapi pijat berpengaruh terhadap peningkatan berat badan bayi yang dilakukan sendiri oleh ibu. Ada pengaruh pijat bayi terhadap perubahan berat badan bayi usia 3-6 bulan, hal ini dibuktikan dengan analisis uji Wilcoxon dan diperoleh nilai p = 0,000 (? = 0,05 ), ada pengaruh pijat bayi terhadap frekuensi menyusu bayi usia 3-6 bulan dengan nilai p = 0,000 (? = 0,05 ) dan ada pengaruh pijat bayi terhadap frekuensi tidur bayi usia 3-6 bulan, hal ini dibuktikan dengan nilai p = 0,000 (? = 0,05 ). Kesimpulan: Pijat bayi mempunyai pengaruh terhadap perubahan berat badan di nilai dari frekuensi menyusu dan frekuensi tidur bayi. Di harapkan para Ibu / Orang tua setiap hari membiarkan bayi tidur lama karena ini akan menyebabkan bayi kekurangan asupan nutrisi / asupan ASI , Ibu / Orang tua bayi perlu memperhatikan pola tidur bayi. Bayi minimal disusui 2 jam sekali untuk mengoptimalkan kunsumsi dan pertumbuhannya


2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 331-336
Author(s):  
Eny Retna Ambarwati ◽  
Niarna Lusi ◽  
Rizham Maulidatun Nisa ◽  
Rita Azca Azhari ◽  
Riza Viky Krisnasari

Pendahuluan : Peningkatan status kesehatan masyarakat khususnya ibu dan anak dengan indikator menurunnya angka kematian ibu dan anak meningkatnya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Permasalahan yang diangkat sebagai program adalah masih banyak pasangan usia subur yang belum menggunakan kontrasepsi, rendahnya pengetahuan tentang deteksi dini kanker payudara, masih balita dengan pertumbuhan dan perkembangan menyimpang dan balita dengan gizi kurang. Tujuan: memberdayaan masyarakat melalui pendampingan pada ibu dan anak. Metode: Memberikan beberapa penyuluhan dan pemeriksaan yaitu penyuluhan berbagai macam alat kontrasepsi, penyuluhan deteksi dini kanker payudara, penimbangan balita, penyuluhan pentingnya gizi balita, pemeriksaan  stimulasi deteksi dini pertumbungan perkembangan balita dan penimbangan balita. Hasil: Terdapat peningkatan sebesar 11,9%, pada penyuluhan sadari  terdapat peningkatan sebesar 19%, pada kegiatan penimbangan balita terdapat peningkatan sebesar 14,3%, pada pemeriksaan deteksi dini stimulasi pertumbuhan dan perkembangan terdapat peningkatan sebesar 100% sedangkan pada penyuluhan pentingnya gizi balita  terdapat peningkatan sebesar 16,1%. Pemberdayaan masyarakat pada ibu dan anak dapat meningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam mengatasi permasalahan kesehatan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Kesimpulan: Pemberdayaan Masyarakat pada ibu dan anak dapat menjadi upaya strategis yang perlu terus dilanjutkan sehingga kampanye gerakan hidup sehat kepada masyarakat dapat terus berlanjut secara lebih masif dan sistemis   Background: Improving the health status of the community, especially mothers and children with indicators of decreasing maternal and child mortality, increasing health promotion and community empowerment. The problems raised as a program are that there are still many couples of childbearing age who have not used contraception, lack of knowledge about early detection of breast cancer, still toddlers with deviant growth and development and toddlers with poor nutrition. Objective: is to empower the community through mentoring for mothers and children. Method: By providing several counseling and examinations, namely counseling on various types of contraception, counseling on early detection of breast cancer, weighing toddlers, counseling on the importance of toddler nutrition, stimulation checks for early detection of growth and development of toddlers and weighing toddlers. Results: there was an increase of 11.9%, in awareness counseling there was an increase of 19%, in weighing activities for toddlers there was an increase of 14.3%, in the early detection examination of growth and development stimulation there was an increase of 100% while in counseling the importance of nutrition for toddlers, there was an increase of 16.1%. Community empowerment for mothers and children can increase the knowledge, attitudes and behavior of the community in overcoming maternal and child health problems so as to improve the health status of mothers and children. Conclusion: Community empowerment for mothers and children can be a strategic effort that needs to be continued so that the campaign for the healthy living movement to the community can continue more massively and systematically.  


