scholarly journals Enhancement of Biodegradation of Palm Oil Mill Effluents by local Isolated Fungi

2016 ◽  
Vol 15 (4) ◽  
pp. 23-34 ◽  
Author(s):  
F T Z Jabeen ◽  
J V Shreevathsa

This study was designed to investigate the fungi associated with palm oil mill effluent (POME) in Gulur village of Tumkur. Biodegradation of palm oil mill effluents was conducted to measure the discarded POME based on physicochemical quality. The fungi that were isolated are Aspergillusniger, A. flavus, A. fumigatus, A. ochraceus, Rhizopussp, Peniciliumsp and Trichodermavirde. The autoclaved and unautoclaved raw POME samples were incubated for 7 days and the activities of the fungi were observed each for 12 hours. The supernatants of the digested POME were investigated for the removal of chemical oxygen demand (COD), color (ADMI), and biochemical oxygen demand (BOD) at the end of each digestion cycle. The results showed that the unautoclaved raw POME sample degraded better than the inoculated POME sample and this suggests that the microorganisms that are indigenous in the POME are more effective than the introduced micro-organisms. This result, however, indicates the prospect of isolating indigenous microorganisms in the POME for effective biodegradation of POME. Moreover, the effective treatment of POME yields useful products such as reduction of BOD, COD, and color.

2014 ◽  
Vol 2014 ◽  
pp. 1-8 ◽  
Author(s):  
Mohammadreza Soleimaninanadegani ◽  
Soheila Manshad

This study was designed to investigate the microorganisms associated with palm oil mill effluent (POME) in Johor Bahru state, Malaysia. Biodegradation of palm oil mill effluents (POME) was conducted to measure the discarded POME based on physicochemical quality. The bacteria that were isolated are Micrococcus species, Bacillus species, Pseudomonas species, and Staphylococcus aureus, while the fungi that were isolated are Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus, Candida species, Fusarium species, Mucor species, and Penicillium species. The autoclaved and unautoclaved raw POME samples were incubated for 7 days and the activities of the microorganisms were observed each 12 hours. The supernatants of the digested POME were investigated for the removal of chemical oxygen demand (COD), color (ADMI), and biochemical oxygen demand (BOD) at the end of each digestion cycle. The results showed that the unautoclaved raw POME sample degraded better than the inoculated POME sample and this suggests that the microorganisms that are indigenous in the POME are more effective than the introduced microorganisms. This result, however, indicates the prospect of isolating indigenous microorganisms in the POME for effective biodegradation of POME. Moreover, the effective treatment of POME yields useful products such as reduction of BOD, COD, and color.


2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Dina Maryani ◽  
Lazuardi Umar

Palm Oil Mill Effluent (POME) merupakan limbah minyak kelapa sawit yang memiliki kadar Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biochemical Oxygen Demand (BOD) yang tinggi dan sehingga merusak ekosistem periairan serta menurunkan kadar oksigen terlarut (DO). Namun, POME memiliki nutrisi untuk sel alga dalam memproduksi oksigen. Berdasarkan hal tersebut diperlukan identifikasi POME yang jatuh kebadan air berdasarkan fotosintesis Chlorella sp. menggunakan biosensor. Biosensor telah banyak dikembangkan dalam aplikasi bidang lingkungan dengan melihat kadar oksigen terlarut sebagai kualitas perairan. Penelitian ini menggunakan biosensor dengan prinsip sensor amperometris  tipe Biochip-G. Sensor amperometris mengukur perubahan arus dari reaksi reduksi dan oksidasi dan menghasilkan potensial keluaran yang terukur. Potensial keluaran yang terukur merupakan kadar oksigen terlarut dari penambahan POME terhadap Chlorella sp. ketika proses fotosintesis terjadi. Identifikasi POME berdasarkan proses fotosintesis Chlorella sp. menggunakan cahaya artifisial LED Putih 380 nm-780 nm dengan tingkat variasi konsentrasi POME sebanyak 10%, 20%, dan 30%. Berdasarkan pengukuran kadar oksigen terlarut (DO) menghasilkan nilai DO sebesar 174.15%, 154.66%, dan 138.98% serta nilai sensitivitas sebesar 4mV/%POME.  


