Efektivitas Dry-Needling Terhadap Spatisitas, Range of Motion, dan Intensitas Nyeri Pasien Paska Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Spastisitas merupakan kelainan motorik ditandai peningkatan kecepatan refleks regang otot dengan meningkatkan sentakan tendon sebagai sindrom upper motor neuron (UMN). Prevalensi spastisitas 43% pada 6 bulan setelah serangan pertama stroke dan 38% pada 1 tahun setelah stroke. Spatisitas dapat menurunkan kualitas hidup. Oleh karena itu, diperlukan terapi yang dapat menurunkan spastisitas pada penderita paska stroke. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas dry needling terhadap spastisitas, ROM, status fungsional dan nyeri pasien paska stroke di RSUP dr. Moh. Hoesin Palembang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji klinik randomized control trial (RCT) Add On, double blind, menilai spastisitas dengan MMAS, ROM, UEFI dan NRS penderita. Hasil penelitian ini adalah efektivitas dry needling berupa immediate dan progressivity effect MMAS dan ROM elbow flexor, wrist flexor p<0,05, kecuali efek progresifitas MMAS wrist flexor minggu ke-5 dan 6 (p=0,102 dan 0,157) dan p>0,05 pada sustainable effect MMAS dan ROM. Progressivity effect UEFI dan NRS p<0,05 dan sustainable effect minggu 5-6 UEFI dan NRS p>0,05. Perbedaan signifikan dry needling dibandingkan sham needling pada tiap minggu. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dry needling terbukti efektif menurunkan spastisitas dibandingkan sham needling.