2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 337-343
Author(s):  
Rizky Asta Pramestirini ◽  
Heny Ekawati ◽  
Suhariyati Suhariyati

Abstract                 Sleep is one of the basic human needs. Good quality sleep can increase the improvement of the disease. Sleep disturbances are common among hospitalized patients in CCU and ICU. The purpose of this literature review is to compare several research results on non-pharmacological therapies (eye masks, earplugs, music therapy, turning off lights, environmental modifications) in improving sleep quality to determine the best nursing action and safe for treating sleep disorders patients. Search articles using the PICO framework in the database; Google Scholar, Ebscho, Science direct, Elseiver, MedLine, CINAHL, PubMed, and ProQuest, limited to the last 10 years; 2011 to 2021, 10 International Journals were obtained. Improved sleep quality can be done in several ways; the use of eye masks, earplugs, music therapy, light and sound reduction, switching treatment schedules outside of bedtime, and combinations. The results of the review show schedules outside of bedtime, and combinations. The results of the review show that the most effective actions applied locally to improve sleep quality are reducing lighting and noise and diverting treatment schedules outside of bedtime because it is easy, safe, and does not cost money. If the intervention has not helped, eye masks, earplugs, and/or music can be offered according to the patient's choice, local culture, and facilities available at the hospital. Further research is needed on patients outside the ICU/CCU with a larger number of samples, different age and condition characteristics, longer treatment duration, and using objective sleep quality measurement tools such as polysomnography.


2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 308-313
Author(s):  
Eko Prabowo ◽  
Lediana Oktaviani

Introduction: Illness and hospitalization cause a crisis in children's lives. In the hospital, the child must face an unfamiliar environment. Often they have to undergo procedures that cause pain, loss of independence and various unknowns. Anxiety that occurs in hospitalized children can be caused by separation which is indicated by refusing to eat, crying and being uncooperative with health workers. Loss of control causes children to become irritable and aggressive, loss of self-concept and body image. Objective: The purpose of this study was to determine the anxiety of children in terms of the anxiety of parents in the RSU. Bhakti Husada Krikilan. Methods: This study uses a correlational design with the type of research used is descriptive analytic. The population in this study was the average of pediatric patients and their parents during the last 3 months in the Inpatient Room at the RSU. Bhakti Husada Krikilan as many as 60 people. Sampling technique using simple random. The tool for the data collection process is a questionnaire sheet, which is then analyzed by the Spearman Rank statistic test. The decision was taken by comparing the p value < 0.05. Results: Based on the results of the study showed that from 49 respondents showed that most of the respondents had parental anxiety in the moderate category as many as 33 people (67.3%). While most of the respondents had child anxiety in the severe category as many as 28 people (57.1%). Based on the results of the Spearman Rank test, it is known that there is a relationship between children's anxiety in terms of parental anxiety at the RSU. Bhakti Husada Krikilan Banyuwangi in 2020 because the p value < 0.05, which is 0.25. Conclusion: Parents with excessive anxiety tend to be more afraid of things that are uncertain. This keeps them from paying close attention to what is really going on and what is in front of them. So, this will make parenting not work as it should. This condition also triggers anxiety in children. For this reason, it is necessary to increase assistance to children to provide a sense of security and comfort so that children's anxiety will decrease


2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 226-230
Author(s):  
Ratnasari Iskandar ◽  
Febriani Eka Putri

