scholarly journals Nurse Support on Health Cadre Empowerment and the Influence on the Ability of Women’s Mentoring Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome

2021 ◽  
Vol 9 (G) ◽  
pp. 112-117
Author(s):  
Ernawati Ernawati ◽  
Nursalam Nursalam ◽  
Shimarti Rukmini Devy ◽  
Edy Soesanto ◽  
Sri Rejeki

BACKGROUND: In the context of community empowerment, the role of nurses as health workers is very important to transform the knowledge and skills of cadres. However, the support of nurses in empowering human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS) health cadres has not been widely explained. AIM: This study examines the effect of nurse support and empowerment on the ability of HIV/AIDS cadres to assist mothers with HIV/AIDS. METHODS: This study used a cross-sectional approach. We involved 119 HIV/AIDS cadres including local residents who care about AIDS (WPA, n = 90), facilitators of families of hope (PKH, n = 17), and peer support groups (KDS, n = 12). Data collection was carried out from February to April 2020, the sample was selected using multistage cluster sampling in Kudus Regency, Central Java, Indonesia. Multiple linear regression analysis was conducted to determine the support of nurses, empowerment of HIV/AIDS cadres, and its effect on the ability of cadres in assisting women with HIV/AIDS. RESULTS: We found that nurses’ support for the empowerment of HIV/AIDS cadres was low in almost all aspects (instrumental, informational, emotional, and affiliation). Nurse support and cadre empowerment affect the ability of HIV/AIDS cadres by 28%. Regression test formula Y = −97.080 + 0.738X1 + 1.944X2. CONCLUSION: The results showed that the four types of nurse social support may be interrelated and are generally still low in the process of empowering HIV/AIDS cadres. There is an effect of nurse support and empowerment of HIV/AIDS cadres on the ability of cadres to assist women with HIV/AIDS.

2020 ◽  
Author(s):  
VISIA LUH GITA

Human immunodeficiency virus (HIV) dan Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan salah satu sorotan dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs). Ibu hamil dengan HIV akan berisiko menularkan kepada bayinya. Tes HIV merupakan gerbang pembuka status HIV yang sangat penting dilakukan pada ibu hamil. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kenapa ibu hamil banyak yang tidak melakukan test HIV/AIDS pada masa kehamilannya , ini tentunya merupakan tantangan terberat bagi pemerintah khususnya petugas kesehatan, untuk itu perlu adanya kerjasama yang baik anatara pemerintah, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs).


2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Fahruddin Kurdi

Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan kelompok yang sangat beresiko tertular dan menularkan HIV/AIDS. Tujuan penelitian adalah mengeksplorasi hambatan pencegahan penularan HIV/AIDS oleh PSK di Lokalisasi Klubuk Jombang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subjek penelitian ini adalah Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi Klubuk Kabupaten Jombang pada tahun 2016, dengan kriteria telah bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial selama minimal 1 (satu) tahun di Lokalisasi. Jumlah partisipan yang diambil adalah 5 (lima) PSK yang berumur 19-38 tahun pada saat pengambilan data dari 130 (seratus tiga puluh) orang Pekerja Seks di lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pekerja Seks Komersial mengakui bahwa mereka paham bahwa pemakaian kondom dapat mencegah penularan, tetapi ketika beraktivitas seksual kondom tidak selalu mereka gunakan. Kekerasan fisik dan psikologis kadang mereka dapatkan. Bargaining power mereka masih lemah dalam negosiasi pemakaian kondom dengan pelanggannya. Dukungan dalam upaya pencegahan HIV/AIDS mereka dapat dari kelompok sebaya dan petugas. Perlu kerjasama lintas sektoral dan dinas terkait untuk memberikan intervensi pada komunitas Pekerja Seks Komersial ini sehingga peningkatan kasus HIV/AIDS di Jombang dapat ditekan.


2021 ◽  
Vol 2 (9) ◽  
pp. 1475-1487
Author(s):  
Anton Charliyan

Implementasi Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan Human Immunodeficiency Virus – Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV & AIDS) Di Kota Tasikmalaya masih memiliki permasalahan dimana Kota Tasikmalaya adalah salsatu yang memiliki kasus infeksi HIV & AIDS tinggi di provinsi Jawa Barat. Untuk mengatasi masalah tingginya jumlah kasus penyakit HIV & AIDS yang terjadi di Kota Tasikmalaya, pemerintah Kota Tasikmalaya menetapkan sebuah peraturan dalam upaya melakukan pencegahan dan penanggulangan HIV & AIDS, yakni Perda Kota Tasikmalaya No. 2 Tahun 2008 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Human Immunodeficiency Virus-Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV & AIDS). Namun ternyata dari hasil observasi awal yang dilakukan penulis Perda tersebut belum sepenuhnya dapat diimplementasikan dengan baik, dapat dilihat dari (1) Kurangnya sosialisasi peraturan daerah tersebut kepada masyarakat, (2) Minimnya sumber daya manusia di KPA Kota Tasikmalaya, dimana belum seluruh anggota KPA mengetahui secara detail  pelaksanaan Perda tersebut. (3) Belum seluruh kegiatan pencegahan dan penanggulangan HIV & AIDS dilakukan. Serta (4) belum terdapatnya sarana prasarana yang memadai dalam rangka pencegahan dan penanggulangan  HIV & AIDS.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah implementasi  kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan Human Immunodeficiency Virus-Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV & AIDS) di Kota Tasikmalaya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik Purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan berupa observasi, wawancara dan dokumentasi.teknik analisis data dengan, reduksi data, display data, seta penarikan kesimpulan, teknik keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Perda belum tersosialisasi dengan baik karena masing-masing pihak merasa mempunyai tugasnya sendiri, Dinas Kesehatan maupun KPA belum merata dalam mensosialisasikan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV & AIDS dan belum mampu melaksanakannya. (2) Sumber daya manusia serta anggaran yang ada masih jauh dari cukup untuk mengimplementasikan Perda ini. (3) Struktur birokrasi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV & AIDS di kota Tasikmalaya sudah cukup baik, hanya tinggal memaksimalkan kinerja masing-masing aktor dan kesadaran akan tanggung jawabnya tersebut. (4) Sikap para pelaksana atau implementor kebijakan ini masih terhambat oleh kesadaran dan aturan akan tugas dan fungsi masing-masing pihak dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV & AIDS di Kota Tasikmalaya ini. Hal ini disebakan belum adanya Peraturan yang spesifik menggambarkan tugas masing-masing aktor. Kesimpulannya implementasinya belum efektf.


