Model Penanganan Perilaku Maladaptif dengan Cognitive behavior Group Therapy pada Remaja Berisiko di Kelurahan Cimahi Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi

2018 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
Author(s):  
Hana Anggreni

Abstrak  Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana Cognitive behaviour group therapy dapat menurunkan perilaku maladaptif dari dua subjek penelitian yaitu SNS (Lk/14) dan MV (Lk/14). Kedua subjek penelitian merupakan remaja berisiko terhadap perilaku berisiko seperti terlibat geng, kenakalan remaja ataupun penggunaan obat terlarang. Adapun perilaku maladaptif yang dilakukan adalah perilaku merokok dan perilaku memberontak kepada orangtua yang ditandai dengan tidak mematuhi perintah ataupun berbicara kasar kepada orangtua. Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode single subject design dengan model A-B-A. Pada setiap fase dilakukan pengamatan melalui pedoman observasi terhadap frekuensi terjadinya target perilaku. serta dilakukan pengukuran melalui kuisioner untuk melihat aspek kognitif, perasaan dan perilaku.Teknik analisa data dilakukan dengan statistik deskriptif melalui analisa visual dalam kondisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CBGT dapat menurunkan perilaku maladaptif pada SNS dan MV. Bila baseline A1 dan A2 dibandingkan maka akan terlihat penurunan frekuensi perilaku.  Kata kunci : remaja berisiko, perilaku maladaptif, cognitive behavior group therapy

2019 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
Author(s):  
Hana Anggreni

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana Cognitive behaviour group therapy dapat menurunkan perilaku maladaptif dari dua subjek penelitian yaitu SNS (Lk/14) dan MV (Lk/14). Kedua subjek penelitian merupakan remaja berisiko terhadap perilaku berisiko seperti terlibat geng, kenakalan remaja ataupun penggunaan obat terlarang. Adapun perilaku maladaptif yang dilakukan adalah perilaku merokok dan perilaku memberontak kepada orangtua yang ditandai dengan tidak mematuhi perintah ataupun berbicara kasar kepada orangtua. Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode single subject design dengan model A-B-A. Pada setiap fase dilakukan pengamatan melalui pedoman observasi terhadap frekuensi terjadinya target perilaku. serta dilakukan pengukuran melalui kuisioner untuk melihat aspek kognitif, perasaan dan perilaku.Teknik analisa data dilakukan dengan statistik deskriptif melalui analisa visual dalam kondisi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa level perubahan pada masing-masing variabel yang diukur menunjukkan tanda (+) yang artinya intervensi menunjukkan perubahan yang positif yaitu menurun/ berkurangnya perilaku maladaptif. Kata kunci : remaja berisiko, perilaku maladaptif, cognitive behavior group therapy


2017 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Mutmainah .

Abstract This research aims to examine the implementation of cognitive behaviour therapy to self-confidence of people with disability at Wyata Guna Social Institution for People with Visual Impaired, the subject is 1 person, total visual impaired (IK), 20 years old, has low confidence according to the observation conducted in accordance with confidence characteristic by Peter Lauster (2002) related to stuttering, less participate in starting talk, aloof behaviour and supported by the score of Peter Lauster (2002) self-confidence test translated by Gulo that IK has low confidence characteristic. The method used action research with Single Subject Design ABA model which is aimed to monitor IK behaviour on baseline (A1), intervention and baseline (A2) phase.The result showed that the Cognitive Behavior Therapy intervention proved to enhance self-confidence of people with visual impaired. According to the observation there is a change in positive and significant that is proven from the hypothesis result to the bahavior where the deviation gained is greater than 2 standard deviant (2SD). Moreover it is also supported by the score of self-confidence test of Peter Lauster (2002) on the post-test that has increased with strong average category. Researcher also performed epsilon variable measurement to know the determination coefficient level with a score of 94% while the 6% is the epsilon variable outside factor of Cognitive Behavior Therapy such as influence from family especially parents and peer influence in the environment of subject that contributes to self-confidence of research subject (IK). The interview result showed that IK experienced positive benefit by following the intervention program. Key words: Cognitive Behavior Therapy, Self-Confidence Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji penerapan cognitive behavior therapy terhadap kepercayaan diri penyandang disabilitas netra di Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung. Subjek penelitian berjumlah satu orang, penyandang disabilitas netra total (IK), usia 20 tahun, memiliki kepercayaan diri rendah berdasarkan observasi yang dilakukan sesuai dengan karakterisitik kepercayaan diri menurut Peter Lauster (2002) yang berkaitan dengan perilaku gagap, perilaku kurang berinisiatif dalam memulai pembicaraan, perilaku menyendiri, dan didukung juga berdasarkan skor Tes Kepercayaan Diri Peter Lauster (2002) diterjemahkan oleh Gulo bahwa IK memiliki kategori kepercayaan diri rata-rata lemah. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan (action reseach), dengan desain penelitian Single Subject Design model ABA yang bertujuan memonitor perilaku IK pada fase baseline (A1), fase intervensi, dan fase baseline (A2).Hasil penelitian menunjukkan intervensi Cognitive Behavior Therapy terbukti dapat meningkatkan kepercayaan diri penyandang disabilitas netra. Berdasarkan observasi yang dilakukan mengalami perubahan yang positif dan signifikan, hal tersebut terbukti pada hasil uji hipotesis terhadap perilaku di mana nilai selisih yang diperoleh lebih besar dari 2 standard deviant (2SD). Selain itu didukung pula dengan hasil skor tes kepercayaan diri Peter Lauster (2002) pada post-test yang mengalami peningkatan dengan kategori rata-rata kuat. Peneliti juga melaksanakan pengukuran variabel epsilon untuk mengetahu tingkat koefisien determinasi dengan nilai 94%, sedangkan 6% lagi adalah nilai dari variabel epsilon yaitu faktor di luar penerapan Cognitive Behavior Therapy berupa pengaruh dari keluarga terutama orangtua dan pengaruh teman sebaya dari lingkungan subjek yang berkontribusi terhadap peningkatan kepercayaan diri subjek penelitian (IK). Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa IK merasakan manfaat positif dengan mengikuti program intervensi. Kata kunci: Cognitive Behavior Therapy, Kepercayaan Diri