Background: Personal Hygiene includes all activities required to meet the needs of day-to-day, which is commonly known activity of daily life (ADLs). The issue of personal hygiene or self-care deficit is the most common problem occured in mental patients, because patients with mental disorders have the abnormalities in the ability to perform or complete activities of daily living independently. Objective: To determine the relationship between family support and personal hygiene of mental patients in Wara Public Health Centre, Palopo in 2020. Method: This study used the cross-sectional research method. The population in this research was all mental patients registered on Wara Public Health Centre. The samples was recruited using a total sampling technique obtaining 43 respondents. Data were collected using questionnaire sheet and observation. The data obtained were processed and analyzed by using Microsoft Excel program and statistical program (SPSS) version 20 for the Chi-square test. Result: The univariate analysis showed the frequency distribution, while bivariate analysis showed a relationship between family support and personal hygiene (? = .003). Conclusion: There is a relationship between family support and the personal hygiene of mental patient in Wara Public Health Centre, Palopo City in 2020  


2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 256-265
Author(s):  
Naryati Naryati ◽  
Mahdalena Eni Nugrahandari
Keyword(s):  
P Value ◽  

Pendahuluan: Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan suatu proses penurunan fungsi ginjal yang progresif dengan kadar derajat tertentu, sehingga memerlukan terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplatasi ginjal. Tindakan hemodialisa dilakukan berulang-ulang dan dalam jangka waktu lama. Hal ini akan mengakibatkan beban kepatuhan diet pada pasien Gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialysis. Apabila kepatuhan diet tidak dilakukan dengan baik akan mengakibatkan kondisi pasien makin buruk. Salah satu cara agar kualitas hidup pasien membaik, perawat selalu melakukan edukasi pola diet yang baik dan sehat. Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Koja Jakarta Utara, tahun 2020. Metode: Dengan rancangan penelitian deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Ruang HD RSUD Koja Jakarta Utara (periode Bulan Desember 2020 s.d. Februari 2021). Variabel yang diteliti adalah pengetahuan, motivasi, dukungan terhadap kepatuhan diet pada pasien Gagal ginjal kronik yang menjalani Hemodialisa. Teknik sampel accidental sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data diambil dengan kuesioner. Hasil: Setelah diuji analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan alat bantu analisis statistik dengan jumlah sampel 96 orang, Ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronik di ruang Hemodialisa RSUD Koja Jakarta Utara. tahun 2020 dengan P-Value 0,043. Ada hubungan motivasi dengan kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal Kronik di ruang Hemodialisa RSUD Koja Jakarta Utara, tahun 2020 dengan P-Value 0,037. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien Gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa RSUD Koja Jakarta Utara tahun 2020 dengan P-Value 0,036. Kesimpulan: Hasil penelitian dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan pengembangan program Rumah Sakit khususnya dalam kepatuhan diet pada pasien yang menjalani tindakan Hemodialisa melalui peran perawat dalam memberikan informasi dan edukasi dengan tingkat pengetahuan penderita Gagal ginjal kronik yang menjalani Hemodialisis.


2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 127-133
Author(s):  
Sugiharto

Diabetes Meliitus merupakan penyakit kronik. Perawatan mandiri penderita DM bertujuan untuk mengelola penyakit terhadap dampak fisiologis, emosi dan hubungan interpersonal. Pada tahun 2014, American Association of Diabetes Educators (AADE) merumuskan ada tujuh pilar perawatan mandiri DM, antara lain: Pola makan yang sehat, Aktif secara fisik/aktif bergerak, minum obat, pemantauan, pemecahan masalah, mekanisme koping yang sehat, dan mengurangi resiko. Diabetes Mellitus is a chronic disease. Self-care for DM sufferers aims to manage the disease on its physiological, emotional and interpersonal relationships. In 2014, the American Association of Diabetes Educators (AADE) formulated seven pillars of DM self-care, including: a healthy diet, being physically active/actively moving, taking medication, monitoring, problem solving, healthy coping mechanisms, and reducing stress. risk.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document