scholarly journals Analisis Dramatistic Pentad Unsur Konsumerisme Dalam Film They Live 1988

J-IKA ◽  
2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 62-67
Author(s):  
Alan Satjakoesoemah ◽  
Sarah Vania Rizky ◽  
Elviera Joelanda Sharinta

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisa pentad dramatisme Kenneth Burke. Di penelitian ini, meneliti film They Live yang mengandung adegan-adegan yang menggambarkan bagaimana konsumerisme mempengaruhi kehidupan masyarakat dan terdapat relevansi tentang apa yang digambarkan di dalam film They Live pada tahun 1988 tersebut dengan realita era masa kini. Penelitian ini mengkritik konsumerisme, suatu pemahaman yang dimana individu atau kelompok secara sadar melakukan kegiatan konsumsi barang-barang hasil produksi yang berlebihan, kemudian menumbuhkan efek candu pada manusia terhadap suatu produk yang berakibat pada sulitnya menghilangkan sifat ketergantungan dan candu pada produk itu. Hal tersebut sama seperti yang dikemukakan oleh Jean Baudrillard sebagai kritik terhadap konsumerisme bahwa terdapat realita semu pada masyarakat posmodern. Namun tanpa disadari, nilai-nilai tersebut sudah menyebar luas dalam berbagai media massa, salah satunya film. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan kajian terhadap film They Live guna melihat bagaimana film tersebut menggambarkan unsur konsumerisme.

2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 89
Author(s):  
Rossi Amelia Christy ◽  
Taufan Teguh Akbari ◽  
Muhammad Fajar Satriya

Penelitian ini berfokus pada film Crazy Rich Asians (2018) sebagai representasi antitesis akan konsep orientalisme yang dikritik oleh Edward Said. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik analisis dramatistik pentad dari Kenneth Burke. Melalui penelitian ini disimpulkan bahwa bangsa Asia mampu merepresentasikan dirinya dalam perfilman Barat. Melalui film sebagai industri media yang efektif untuk menyebarkan pesan bahwa Singapura bukanlah bangsa yang terbelakang, biadab, eksotis, dan berbahaya serta adanya benturan kebudayaan antara Barat (occident) dan Asia (orient).


2017 ◽  
Vol 35 (2) ◽  
pp. 307
Author(s):  
Farida Rachmawati

<p>This paper aimed to discusses the activity of preaching (dakwah) as being part of the imaging world. The phenomenon is about dai as the advertisement representative from moslem fashion in media. The existence of media behind preaching makes it as a part of media industry. Therefore, consumerism appears as the excesses of capitalism intangible in a spectacle which no longer serves as a guide. This paper employs hyperreality theory of Jean Baudrillard to examine media constructions of reality beyond media. Media act as the bridge of communication in viewing the reality to bring the popular culture, consumerism, and consider it as significant image. We also compare the movement of preaching in media from uswah hasanah concept. However, the activity of preaching in the advancement of technology always faced with challenges, so its movement would be changing and should be adjusted without separated from the Islamic dakwah ethics. Therefore, dai as an actor in preaching does not be predominance by advertisement. Beside that, the important thing, that be supposed to give attention from dai and mad’u, is Islamic substantial not Islamic symbol.</p><p align="center"><strong>***</strong></p><p>Tulisan ini membahas tentang aktivitas dakwah yang menjadi bagian dari dunia pencitraan. Yakni tentang keberadaan dai sebagai agen atau bintang iklan sebuah busana muslim. Dengan adanya media yang berada di balik layar dakwah menjadikan dakwah bagian dari industri media. Sehingga tampak konsumerisme sebagai ekses kapitalisme yang berwujud pada tontonan yang tak lagi menjadi tuntunan. Teori hyperrealitas Jean Baudrillard digunakan untuk membaca konstruksi media terhadap realitas di luar media. Media mempunyai peran sebagai jembatan komunikasi dalam melihat realitas, sehingga mampu memunculkan budaya populer, sikap konsumerisme, dan menganggap penting citra. Di sini juga digunakan konsep uswah hasanah sebagai salah satu cara pandang terhadap fenomena dai media. Sebab bagaimanapun, aktivitas dakwah pada perkembangan teknologi sekarang ini selalu dihadapkan dengan berbagai perubahan, namun perubahan tersebut harus tetap disesuaikan dengan etika dakwah. Oleh karena itu, dai sebagai ujung tombak aktifitas dakwah jangan sampai didominasi oleh iklan. Selain itu juga diperlukan kesadaran baik dari dai ataupun mad’u agar tidak hanya mementingkan simbol Islam seperti formalisasi jilbab, tetapi juga memperhatikan substansi dari ajaran Islam. </p>


Temática ◽  
2017 ◽  
Vol 13 (10) ◽  
Author(s):  
Kamilla Avelar ◽  
Nair Prata
Keyword(s):  

Jean Baudrillard cunhou os conceitos de simulação e simulacro como substitutos da realidade. Para o autor, o que existe são representações que assumem por vezes o caráter da neo-realidade ou hiper-realidade. A construção da hiper-realidade é mediada pela máxima exploração do significante resultando em fragmentos da realidade. A partir da explanação dos conceitos, este artigo pretende apresentar o aplicativo Rádio Disney e analisar o game Divertida Mente, que integra o aplicativo da rádio. A pesquisa se desenvolve à luz das ideias cunhadas por Baudrillard e pela pesquisa exploratória. A partir desses elementos é possível concluir que o aplicativo é um suporte com capacidades de criar e recriar situações que representam a magia em um exercício autor-referencial.Palavras-chave: Simulacro. Simulações. Dispositivos móveis. Rádio Disney. Games.


2009 ◽  
Vol 90 (2) ◽  
pp. 247-249
Author(s):  
Alexander Shurbanov
Keyword(s):  

boundary 2 ◽  
2021 ◽  
Vol 48 (1) ◽  
pp. 3-15
Author(s):  
Jonathan Arac

With reference to the author’s experience with English and other languages, this essay reflects on the problem of American monolingualism and explores modes of learned critical attention to the work language does in society, examining writing by Kenneth Burke, Raymond Williams, Erich Auerbach, and Sheldon Pollock.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document