Revisiting the logistics approach in the inbound tourism industry

2021 ◽  
Vol 19 (8) ◽  
pp. 1593-1606
Author(s):  
Vladimir Yu. VOSKRESENSKII

Subject. This article deals with the issues related to international tourism and Russian inbound tourism. Objectives. The article aims to identify the possibilities of using logistics techniques for analyzing the tourism market. Methods. For the study, I used techniques used in logistics, namely, Pareto principle, break-even analysis, supplier rating assessment, and the economic order quantity model. The logistics techniques are adapted for the analysis of inbound tourism. Conclusions. Logistics techniques help assess the representativeness of tourist flows from different countries, focus on the more significant ones among them, and determine the attractiveness of provincial tourist centers and the optimal tourist flow to the resort. Adapting logistics techniques for the analysis of tourism markets can contribute to the optimization of Russian inbound tourism.

Baltic Region ◽  
2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 108-123
Author(s):  
Andrei G. Manakov ◽  
Irina N. Krasilnikova ◽  
Ivan A. Ivanov

Sweden’s tourism industry stands out for its large contribution to the development of the national economy. The vast size of the country makes it possible to trace differences in incoming tourist flows from neighbouring countries. This circumstance accounts for the novelty of this study, which lies in viewing national tourism geography from the perspective of the theory of transboundary tourism-and-recreation region building. Interregional differences in the structure of incoming tourist flows help identify the country’s cross-border tourism-and-recreation regions and delineate their borders. This research employs statistical and cartographic methods. The incoming tourist flow to Sweden grew steadily until 2020. However, the Covid-19 crisis has led to a drastic reduction in the number of incoming tourists. Based on the 2019 statistics, the findings confirm the existence of a developed transboundary tourism-and-recreation mesoregion that brings together Germany, Denmark, and Sweden. The formation boasts strong tourist links. There are another five cross-border tourism-and-recreation mesoregions: Sweden-Norway-Denmark, Middle Sweden-Norway, Sweden-Norway-Finland, Middle Sweden-Finland, and South Sweden-Finland. The number of tourists visiting cross-border mesoregions indicates the degree of development of the latter.


2021 ◽  
Vol 10 (4) ◽  
pp. 108
Author(s):  
Olena Moskvichova ◽  
Iryna Hryhoruk ◽  
Yuliia Marchenko ◽  
Yuliia Veretilnyk

The article highlights the geopolitical aspects of the international tourism development in Ukraine as a global phenomenon that carries out economic, social and international and political action. In today's world, tourism has become a powerful industry, a huge complex in which the economic and social spheres are connected. The importance of tourism in international economic activity is constantly growing, and the market itself is acquiring new trends and features, affecting trade, transport and communications, agriculture and construction. The processes of globalization in the tourism market are characterized by changes in technology, modernization of transport infrastructure, internationalization of business activity and the creation of a regulatory mechanism. The potential of world tourist flows as factors of geopolitical influence is revealed, the structure of which reflects and influences the tendencies of international interaction. The main geopolitical factors influencing the dynamics and spatial organization of international tourist flows are structured. The world market of tourist services has a clear segmentation character. The main criteria for segmentation are motivational, age and regional ones. The general tendencies of development of the international tourism, a role and a place of Ukraine in the international tourist market are characterized. It is predicted that China will become the most popular tourist country in the near future. It is determined that due to the growth of intercontinental ties, which is based on the rapid development of vehicles and, above all, jet aircraft, as well as the desire of a significant number of people to visit the most remote and exotic corners of the Earth, tourism exchange between regions will develop more intensively than within regions. However, there is a growing tendency to increase the exchange of tourists between neighboring countries under conditions of normal relations between them and between countries with related languages. The main world events that have affected tourist flows in recent years are listed: Brexit, COVID-19, military actions in Eastern Ukraine and others. The analysis of international tourist flows in Ukraine was done, in particular their dynamics and spatial structure during 2010-2019 in the context of military-political aggression by Russia and the aggravation of Ukrainian-Russian interstate relations. It is established that the current dynamics of the international tourist flow in Ukraine is characterized by a sharp decrease in international visitors, slowing down the development of tourism and reformatting the spatial structure of the incoming and outgoing tourist flow. It is also noted that among the main factors hindering the development of the Ukrainian tourism industry are the unsatisfactory state of development of infrastructure and logistics of tourism, high prices, environmental and criminal risks, low innovation activity of tourism enterprises. It is concluded that international tourism is not only a passive participant in international relations, but also an active political actor who is able to act as a channel for establishing international trust and cooperation, a factor in maintaining political stability.


