Jurnal Riset Kesehatan Nasional
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

129
(FIVE YEARS 91)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali

2548-6144

2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 164-173
Author(s):  
I Gusti Ayu Rai Rahayuni ◽  
Ida Ayu Putri Wulandari

Background : Tour guides as individuals who experience the impact of the loss of their livelihoods need to study and analyze whether there are psychological or mental impacts that are experienced considering that they are very vulnerable to not being able to control individual coping to easily accept situations or conditions without negative impacts. This research will study and describe the extent of the impact of the Covid-19 pandemic on the mental of tour guides in Bali. Methods :  This descriptive research with cross-sectional approach. Data was collected  from the association of tour guides in Bali in February 2021 with a total sampling technique of 115 tour guides who meet inclusion criteria. Data were collected using the Indonesian version of the SRQ-29 questionnaire online and processed by descriptive univariate. Results : The results of the study describe the conditions during the Covid-19 pandemic that 68 respondents (33.17%) had undergone a Rapid test, 45 people (21.95%) had undergone a swab test, 12 people (5.85%) had been confirmed as Positive Covid- 19 and 113 people (55.12%) stated that their area of origin or place of residence was once a red zone. The results of mental condition analysis during the pandemic showed that 134 people (65.37%) indicated symptoms of neurosis, 118 people (57.56%) indicated the use of psychoactive substances, 141 people (68.78%) indicated psychotic symptoms and that is 152 people (74.15%) indicated the presence of PTSD symptoms. Conclusion : Support from all parties through policies, attention and intervention is needed to minimize mental disorders, especially PTSD symptoms for the guides so that it is time for the Bali Return Program to start again productively without any mental obstacles. 


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 150-158
Author(s):  
Ni Nyoman Ayu Ardiningsih ◽  
Made Pasek Kardiwinata

ABSTRAKLatar Belakang: Vaksinasi COVID-19 merupakan salah satu upaya untuk mengatasi pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini. Tingkat penerimaan vaksinasi yang rendah dapat menghambat tercapainya herd immunity. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi masyarakat terhadap penerimaan vaksinasi COVID-19 di Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem.Metode: Desain penelitian studi cross-sectional dengan populasi masyarakat Kecamatan Karangasem berusia 18-59 tahun. Besar sampel 184 orang didapat dengan teknik voluntary sampling. Data dikumpulkan secara online menggunakan google form. Analisis data menggunakan uji chi-square.Hasil: penerimaan vaksinasi sebesar 96,20% dan 3,80% menolak karena memiliki riwayat penyakit komorbid. Variabel yang berhubungan signifikan dengan penerimaan vaksinasi COVID-19 adalah jenis kelamin perempuan (OR=1,62; 95% CI 0,26-11,32), usia lebih dari 55 tahun (OR=3,42; 95% CI 0,44-26,59), pendidikan terakhir perguruan tinggi (OR=11,41; 95% CI 1,32-529,13), persepsi kerentanan terinfeksi COVID-19 yang tinggi (OR=7,79; 95% CI 1,20-83,41), persepsi keparahan terinfeksi COVID-19 yang tinggi (OR=4,37, 95% CI 0,67-46,07), persepsi manfaat vaksinasi COVID-19 yang tinggi (OR=7,79; 95% CI 1,20-83,41), dan persepsi hambatan melakukan vaksinasi yang rendah (OR=5,73; 95% CI 0,10-64,08).Kesimpulan: penelitian selanjutnya perlu untuk mengkaji terkait penyakit komorbid terhadap penerimaan vaksin COVID-19.Kata kunci: COVID-19, penerimaan vaksin, KarangasemABSTRACTBackground: The COVID-19 vaccination is one of the efforts to overcome the current COVID-19 pandemic. Low vaccination acceptance rates can hinder the achievement of herd immunity. The purpose of this study was to describe the public perception of receiving COVID-19 vaccination in the Sub-district of Karangasem, Karangasem Regency.Methods: The design of study used a cross-sectional study with the population of Karangasem Sub-district aged 18-59 years. The sample size of 184 people was obtained by voluntary sampling. Data collected online using google form. Chi-square test were used for data analysis.Results: vaccine acceptance rate was 96.20% and 3,80% refuse to get vaccine because they have comorbid. Variables that have a significant associate to the acceptance of COVID-19 vaccination are female gender (OR=1,62; 95% CI 0,26-11,32), age more than 55 years (OR=3,42; 95% CI 0,44-26,59), last college education (OR=11,41; 95% CI 1,32-529,13), high perceived of susceptibility to COVID-19 infection (OR=7,79; 95% CI 1,20-83,41), high perceived of severity if infected with COVID-19 (OR=4,37, 95% CI 0,67-46,07), high perceived benefits of COVID-19 vaccination (OR=7,79; 95% CI 1,20-83,41), and low perceived barriers to vaccination (OR=5,73; 95% CI 0,10-64,08).Conslusion: Further research need to study related comorbid to COVID-19 vaccine acceptance.Keyword: COVID-19, vaccine acceptance, Karangasem


