Dexlansoprazole is Effective in Relieving Heartburn during the Fasting Month of Ramadan

2019 ◽  
Vol 37 (3) ◽  
pp. 188-193 ◽  
Author(s):  
Hussein H. Rimmani ◽  
Luma Basma O. Rustom ◽  
Mahmoud A. Rahal ◽  
Rani H. Shayto ◽  
Hani Chaar ◽  
...  

Background and Aims: Proton pump inhibitors are effective at reducing heartburn. No studies have evaluated their efficacy in Ramadan. Dexlansoprazole has a unique active formulation independent of time-of-day dosing or food. The aim is to investigate the efficacy of dexlansoprazole 60 mg during Ramadan in patients with symptomatic heartburn. Methods: Subjects recruited using poster, radio, and SMS advertisements completed a diary using a mobile-friendly application and received daily SMS reminders. Dexlansoprazole was started on day 8 for 3 weeks. No placebo arm was used in this trial. Primary endpoint was relief of heartburn expressed as mean 24-h free heartburn percentage (24FH%) per weekly period. Results: A total of 32 patients were enrolled. During week 1, only 1 person (3.1%) was heartburn-free and mean 24FH% was 41.1 ± 24.8%. On dexlansoprazole, mean 24FH% rose to 63.4 ± 23.8 and 81.6 ± 24.5% in weeks 2 and 4, respectively (p < 0.001 for both). Median 24FH% increased from 35.7% in week 1 to 71.4 and 85.7% in weeks 2 and 4, respectively. Mean Gastroesophageal Reflux Disease Questionnaire (GERDQ) scores decreased from 10.0 ± 3.2 in week 1 to 6.53 ± 2.2 in week 2 (p < 0.001) and 5.87 ± 2.1 in week 4 (p < 0.001). Mean heartburn severity score decreased from 2.5 ± 1.0 to 1.7 ± 0.8 (p = 0.001). Early response was higher in patients with GERDQ scores ≥8 (p = 0.012). Conclusion: Dexlansoprazole is effective in the treatment of heartburn during Ramadan. Clinicaltrials.gov number: NCT03079050.

2020 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 169-179
Author(s):  
Bunga Fauza Fitri Ajjah ◽  
Teuku Mamfaluti ◽  
Teuku Romi Imansyah Putra

Latar Belakang : Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan penyakit kronik yang terjadi pada masyarakat dewasa terutama mahasiswa. Faktor yang dapat menyebabkan GERD adalah pola makan termasuk jenis-jenis makanan tertentu yang dikonsumsi, frekuensi makan, dan ketidakteraturan makan. Mahasiswa kedokteran selalu berada di bawah tekanan akademik sehingga muncul ketidaknyamanan pencernaan yang memberi dampak bagi kualitas hidup dan aktivitas sehari-hari. Tujuan : Mengetahui hubungan pola makan dengan terjadinya Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling sebanyak 216 subjek yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh subjek menggunakan kuesioner pola makan yang sudah divalidasi dan dimodifikasi oleh peneliti dan menggunakan Gastroesophageal Reflux Disease Questionnaire (GERDQ) dalam bahasa Indonesia yang telah valid. Kuesioner pola makan dinilai dari segi keteraturan makan, frekuensi makan, jenis-jenis makanan, dan porsi makanan yang dikonsumsi. Hasil : Subjek yang memiliki pola makan buruk dan mengalami GERD sebanyak 34,2% sedangkan subjek yang memiliki pola makan baik dan tidak mengalami GERD sebanyak 86,5%. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil analisis data menunjukkan terdapat hubungan antara pola makan dengan terjadinya Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) (p = 0,004).Simpulan : Terdapat hubungan antara pola makan dengan terjadinya Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document