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 30
Author(s):  
Elvania Br. Pandia ◽  
Hernawati Hernawati ◽  
Theresia Jari ◽  
Abdul Kahar

Limbah cair kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) merupakan bahan yang dapat digunakan untuk memproduksi biogas menggunakan reaktor anaerobik. Dalam limbah cair kelapa sawit terdapat beberapa komponen penyusun yaitu Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan Volatile Fatty Acid (VFA). Perubahan terhadap kandungan dalam limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) dipengaruhi oleh laju alir yang terjadi dalam bioreaktor anaerobik. Pada penelitian ini dilakukan variasi laju alir yaitu Q1 ambient 0 L/hari, Q2 6 L/hari, Q3 24 L/hari untuk mengetahui laju alir optimal dalam pengolahan LCPKS pada bioreaktor anaerobik. Pengamatan dilakukan secara rutin dan resirkulasi sampel POME dilakukan selama ± 6 jam/hari. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh laju alir terhadap perubahan kadar COD, BOD, dan VFA yang terkandung dalam LCPKS dengan menggunakan bioreaktor anaerobik. Hasil dari penelitian ini adalah laju alir optimal dalam penurunan kadar COD, BOD, dan VFA dalam LCPKS yaitu sebesar 24 L/menit, dimana semakin besar laju alir yang diberikan maka kadar penurunan COD dan BOD yang terkandung dalam limbah cair kelapa sawit akan semakin besar, hal tersebut juga berlaku pada pembentukan VFA pada limbah cair, hal ini disebabkan karena penambahan variasi laju alir dapat mempengaruhi proses degradasi bahan-bahan organik dalam limbah cair kelapa sawit. Kata Kunci : POME, laju alir, bioreaktor anaerobik, biogas, LCPKS.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Yulius Sitama Lewar ◽  
Herawati Herawati ◽  
Abdul Kahar

Limbah cair industri kelapa sawit yang paling utama adalah palm oil mill effluent (POME). POME dapatmerusak ekosistem perairan dan mengkontaminasi rantai makanan jika dibuang langsung ke saluranpembuangan tanpa diolah terlebih dahulu. Dalam limbah cair kelapa sawit terdapat beberapa komponenpenyusun diantaranya adalah Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), danVolatile Fatty Acid (VFA) yang dapat digunakan untuk memproduksi biogas dalam suatu reaktor anaerobik.Perubahan terhadap kandungan yang terkandung dalam limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) tersebutakan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah temperatur. Pada penelitian ini Temperatur yangdigunakan adalah temperatur ambient yaitu mengikuti temperatur lingkungan, temperatur 35˚C dantemperatur 45˚C, peningkatan temperatur bertujuan untuk mempercepat laju perombakan, sehinggamenghasilkan gas lebih optimal dan proses perombakan yang lebih efisien. Tujuan penelitian ini untukmengetahui pengaruh Temperatur terhadap perubahan kadar COD, BOD, dan VFA yang terkandung dalamlimbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS). Adapun persentase removal BOD, COD yaitu sebesar 83,96 %,84,02% dan untuk VFA tertinggi terdapat pada temperatur 35˚C yaitu sebesar 9.912,45.Kata Kunci : POME, temperatur, bioreaktor anaerobik, biogas


2016 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 96 ◽  
Author(s):  
Yulian Mara Alkusma ◽  
Hermawan Hermawan ◽  
H Hadiyanto