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 159-163
Author(s):  
Putu Indrayoni ◽  
Ida Ayu Manik Damayanti

Latar Belakang : Diabetes mellitus merupakan sejumlah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia pada kondisi tanpa penanganan. Diabetes ditandai dengan tingginya kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL atau kadar gula darah 2 jam setelah makan ≥ 200 mg/dL selama OGTT (oral glucose tolerance test) atau kadar A1C ≥ 6,5% atau adanya krisis hiperglikemia dengan glukosa plasma acak ≥ 200 mg/dL. Bahan makanan dan modifikasi gaya hidup yang berkaitan dengan suplai antioksidan mampu menjadi profilaksis yang efektif melawan stress oksidatif pada diabetes dan komplikasinya. Salah satu sumber antioksidan alami adalah daun Averrhoa bilimbi L. yang telah digunakan secara tradisional sebagai antidiabetes. Daun A. bilimbi L. mengandung alkaloid, tannin, saponin, flavonoid, glikosida jantung, glikosida, triterpene, fenol dan karbohidrat. Efek hipoglikemia dari A. bilimbi L. diakibatkan oleh kandungan flavonoid dan saponin.Metode : Penelitian ini menggunakan tikus hiperglikemia yang diinduksi aloksan.  Perlakuan diberikan selama 21 hari dan menggunakan glibenclamid (0,66 mg/kg BB) sebagai control positif. Pewarnaan preparate sel beta menggunakan metode Gomori Aldehyde Fuschine dan Nuclear Fast Red. Pengamatan terhadap jumlah sel beta pancreas tikus dilakukan pada hari ke 7 dan ke 21 dengan menentukan jumlah rerata sel beta yang teramati pada 3 layang pandang. Analisis statistic dilakukan menggunakan program SPSS for windows 16,0 version.Hasil : Penurunan jumlah sel beta pancreas terjadi secara bermakna pada kelompok control dibandingkan dengan kelompok perlakuan (p<0,05) yaitu sebesar 32,19%.Kesimpulan : Aktivitas antioksidan A. bilimbi L. mampu mencegah penurunan jumlah sel beta pada tikus hiperglikemia.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 29
Author(s):  
Made Dian Shanti Kusuma ◽  
I KADEK NURYANTO ◽  
I PUTU GEDE SUTRISNA

Latar Belakang: Depresi pada remaja atau dewasa muda sangat jarang teridentifikasi, depresi tersebut dapat dipengaruhi oleh masalah depresi dari keluarga, stress, dan perubahan hormone. Apabila gejala perubahan psikologis yang dimiliki seseorang tidak teridentifikasi dan diatasi dengan baik, mereka bisa mengalami depresi. Dalam hal ini, skrining depresi perlu dilakukan dikalangan mahasiswa untuk mencegah terjadinya depresi.Metode: Design pada penelitian ini adalah descriptive dengan pendekatan cross-sectional, populasi dan sampel adalah mahasiswa program studi Sarjana Keperawatan ITEKES Bali. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Patient Health Questionnaire 9 (PHQ-9) yang digunakan untuk melakukan skrining depresi.Hasil: Tingkat gejala depresi pada mahasiswa program studi sarjana keperawatan bervariasi dimana hampir 50% memiliki gejala depresi ringan yaitu sebanyak 107 orang (45.5%), sedangkan terlihat 4 orang mahasiswa memiliki gejala depresi berat (1.7%). Sekitar 30% mahasiswa 69 (29.4%) tidak depresi. Dimana beberapa perilaku terkait gejala depresi yang dialami oleh responden adalah kurang tertarik atau bergairah dalam melakukan apapun, merasa murung, muram, atau putus asa, sulit tidur atau insomnia, kurang percaya diri, dan sulit berkonsentrasi pada sesuatu.Kesimpulan: Gejala depresi yang dialami mahasiswa bervariasi dilihat dari data karakteristik. Pada mahasiswa jika mekanisme koping nya kurang baik/maladaptive akan sangat renten memiliki gejala depresi. Oleh karena itu, perlu pengawasan khusus untuk mahasiswa apabila dilihat menunjukkan tanda dan gejal depresi, untuk mencegah terjadinya depresi