2018 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
Author(s):  
Puspa Sari Muraidandini

Abstrak  PUSPA SARI M. Penerapan Cognitive Behaviour Therapy terhadap perilaku menarik diri klien “B” penyandang disabilitas tubuh Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Kota Bandung. Penyandang disabilitas tubuh merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial  yang memiliki kecenderungan memiliki perilaku menarik diri. Dengan banyak nya pola pikir yang terdistorsi yang menyebabkan perilaku mereka pun menjadi mal adaptif. Menarik diri yang nampak pada pada penelitian ini adalah perilaku menarik diri dengan aspek-aspek di dalamnya seperti : mengasingkan diri, membesar-besarkan kekurangan dirinya, mudah tersinggung dan apatis terhadap aktivitas kegiatan di masyarakat atau di sekolah.  Cognitive Behaviour Therapy adalah terapi yang  efektif  dapat menolong klien untuk dapat merubah kognitif yang terdistorsi dan mengakibatkan perilaku yang mal adapif. Penyandingan  terapi realitas dan positive reinforcement dalam menerapkan cognitive behavior therapy pada klien dengan masalah menarik diri dirasakan sangat membantu klien untuk menemukan permasalahan dirinya, apa yang sudah dilakukannya, rencana klien kedepannya, evaluasi dan komitmen klien terhadap masa depannya. Positive reinforcement merupakan pembentukan tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuatitatif dengan metode penelitian single subject design dengan model A-B-A. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara angket atau kuisioner, observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Adapun pengujian hipotesis dilakukan dengan cara perhitungan rumus dua standart deviasi (2SD). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan cognitive behavior therapy yang dikolaborasikan dengan terapi realitas dan positive reinforcement untuk menolong klien B dengan masalah menarik diri sangat efektif dilakukan dan dapat mengurangi perilaku menarik diri tersebut.  Kata Kunci : Menarik Diri, Penyandang Disabilitas Tubuh, Cognitive Behavior Therapy, Terapi Realitas.