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Chairul Amni

Perencanaan persediaan bahan baku merupakan salah satu peranan yang sangat penting dalam dunia industri untuk meningkatkan permintaan pasar. Sebuah perencanaan produksi akan berjalan dengan baik jika di dukung dengan adanya persediaan bahan baku yang memadai. Persediaan bahan baku juga memberikan kontribusi biaya yang cukup besar sehingga komponen biaya ini juga perlu untuk dikendalikan. Melihat pentingnya fungsi perencanaan produksi dan pengendalian persediaan bahan baku, maka perlu adanya usaha untuk mengelolanya secara efisien untuk mendapatkan hasil yang optimal. Perencanaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting dilakukan untuk mendukung proses produksi, sehingga tidak terjadi masalah seperti keterlambatan pengiriman barang kepada konsumen, dan pemborosan biaya bahan baku. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pengendalian bahan baku yang diterapkan serta untuk mengetahui jumlah ekonomis bahan baku pada setiap kali pemesanan yang di analisis dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity). Dari penelitian ini mendapatkan hasil yang menunjukkan bahwa penggunaan metode EOQ dalam pemesanan bahan baku jauh lebih optimal dan efisien dibanding metode yang selama ini diterapkan, terlihat dari selisih total biaya pemesanan bahan baku pada tepung mencapai 1,21% (404.950 rupiah) selisih pada bahan baku gula 0,02% (4.450 rupiah) dan selisih biaya pada pemesanan ragi dan garam sebesar 14,31% yaitu sebesar Rp. 82.500 untuk Ragi dan Rp. 8.250 untuk selisih pemesanan garam. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode EOQ mempuanyai hasil baik dalam melakukan pemesanan bahan baku sehingga bahan baku untuk produksi tidak mengalami penumpukan dan tidak mengalami kekosongan dalam gudang.


2017 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 710-724
Author(s):  
Dewi Rosa Indah ◽  
Elsayus Yulia Risasti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengendalian persediaan bahan baku pada PT. Tri Agro Palma Tamiang. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan metode Economic Order Quantity, stok pengaman dan titik pesan kembali. Berdsarkan hasil analisis Kuantitas pembelian yang optimum menurut kebijakan perusahaan adalah 248,78 Ton pertahun. Sedangkan berdasarkan metode Economic Order Quantity kuantitas pembelian yang optimum adalah 470,68 ton. Frekuensi pembelian yang optimum menurut kebijakan perusahaan adalah 312 kali, sedangkan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity yaitu 165 kali. Total biaya persediaan dengan menggunakan kebijakan perusahaan adalah Rp.5.425.172 setelah menggunakan metode Economic Order Quantity dapat mengefisiensikan besarnya biaya persediaan perusahaan yaitu Rp. 4.482.274. Sementara itu untuk persediaan pengaman dan titik pemesanan kembali menurut kebijakan perusahaan tidak ada, sedangkan menurut perhitungan metode Economic Order Quantity besarnya persediaan pengaman adalah sebanyak 1.106,74 Ton dan titik pemesanan ulang sebesar 1.355,52 Ton.


2019 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Rizki Ahmad Fauzi ◽  
Rudi Hartono

Mengendalikan persediaan dengan tepat bukanlah hal yang mudah. Jumlah persediaan yang terlalu besar akan mengakibatkan timbulnya dana yang dikeluarkan menjadi terlalu besar, selain itu resiko kerusakan bahan baku juga menjadi lebih besar. Namun bila persediaan terlalu sedikit akan mengakibatkan terjadinya kekurangan persediaan yang menghambat proses produksi. Metode pengendalian persediaan yang dibandingkan dalam penelitian ini yakni metode Economic Order Quantity (EOQ). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengendalian persediaan bahan baku benang ada PT. Indonesia Wacoal yang efektif dan efisien agar tercapai hasil produksi yang optimal menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Metode EOQ adalah metode perhitungan yang mengidentifikasi kuantitas pemesanan atau pembelian optimal dengan tujuan meminimalkan biaya persediaan yang terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Perhitungan data yang digunakan adalah data mulai tahun 2014 hingga Agustus 2016. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa total biaya persediaan bahan baku benang polina polina yang harus dikeluarkan perusahaan lebih besar bila dibandingkan dengan total biaya persediaan yang dihitung menurut metode EOQ. Terjadi penghematan pada tahun 2014 pada benang polina 110 (998) sebesar Rp 3.760.889 tahun 2015 sebesar Rp 2.565.837 dan tahun 2016 sebesar Rp 10.993.200. Pada tahun 2014 pada benang polina 110 (999) sebesar Rp 2.225.378 tahun 2015 sebesar Rp 1.857.287 dan tahun 2016 sebesar Rp 3.928.178. pada tahun 2014 pada benang polina 110 (997) sebesar Rp 3.959.323 tahun 2015 sebesar Rp 4.874.495 dan tahun 2016 sebesar Rp 6.117.023. Kata kunci: Bahan Baku, Economoic Order Quantity, Persediaan


Author(s):  
Ilan Aliasi Zahra

Ketersediaan obat menjadi hal utama pada suatu layanan kesehatan. Fluktuasi pemakaian obat-obatan yang terjadi setiap tahun menjadi kendala bagian gudang obat dalam perencanaan pengadaan di rumah sakit. Peramalan (forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam pembuatan perencanaan bagi setiap organisasi maupun instansi yang membutuhkan. Penting bagi rumah sakit membuat perencanaan persediaan obat untuk mengatasi permasalahan berkaitan dengan ketersediaan alat kesehatan maupun obat-obatan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meramalkan kebutuhan obat dengan menggunakan teknik-teknik forecasting dan perhitungan nilai Economic Order Quantity. Sebuah forecasting atau tekik peramalan diperlukan, untuk memprediksi kebutuhan obat-obatan pada masa mendatang. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu peramalan time series Arima untuk proses pengambilan prediksi dan perhitungan EOQ. Hasil penelitian ini berupa nilai peramalan kebutuhan obat untuk satu periode mendatang ditunjukan dengan nilai eror model peramalan yang paling kecil, yaitu ARIMA (1.0.0) dengan nilai eror sebesar 13%, serta hasil perhitungan Economic Order Quantity untuk kebutuhan obat pada periode mendatang.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document