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 74
Author(s):  
Ni Nengah Purniti ◽  
Made Rismawan, S.Kep., M.N.S ◽  
I Ketut Adianta

ABSTRAKLatar belakang: Perawat anak harus mampu melakukan pendekatan khusus pada pasien. Kondisi ini akan menimbulkan stres kerja yang berdampak pada kinerja perawat anak.Metode: Penelitian korelasi dengan pendekatan crossectional ini dilaksanakan pada Agustus – September 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di Ruang Anak RSUD Bangli dengan jumlah sampel sebanyak 33 responden yang dipilih secara total sampling. Pengumpulan data menggunakan instrument berupa kuisioner stres kerja dan kinerja perawat dan dianalisa menggunakan uji Spearman Rank Test.Hasil: Uji statistic menunjukkan p < 0,05 yang berarti ada hubungan antara stres kerja dengan kinerja perawat di ruang anak RSUD Bangli (r=0,50). Stress kerja perawat terbesar pada kategori sedang yaitu 19 responden (57,5%) dan kinerja perawat terbesar pada kategoricukup yaitu 23 responden (69,7%).Kesimpulan: Ada hubungan signifikan positif sedang antara stres kerja dengan kinerja perawat di Ruang Anak RSUD Bangli. Perlu dilaksanakan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi faktor penyebab stres perawat di ruang anak sehingga dapat menjaga kinerja perawat khususnya di RSUD Bangli Bali.Kata kunci: Stres Kerja, Kinerja Perawat, Perawat Anak, RSUD Bangli ABSTRACTBackground: Pediatric nurses must be able to make a special approach to patients. This condition will lead to work stress that has an impact on the performance of child nurses.Methods: This correlation study with a cross-sectional approach was conducted in August - September 2020. The population in this study were nurses in the children's ward at Bangli Hospital with a total sample of 33 respondents who were selected by total sampling. Collecting data using  a job stress and nurse performance questionnaires and analyzed using the Spearman Rank Test.Results: The statistical test shows p <0.05, which means that there is a relationship between job stress and the performance of nurses in the children's ward at Bangli Hospital (r = -0.50). The biggest work stress of nurses and nurse’s performance were in the medium category, 19 respondents (57.5%) and 23 respondents (69.7%) respectively.Conclusion: There is a medium positive significant relationship between work stress and the performance of nurses in the Children's Room at Bangli Hospital. It is necessary to carry out further research to identify factors that cause stress for nurses in the children's room so that they can maintain the performance of nurses, especially at Bangli Bali Hospital. Keywords: Job Stress, Nurse Performance, Pediatric Nurses, Bangli Hospital


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 66
Author(s):  
Ni Putu Lydya ◽  
Ni Putu Aryati Suryaningsih ◽  
Ni made Umi Kartika Dewi

Latar Belakang: Nyeri merupakan keluhan terbanyak yang mendorong masyarakat untuk melakukan praktek swamedikasi. Analgesik efektif dan memiliki indeks terapi yang luas, namun dapat berpotensi untuk menimbulkan efek samping yang serius bahkan ketika digunakan dalam dosis yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran terkait rasionalitas penggunaan analgesik dalam swamedikasi nyeri di Kota Denpasar. Metode: Studi ini menggunakan desain cross-sectional dan melibatkan 196 responden yang dipilih dengan consecutive sampling. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner pada enam apotek di wilayah Kota Denpasar dan dianalisis secara deskriptif. Hasil: Penelitian ini menemukan bahwa 50,5% responden menggunakan analgesik secara tidak rasional dalam praktek swamedikasi nyeri. Mayoritas responden yang menggunakan analgesik dalam swamedikasi nyeri adalah perempuan, usia 17-25 tahun, tingkat pendidikan tinggi, bekerja dan memiliki tingkat pendapatan yang rendah. Kesimpulan: Setengah dari total responden menggunakan analgesik secara tidak rasional dalam praktek swamedikasi nyeri. Tingginya ketidakrasionalan penggunaan analgesik dapat menyebabkan peningkatkan biaya pengobatan dan dapat menimbulkan kondisi yang berbahaya. Kata kunci: Penggunaan analgesik, rasionalitas, swamedikasi AbstractBackground: Pain is the most complaints of illness that encourage communities to use analgesics in self-medication practice. Analgesics are effective and have a broad therapeutic index, but may have potentially serious side effects even when they used in the right dosage. This study aimed to determine the rationality of analgesic use in pain self-medication in Denpasar City. Method: A cross-sectional design was used, and involved 196 respondents selected through consecutive sampling. Data were collected from questionnaire distribution in six pharmacies in Denpasar City and analyzed by using descriptive statistics. Result: This study found that 50,5% respondents used analgesics irrationally in pain self-medication practice. The majority of respondents who used analgesics in pain self-medication were females, aged 17-25 years old, high education level, employed, and had low income. Conclusion: Half of the total respondents used analgesics irrationally in pain self-medication practice. High of irrational analgesic use can increase medical costs and lead to dangerous conditions. Keywords:  Analgesic use, pain, rationality, self-medication


