scholarly journals HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KELUARGA PASIEN STROKE DENGAN AFASIA

2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 15
Author(s):  
Fadhilah Rizka Utami

Pendahuluan : Stres akibat kesulitan berkomunikasi tidak hanya dialami pasien stroke yang mengalami afasia, tetapi keluarga yang melakukan perawatan juga merasakan stres. Stres ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang afasia dan dukungan sosial yang dimiliki keluarga. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang afasia dan dukungan sosial dengan tingkat stres pada keluarga pasien stroke yang mengalami afasia. Metode : Penelitian ini menggunakan desain cros sectional dengan 79 anggota keluarga pasien stroke yang mengalami afasia pada dua rumah sakit di Bukittinggi. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner tentang afasia, The Medical Outcome Study Social Support Survey dan Perceived Stress Scale. Hasil : Hasil penelitian dengan menggunakan uji Spearman Rank didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang afasia dengan stres keluarga (p=0,006). Kemudian tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan sosial dengan stres keluarga (p=0,883). Diskusi : Penelitian ini merekomendasikan pentingnya menilai stres pada keluarga pasien stroke dengan afasia dan meningkatkan pengetahuan keluarga tentang afasia sehingga stres dapat diatasi.

2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 551
Author(s):  
Maria Theresia Astrid Felicia Lim ◽  
Sandi Kartasasmita

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui variabel mana yang lebih kuat memprediksi stres yang disebabkan daily hassles pada mahasiswa; self-compassion atau perceived social support. Stres merupakan kondisi yang dihasilkan saat individu mempersepsikan bahwa terdapat diskrepansi antara tuntutan-tuntutan yang dialami dan sumber-sumber yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut. Daily hassles merupakan tuntutan atau masalah sehari-hari yang menjengkelkan, memicu frustrasi, dan menyebabkan stres. Self-compassion merupakan sikap memperlakukan diri sendiri dengan baik, pengertian, mendukung, dan penuh kasih sayang. Perceived social support merupakan persepsi individu bahwa dukungan sosial akan diterima saat diperlukan, dan membuat individu merasa orang lain cinta, sayang, peduli, dan menghargai individu tersebut. Partisipan penelitian merupakan 573 mahasiswa berusia 17 hingga 26 tahun. Alat-alat ukur yang digunakan terdiri dari Perceived Stress Scale-10, Self-Compassion Scale, dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Analisis data dilakukan dengan teknik analisa regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan beberapa hal. Pertama, variabel self-compassion lebih kuat memprediksi stres yang disebabkan daily hassles dibandingkan dengan variabel perceived social support. Kedua, dimensi self-compassion yang paling kuat memprediksi stres karena daily hassles adalah dimensi isolation. Ketiga, sumber perceived social support yang paling mampu memprediksi stres karena daily hassles adalah perceived social support yang didapatkan dari teman. 


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 216
Author(s):  
Kiky Dwi Hapsari Saraswati

Mahasiswa perlu diberi pembekalan agar lebih siap untuk memasuki dunia kerja. Strategi yang digunakan oleh universitas untuk mengatasinya adalah menyelenggarakan program internship. Tantangan yang harus dihadapi oleh mahasiswa adalah perbedaan situasi dan kondisi di lingkungan kampus dan instansi tempat ia melaksanakan program internship, sehingga perilaku yang ditampilkan pun harus berbeda. Perilaku di tempat kerja atau perilaku kerja (PK) adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang di lingkungan kerjanya (Ivancevich, 2014). Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku adalah emosi, yang dapat disebabkan oleh stress. Sebagai mahasiswa tahun akhir, mereka masih dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugas akhir. Tuntutan-tuntutan tersebut dikeluhkan sebagai faktor penyebab stress. Perceived Stress (PS) adalah perasaan atau pikiran yang dimiliki seseorang terhadap hal-hal dalam kehidupannya yang dapat membuatnya stress serta kemampuannya untuk mengatasi stress tersebut (Varghese, Norman, & Thavaraj, 2015). Kedekatan emosi dengan orang lain terbukti berkorelasi dengan well-being seseorang dan melindungi seseorang dari efek stress tingkat tinggi (Ammar, Nauffal, & Sbeity dalam King, Vidourek, Merianos, Singh, 2014). Dukungan emosi akan mengurangi hubungan yang membuat stress-depresi (Felsten, 1998, dalam King, Vidourek, Merianos, Singh, 2014). Dengan kata lain, Social Support (SS) akan membantu seseorang untuk mengatasi stress yang dirasakannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran PS dan SS terhadap PK pada mahasiswa internship. Metode penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan Work Behavior Assessment, Personal Resource Questionnaire, dan Perceived Stress Scale. Kuesioner disebarkan pada 52 mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengikuti program internship. Hasil yang didapatkan adalah PS dan SS berperan signifikan terhadap PK (F = 4,296, p < 0,05). Kata kunci: perilaku kerja, perceived stress, social support, mahasiswa, internship


2017 ◽  
Vol 12 (4) ◽  
pp. 245-249
Author(s):  
Liliana Veronica DIACONESCU ◽  
◽  
Ion DIACONESCU ◽  

Introduction. Both peripheral arterial disease (PAD) and varicose disease (VD), as chronic diseases, can generate high levels of emotional distress, with negative affects, which will influence treatment adherence and quality of life. The study’s aim was to analyze the relationship between anxiety, depression, perceived stress and social support in patients with PAD and with VD. Method. The study included a number of 54 patients (38 men and 16 women) diagnosed with PAD (39 patients) and with VD (15 patients).There were applied (before surgery) psychological tests: Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS), Perceived Stress Scale (PSS), The Duke-UNC Functional Social Support Questionnaire (FSSQ). Results. Women had higher levels of anxiety and depression than men (ns), higher scores on perceived stress scale (32,94 vs 29, t=-2,26; p<0,028), but lower scores on social support scale (25,50 vs 30,42, t=2,13; p<0,038). Patients with PAD had higher scores at anxiety (10,31 vs 8,33, t=2,58; p<0,012), depression (7,36 vs 5,40, t=2,05; p<0,045) and perceived stress (31 vs 28, ns) and lower scores at social support scale (27,62 vs 32,47, t=-2,05; p<0,045) than patients with VD. Both anxiety and depression positively correlated with perceived stress (0,639 respective 0,410; p=0,01) and negatively with social support (-0,574, respective -0,522; p=0,01). Age negative correlated with social support (-0,464; p=0,01). Conclusions. The indication for surgical treatment of vascular disease is a distress factor, leading to anxiety and depression. The increased anxiety at patients with PAD compared with those with VD can be explained by greater severity of this group of diseases, higher surgical risks, more frequent complications and a high risk of amputation. Low social support mainly observed in some elderly patients indicate, on the one hand the restriction of support network at this age and, on the other hand, its usefulness especially in the case of diseases that require surgery and postoperative recovery.


2008 ◽  
Author(s):  
Christopher D. Gjesfjeld ◽  
Catherine G. Greeno ◽  
Kevin H. Kim

2018 ◽  
Author(s):  
Rebecca Hunting Pompon ◽  
Dagmar Amtmann ◽  
Charles Bombardier ◽  
Diane Kendall

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document