ABSTRAKEnergi  memiliki  peranan penting dalam proses pembangunan yang pada akhirnya untuk mencapai tujuan sosial,  ekonomi  dan  lingkungan  untuk  serta  merupakan  pendukung bagi kegiatan  ekonomi  nasional. Sumber energi terbarukan yang berasal dari pemanfaatan biogas limbah cair kelapa sawit dapat menghasilkan energi listrik yang saat ini banyak bergantung pada generator diesel dengan biaya yang mahal.Limbah cair kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent atau POME) adalah limbah cair yang berminyak dan tidak beracun, berasal dari proses pengolahan minyak kelapa sawit, namun limbah cair tersebut dapat menyebabkan bencana lingkungan apabila tidak dimanfaatkan dan dibuang di kolam terbuka karena akan melepaskan sejumlah besar gas metana dan gas berbahaya lainnya ke udara yang menyebabkan terjadinya emisi gas rumah kaca. Tingginya kandungan Chemical Oxygen Demand (COD) sebesar 50.000-70.000 mg/l dalam limbah cair kelapa sawit memberikan potensi untuk dapat di konversi menjadi listrik dengan menangkap biogas (gas metana) yang dihasilkan melalui serangkaian tahapan proses pemurnian. Di Kabupaten Kotawaringin Timur terdapat 36 Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit yang total kapasitas pabriknya adalah sebesar 2.115 TBS/jam, menghasilkan limbah cair sebesar 1.269 ton limbah cari/jam dan mampu menghasilkan 42.300 m3 biogas.Kata kunci:  Renewable Energy, Plam Oil Mill Effluent, Chemical Oxygen Demand, Biogass, Methane. ABSTRACTEnergy has an important role in the development process and ultimately to achieve the objectives of social, economic and environment for as well as an environmental support for national economic activity. Renewable energy source derived from wastewater biogas utilization of oil palm can produce electrical energy which is currently heavily dependent on diesel generators at a cost that mahal.Limbah liquid palm oil (Palm Oil Mill Effluent, or POME) is the wastewater that is greasy and non-toxic, derived from the processing of palm oil, but the liquid waste could cause environmental disaster if not used and disposed of in open ponds because it will release large amounts of methane and other harmful gases into the air that cause greenhouse gas emissions. The high content of Chemical Oxygen Demand (COD) of 50000-70000 mg / l in the liquid waste palm oil provides the potential to be converted into electricity by capturing the biogas (methane gas) produced through a series of stages of the purification process. In East Kotawaringin there are 36 palm oil processing factory that total factory capacity is of 2,115 TBS / hour, producing 1,269 tons of liquid waste wastewater / h and is capable of producing 42,300 m3 of biogas.Keywords:  Renewable Energy, Plam Oil Mill Effluent, Chemical Oxygen Demand, Biogass, MethaneCara sitasi: Alkusma, Y.M., Hermawan, dan Hadiyanto. (2016). Pengembangan Potensi Energi Alternatif dengan Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit sebagai Sumber Energi Baru Terbarukan di Kabupaten Kotawaringin Timur. Jurnal Ilmu Lingkungan,14(2),96-102, doi:10.14710/jil.14.2.96-102


2020 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
Author(s):  
Prima Zuldian

Perkembangan energi terbarukan berbasis biomassa semakin dibutuhkan mengingat melimpahnya komoditas biomassa di Indonesia khususnya kelapa sawit serta makin menurunnya cadangan sumberdaya berbasis fosil. Komoditas sawit menjadi salah satu produk perkebunan utama nasional dan menjadi produksi terbesar didunia hingga saat ini yang dimanfaatkan sebagian besar untuk kebutuhan pangan serta sejumlah kecil energi (Biodiesel). Proses ekstraksi T andan Buah Segar (TBS) kelapa sawit tersebut menghasilkan Palm Oil Mill Effluent (POME) dengan Chemical Oxygen Demand(COD) yang tinggi (35.000 ppm). Melalui fermentasi POME dua tahap dalam prototipe sistem 3biohytane berkapasitas 1 m berpotensi menghasilkan listrik dari biohidrogen dan biometana sebesar 5,691 kWe. Ditinjau dari sisi keekonomian, dengan investasi (CAPEX) sebesar US$ 27.559 dan biaya operasional (OPEX) sebesar US$ 1 1.263/tahun akan diperoleh Biaya Pokok Produksi (BPP) sebesar US$ 0,323/kWh, Power Purchase Agreement (PP A) sebesar US$ 0,503/kWh dan tarif penjualan listrik US$ 0,508/kWh. Perbandingan BPP dengan jenis pembangkit lain menunjukkan bahwa BPP yang dihasilkan dari prototipe sistem biohythane cukup kompetitif untuk mensubsitusi pemakaian minyak solar pada PL TD yang saat ini memiliki nilai BPP lebih tinggi. Kata kunci : kelapa sawit, POME, biohythane


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document