2017 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Umi Salamah

Abstract Task-Centered Models include Cognitive-Behavior Therapy (CBT) and Task-Centered Therapy begins with light Cognitive Therapy  focuses on thoughts, next Behavioral Therapy focus on act and reward application. Behavioural therapy also as a preface into task-centered therapy as conditioning. Comorbid symptoms of anxiety, aggression, and depression are target of changes. Using methods of action research, with Single Subject Design with pattern model of A-B at one baseline period (control) and two intervention period (treatments phase). The purpose of this study is to proof main hypothesis H1 = Task-Centered Models can reduce symptoms of anxiety, aggression and depression of  respondent Y or H0 = Task-Centered Models can not reduce symptoms of anxiety, aggression and depression of respondent Y. Related with research setting, qualitative analysis of the research subjects should also be included. Hypothesis is tested by using the formula of 2 standard deviation (2 SD), visual analysis within and between conditions. Test result shows that the entire hypothesis is accepted  with  and fulfill criterias of visual analysis significant. Its concluded that intervention effectiveness define by motivation, participation and discipline,parent commitment is vital for therapy that demands action and consistency, maintaining cognitive of respondent are essential for reducing stressors of recurrence through recreational activity and positive emotion building.Key words: Psychiatric Social Worker, Psychiatric Disorder, Cognitive-Behavior Therapy, Task- Centered TherapyAbstrak Model Task-Centered meliputi Cognitive-Behaviour Therapy (CBT) dan Terapi Berpusat Tugas (Task-Centered), dimulai oleh Terapi Kognitif ringan yang fokus pada pikiran, kemudian Terapi Behavioral fokus pada kegiatan (tindakan) tujuan dan penentuan bentuk imbalan (rewards). Terapi Behavioural menjadi pengantar terapi berpusat-tugas yang bersifat conditioning. Gejala penyerta anxiety (kegelisahan), aggression (agresifitas), dan depression (depresi) merupakan target perubahan. Pilihan metode penelitian yaitu penelitian tindakan (action research) dengan Desain Subjek Tunggal (Single Subject Design) dengan pola A-B dalam satu periode baseline (kontrol) dan dua periode intervensi (treatment phase). Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan hipotesis utama; H1= task-centered model dapat menurunkan gejala anxiety, aggression dan depression responden Y atau H0= task-centered model tidak dapat menurunkan gejala anxiety, aggression dan depression responden Y. Berkaitan dengan setting penelitian, penjelasan kualitatif cukup penting untuk dilakukan. Secara kuantitatif, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus 2 standard deviation (2 SD) dan analisis visual dalam kondisi. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil bahwa hipotesis diterima ( ) dan memenuhi kriteria signifikansi dalam analisis visual. Kesimpulan penelitian adalah efektifitas intervensi ditentukan motivasi, peran serta dan tingkat kedisiplinan, komitmen orangtua penting dalam terapi yang menuntut aksi dan konsistensi responden, penekanan kognitif responden menurunkan stressor kekambuhan melalui kegiatan rekreatif dan positive emotion building.Kata kunci: Pekerja Sosial Medis Setting Kesehatan Mental, Gangguan Kejiwaan, Terapi Kognitif-Behavior, Terapi Berpusat Tugas


2019 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
Author(s):  
Winda Januarti

Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran secara empiris, sehingga mampu melakukan analisis tentang Asertive Training terhadap peningkatan motivasi belajar anak yang berperilaku maladaptif di Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen melalui rancangan subyek tunggal (single subject design) dan menggunakan model multiple baseline cross subjects untuk mengukur target perilaku. Subyek dalam penelitian ini adalah subyek satu yakni AM; subyek dua yakni JR; dan subyek tiga yakni NJ. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Asertive Training berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar anak berperilaku maladaptif. Tingkatan pengaruh pada masing-masing subyek bervariasi dengan subyek AM dengan skor tertinggi yakni aspek komitmen, subyek JR dengan skor tertinggi yakni aspek komitmen beajar dan inisiatif belajar, subyek NJ dengan skor tertinggi yakni aspek inisiatif dan optimis belajar. Secara keseluruhan JR merupakan subyek yang memiliki tingkat pengaruh tertinggi dari intervensi Asertive Traning terhadap motivasi belajar, diantara kedua subyek yang lain. Hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung subyek. Melalui intervensi Asertive Training, anak mampu mengelola emosi, perasaan dan tingkah laku yang berkaitan dengan pendidikan. Kata Kunci: Anak, Motivasi Belajar, Assertive Training, Perilaku Maladaptif


2018 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
Author(s):  
R. Dika Permatadiraja

Abstrak Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran secara empiris, sehingga mampu melakukan analisis tentang Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) terhadap peningkatan kelekatan anak dan ibu asuh di SOS Children’s Village Jakarta. Tahapan yang dilakukan melalui dua fase yakni Child-Directed Interaction (CDI) serta Parent-Directed Interaction (PDI).Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen melalui rancangan subjek tunggal (single subject design) dan menggunakan model multiple baseline cross subjects untuk mengukur target perilaku. Subjek dalam penelitian ini adalah keluarga satu yakni PH dan ibu SU; keluarga dua yakni NM dan ibu MA; dan keluarga tiga yakni NA dan ibu AR. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa PCIT berpengaruh terhadap peningkatan kelekatan anak dan ibu asuh. Tingkatan pengaruh pada masing-masing subjek bervariasi dengan subjek PH dan ibu SU memiliki pengaruh tertinggi pada aspek kehangatan, subjek NM dan ibu MA memiliki pengaruh tertinggi pada aspek kehangatan dan ketanggapan; serta NA dan ibu AR memiliki pengaruh tertinggi pada aspek rasa aman. Secara keseluruhan NM dan ibu MA merupakan subjek yang memiliki tingkat pengaruh tertinggi dari intervensi PCIT terhadap kelekatan, diantara kedua subjek yang lain. Hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung subjek. Hasil dari peningkatan kelekatan berdampak pada gaya pengasuhan yang penuh dengan kehangatan serta membentuk pola kelekatan ibu asuh terhadap anak yang selalu mendampingi, sensitif, responsif, penuh cinta dan kasih sayang.Kata kunci: anak, kelekatan, Parent-Child Interaction Therapy, pengasuhan keluarga pengganti


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document