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Nita Sri Wahyuni ◽  
Ni Luh Putu Dina Susanti

Latar Belakang : tidur merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia terutama di usia produktif, sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta produktivitas dalam bekerja dan konsentrasi dalam belajar.Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penggunaan internet dengan gangguan pola tidur pada siswa SMK Binta PersadaMetode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang melibatkan 84 orang orang siswa SMK Bintang Persada. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner kemudian data dianalisis secara deskriptif dengan bantuan Program SPSS for Windows 17,0 version.Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan internet memiliki hubungan yang bermakna terhadap gangguan pola tidur dengan nilai p<0.001Kesimpulan : penggunaan internet memiliki hubungan yang significant terhadap gangguan pola tidurKata Kunci : internet, pola tidur


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 47
Author(s):  
Ni Putu Aryati Suryaningsih ◽  
Gde Palguna Reganata

Latar Belakang: Pelayanan Farmasi merupakan salah satu kegiatan di pelayanan kesehatan yang  menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Perubahan paradigma kefarmasian dari terfokus pada obat (drug oriented)  menjadi fokus kepada pasien (patient oriented). Patient Oriented menuntut pelayanan kefarmasian yang komprehensif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan  mengutamakan keselamatan pasien. Dalam meningkatkan keamanan pengobatan pasien, konsep manajemen pelayanan farmasi saat ini bergerak ke arah manajemen obat yang aman (medication safety). WHO mengeluarkan suatu pedoman berupa alat ukur mengenai medication safety 5momen yang mencakup 5 pertanyaan yang digunakan oleh pasien dalam perawatan mereka sendiri guna mencapai pengobatan yang aman. Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia yang digunakan secara tidak tepat dan tidak rasional. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran penggunaan antibiotika yang aman, berdasarkan 5 Momen for Medication Safety. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian potong lintang deskriptif. Hasil: Secara keseluruhan diperoleh 60% yang menjawab benar , yaitu 72,4% yang mengetahui kapan memulai pengobatan antibiotika, 68,8% yang mengetahui mengkonsumsi antibiotika, 42,6% yang mengetahui menambah antibiotika,  47,2% yang mengetahui mereview pengobatannya, dan 68,8% mengetahui dengan benar menghentikan obat antibiotika. Kesimpulan: 60 % masyarakat yang benar mengetahui pengobatan yang aman penggunaan antibiotika dan 40% yang tidak mengetahuinya.kata kunci: Medication safety, Antibiotika, patient safety.ABSTRACT Pharmacy services are one of the activities in health services that support quality health services. Change paradigms in Pharmacy form drug oriented to patient oriented. Patient oriented. Patient oriented demands comprehensive pharmaceutical services aimed at improving the quality of life of patients and prioritizing patient safety. In improving the safety of patient medication, the current pharmaceutical service management concept is moving towards safe drug management. WHO released a new tool for measuring the medication safety, 5 momen which includes 5 questions used to patient can be  describe in their own care to achieve medication safety. Antibiotics are the most commonly used in the world that are used inappropriately and irrationally. The aim of study was to describe the safe  use of antibiotics based on  5 Momen for medication safety. Methods : This research is a research with a quantitative approach with a descriptive cross-sectional study design. Result of the study Overall, it was found that 60 % who answer correctly, 72,4 % who’s can know when to start antibiotics treatment, 68,8 % can know taking antibiotics, 42,6% can know when must adding the  antibiotics, 47,2% can know review the medication, and  68,8% can know when must stop the antibiotics. Conclusion : 60 % people who are really use the medication safety  and 40 % do not know it.Keyword : Medication safety, Antibiotic, patient safety