2018 ◽  
Author(s):  
Heti Susiyanti Pasaribu

Perilaku seksual beresiko merupakan suatu aktivitas seksual berkaitan dengan hubungan seks yang dilakukan individu dengan pasangan seksnya sehingga rentan tertular penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang melanda dunia. Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan tubuh pada manusia. Sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV, atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya. Penyakit HIV/AIDS telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan masyarakat dunia karena disamping belum ditemukan obat dan vaksin untuk pencegahan, penyakit ini memiliki window periode dan fase asimtomatik (tanpa gejala) yang relatif panjang dalam perjalanan penyakitnya. Berdasarkan angka kejadian kasus HIV/AIDS terdapat peningkatan diseluruh dunia, termasuk indonesia. Salah satu hal yang dianggap menjadi sumber penyebaran HIV/AIDS adalah perilau seks beresiko. Pemberian penyuluhan sebagai upaya penyebarluasan informasi mengenai HIV/AIDS guna peningkatan pengetahuan masyarakat diharapkan dapat menimbulkan sikap positif masyarakat terhadap HIV. Adapun penyampaian informasi dapat dilakukan dengan berbagai metode misalnya pendidikan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dapat berupa pamflet atau spanduk di tempat beresiko tinggi.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 139
Author(s):  
Ni Kadek Putri Silvia Maha Dewi ◽  
Made Pasek Kardiwinata

ABSTRAK Persepsi adalah proses individu melakukan pengamatan melalui penginderaan terhadap objek tertentu yang kemudian diseleksi, diatur, serta diinterpretasikan untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti. Persepsi yang negatif dapat berpengaruh terhadap sikap dan penerimaan seseorang yang dapat memunculkan stigma dan diskriminasi. Tujuan penelitian ini mengetahui persepsi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan design penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional pada 102 responden yang dipilih secara non-probability sampling yaitu accidental sampling. Hasil univariat penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswa FK Unud berada pada tingkat persepsi negatif yaitu sebesar 52,94%. Kemudian, variabel yang lebih besar proporsinya memiliki persepsi baik yaitu variabel jenis kelamin laki-laki, program studi kesehatan masyarakat, semester delapan, mahasiswa yang pernah berinteraksi dengan ODHA, mahasiswa yang pernah mengikuti organisasi terkait ODHA, dan mahasiswa yang memiliki status interaksi baik.  Didapatkan juga bahwa tingkatan semester dan intensitas interaksi memiliki hubungan yang signifikat dengan persepsi mahasiswa terhadap ODHA. Oleh karena itu, disarankan bahwa pihak Fakultas Kedokteran maupun Program Studi menyediakan program peningkatan pengetahuan mahasiswa FK tentang HIV/AIDS dengan cara mengintegrasikan ke acara-acara mahasiswa untuk dapat meningkatkan persepsi mahasiswa terhadap pasien khususnya ODHA. Kata Kunci: Persepsi, ODHA, Mahasiswa Fakultas Kedokteran.


2020 ◽  
Author(s):  
VISIA LUH GITA

Human immunodeficiency virus (HIV) dan Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan salah satu sorotan dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs). Ibu hamil dengan HIV akan berisiko menularkan kepada bayinya. Tes HIV merupakan gerbang pembuka status HIV yang sangat penting dilakukan pada ibu hamil. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kenapa ibu hamil banyak yang tidak melakukan test HIV/AIDS pada masa kehamilannya , ini tentunya merupakan tantangan terberat bagi pemerintah khususnya petugas kesehatan, untuk itu perlu adanya kerjasama yang baik anatara pemerintah, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs).


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 40-48
Author(s):  
Edison Siringoringo ◽  
Amirullah ◽  
Nurlinda

One of the viruses that is currently a concern of the world community, because it is considered very dangerous for the survival of a nation is the Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV is a virus that paralyzes the immune system so that it causes Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). AIDS stands for Acquired Immune Deficiency Syndrome is a disease characterized by damage to the body's defense system, so that sufferers are easily attacked by a variety of severe infections and unusual cancers. AIDS is caused by the Human Immunodeficiency Virus (HIV). The research design used in this study was observational analytic that is examining the relationship between variables. With a cross-sectional study approach. The population of all students of Madrasah aliyah guppi gunung Jati. The sampling method in this study uses the Nonprobability Sampling method with the sampling technique was purposive sampling with a total of 48 samples based on the sampling formula from Isaac and Michael. Knowledge about HIV / AIDS from 48 respondents can be seen that the most on good knowledge are as many as 47 (97.9%) respondents. Readiness to prevent the occurrence of HIV / AIDS is the most ready to prevent as many as 45 (93.8%) respondents. There is no relationship of knowledge with readiness to prevent the occurrence of HIV / AIDS from the proposed hypothesis known p of 1,000, when compared with an α value of 0, 05 (1,000> 0.05).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document