<p>ABSTRAK<br />Lahan usahatani yang sempit merupakan faktor utama penyebab<br />kemiskinan di wilayah pedesaan. Reformasi agraria dengan redistribusi<br />lahan sering dianggap sebagai jalan efektif untuk mengatasi kemiskinan.<br />Pengalaman di beberapa negara ternyata tidak selalu demikian. Mengingat<br />bahwa wilayah usahatani mete merupakan wilayah yang memiliki tingkat<br />kemiskinan yang tinggi maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis<br />pola pengaruh penambahan lahan usahatani mete terhadap peningkatan<br />pandapatan petani di dua wilayah dengan kondisi agribisnis yang berbeda.<br />Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2002 di Propinsi Sulawesi<br />Tenggara sebagai salah satu sentra produksi mete yang dapat dijadikan<br />gambaran kondisi Indonesia. Kabupaten Buton mewakili kondisi agribisnis<br />yang belum berkembang dan Kendari mewakili yang berkembang (dua<br />kabupaten yang terbesar populasi rumah tangga mete). Pengambilan<br />contoh acak sederhana digunakan untuk menarik contoh responden dengan<br />satuan contoh usahatani mete, masing-masing 156 dan 136 untuk Buton<br />dan Kendari. Data dianalisis melalui regresi, dengan variabel independen<br />luas lahan usahatani (L) dan variabel dependen pendapatan usahatani (I),<br />diperoleh fungsi derivatifnya terhadap L untuk Buton ∂I B /∂L B =<br />131.925L B 2 – 502.858L B –510.069 (penambahan pendapatan positif mulai<br />4,6 ha); dan Kendari ∂I K /∂L K = -20.967L K 2 +21.0694L K –113.550 (penam-<br />bahan pendapatan positif mulai 0,6 ha dan cenderung menurun setelah 5<br />ha). Hasil ini menunjukkan bahwa efektifitas penambahan lahan usahatani<br />terhadap pendapatan petani ternyata berbeda pada wilayah yang kondisi<br />agribisnisnya berbeda. Pada wilayah yang belum berkembang (seperti<br />Buton), penambahan lahan kurang efektif dapat meningkatkan pendapatan<br />untuk melampaui garis kemiskinan, dan penambahan baru efektif lebih<br />besar dari 5 ha. Sedangkan pada wilayah yang sudah berkembang (seperti<br />Kendari) penambahan lahan sudah efektif dengan penambahan 1,5 ha.<br />Pengembangan agribisnis tersebut antara lain melalui pengembangan pola<br />tanam dan industri hilir (pengolahan sederhana) sangat efektif untuk<br />meningkatkan pendapatan petani yang memiliki lahan sempit, dan<br />efektifitas ini akan semakin meningkat bila ditunjang dengan peningkatan<br />akses pasar melalui perbaikan infrastruktur.<br />Kata kunci : Mete, Anacardium occidentale L, lahan usahatani, pendapatan<br />petani, kemiskinan, agribisnis</p><p><br />ABSTRACT<br />Effectiveness of farm land addition to additional income<br />Small farm is the main factor that causes poverty incidence in rural<br />area. Land reform through land redistribution is often taken for granted as<br />an effective way to alleviate poverty. However, experiences in some<br />countries do not always prove it. Since cashew farm areas generally<br />coincide with high poverty incidence, hence this research aimed to analyze<br />effectiveness of farm land addition to the additional income in two areas<br />with different condition of agribusiness. The District of Buton is as<br />representative of underdeveloped agribusiness and Kendari District<br />represents the developed one, both districts have the largest cashew<br />population in the Province of Southeast Sulawesi, as one of the main<br />cashew area in Indonesia. Data were collected in June-July 2002. The<br />simple random sampling was used to determine respondents and cashew<br />farm as unit of sample, and the sample size was 156 and 136 units<br />respectively for Buton and Kendari. Data were analyzed with regression<br />analysis, where cashew farm land size (L) was used as independent<br />variable and farmer’s income (I) as dependent variable. The derivative<br />function to L obtained is ∂I B /∂L B = 131.925L B 2 –502.858L B –510.069<br />(Buton) (additional income will be positive, larger than 4.6 ha); and<br />∂I K /∂L K = -20.967L K 2 +21.0694L K –113.550 (Kendari) (additional income<br />will be positive, larger than 0.6 ha). The result showed that the<br />effectiveness of land addition to increase farmer’s income was proved<br />different in different agribusiness conditions. In underdeveloped area (like<br />Buton), the land addition was less effective to increase income over the<br />poverty line and it would be effective if the addition was larger than 5 ha.<br />While in developed area (like Kendari), the addition of land was effective<br />by adding 1.5 ha. Developing agribusiness condition could be conducted<br />by developing cropping system and forwarding home industry<br />(processing). The development will be more effective if it is supported by<br />improving market access through improvement of infrastructure.<br />Key words : Cashew, Anacardium occidentale L, farm land, farmer’s<br />income, poverty, agribusiness</p>
EFEKTIFITAS PENAMBAHAN LAHAN USAHATANI METE DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI