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 35
Author(s):  
I Gusti Ayu Rai Rahayuni ◽  
Ida Ayu Putri Wulandari

Background : The Covid-19 Pandemic situation is an extraordinary event in the world community. In addition to physical impacts due to viruses, the psychological, mental and social impacts was  priority issues  that also involve an adolescents as productive, active and dynamic subjects. Very drastic changes in all settings of life during the lockdown period bring adolescents to the transition situation, a difficulty with social distancing around  more than 3 months which can trigger burden, stress, depression and other mental effects. The purpose of this study was to describe the Impact of Covid-19 Pandemic on Adolescent Mental Health in Bangli District – Bali. Methods :  This descriptive research with cross-sectional approach. Data was collected  at SMA 1 Bangli on July 2020 with a total sampling technique of 302 adolescents who met with inclusion criteria. Data were collected using the Indonesian version of the SRQ-29 questionnaire online and were processed in a descriptive univariate. Results : The results of the study illustrate the conditions during the Covid-19 pandemic that 10 respondents (3%) had undergone Rapid tests, 6 people (2%) had undergone swab tests, 1 person (2%) had confirmed positive Covid-19 and 113 people (37) , 4%) stated that their home area  was once a red zone. Results Analysis of mental conditions during the pandemic that 93 people (30.8%) indicated the presence of neurosis symptoms, 21 people (6.9%) indicated the use of psychoactive substances, 128 people (42.4%) indicated the presence of psychotic symptoms and that is 284 people (94%) indicated PTSD symptoms. Conclusion : Support from all parties through policy, attention and intervention is needed to minimize mental disorders, especially PTSD symptoms in adolescents so that adolescents can back be productive . 


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 59
Author(s):  
Ni Wayan Suliyanti ◽  
I Ketut Alit Adianta ◽  
I Gusti Ngurah Made Kusuma Negara, S.Kep., M.N.S

Latar Belakang. Pasien skizofrenia yang tidak patuh pada pengobatan akan memiliki risiko kekambuhan lebih tinggi dibandingkan dengan pasien patuh pada pengobatan. Ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan diantaranya lamanya pengobatan dan dukungan keluarga yang buruk keluarga terdekat merawat dan mengantarkan pasien kontrol ulang.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan kunjungan kontrol rawat jalan pada pasien skizofrenia.Metode. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi, dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah convinience sampling. Jumlah sampel pada penelitian sebanyak 51 responden. Alat pengumpulan data adalah kuesioner dukungan keluarga dan kepatuhan kunjungan kontrol.Hasil. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji Spearman Rho didapatkan nilai p=0,000 dan nilai Correlation coefficient sebesar 0,606, yang artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan kunjungan kontrol rawat jalan pada pasien skizofrenia.Kesimpulan. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan kunjungan kontrol rawat jalan pada pasien skizofrenia, dikategorikan kuat dengan arah korelasi positif, yaitu semakin baik dukungan keluarga, maka semakin patuh kunjungan kontrol rawat jalan pasien skizofrenia. Kata Kunci: skizofrenia, Kepatuhan, Dukungan ABSTRACTBackground. Schizophrenic patients who were not compliant with treatment had a higher risk of recurrence than patients who were compliant with treatment. Patient noncompliance with treatment included the length of treatment and poor family support from family for caring and taking the patient back to control. The purpose of this study was to determine the satisfaction level of the correlation between family support and outpatient control visits compliance on patients with schizophrenia at Mental Polyclinic in Sanjiwani Gianyar Hospital.Method. This study employed a correlation analytic study design, with a cross-sectional approach. To conduct this study, 51 respondents were recruited as the sample through the convenience sampling technique. The data were collected using family support and visit control compliance questionnaires.Results. Findings indicated that the results of the analysis using the Spearman Rho test, it was found that the value of p = 0.000 and the correlation coefficient value was 0.606, which means that there was a significant correlation between family support and outpatient control visits compliance on patients with schizophrenia.Conclusion. The correlation between family support and outpatient control visits compliance on patients with schizophrenia is categorized as strong with a positive correlation, therefore the better family support, the more compliant the outpatient control visits on patients with schizophrenia are.Keywords: Schizophrenia, Compliance, Support


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document