Environmentally Sound Technology Transfer and Capacity Building in Africa: Strengthening Incentive Systems

Author(s):  
Calestous Juma ◽  
Edith Mneney
2021 ◽  
Vol 13 (13) ◽  
pp. 7005
Author(s):  
Yu Ning

Draft commercial exploitation regulations have been on the agenda of the ISA since several 15-year exploration contracts expired a few years ago. Given the ineffective implementation in practice and the ignored chapter in several mining regulations on the transfer of mining technology, the future Enterprise and developing countries may take a more positive approach to the transfer of mining technology by striking a delicate balance between the provisions on the protection of intellectual property and those on capacity building under the framework of UNCLOS and the 1994 Agreement, through reciprocal and mutual beneficial means such as direct technology purchasing and investment cooperation. The International Seabed Authority, as the competent inter-governmental organization, has the duty to foster favorable conditions for such transfer.


2019 ◽  
Vol 18 (3) ◽  
Author(s):  
I N. Rai ◽  
I P. Sudana ◽  
W. Wiraatmaja ◽  
Made Sukewijaya

Desa Sibetan yang terletak di Kecamatan Bebandem Karangasem, telah terkenal sebagai sentra penghasil salak di Bali. Tanaman salak sudah diusahakan secara turun-temurun oleh hampir semua penduduk dan sudah tentu telah menjadi bagian penting bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Disamping terkenal dengan ikon salaknya, Desa Sibetan juga memiliki panorama alam yang indah, udara sejuk dan segar, aksesibilitasnya mudah dicapai, dan memiliki berbagai jenis keanekaragaman hayati salak sehingga sangat potensial dikembangkan sebagai obyek agrowisata berbasis salak. Kegiatan pengabdian dengan skim Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengkoleksi plasma nutfah salak yang ada di Desa Sibetan, kemudian dikonservasi menjadi Kebun Botani plasma nutfah untuk mendukung Desa Sibetan sebagai obyek agrowisata berbasis salak.  Kegiatan dilakukan dari April 2017-September 2018, menggunakan pendekatan masyarakat sasaran diajak berkerja bersama-sama (working with community) dan bekerja sambil belajar (learning by doing) melalui penerapan metode Entrepreneurship Capacity Building (ECB) dan Technology Transfer (TT). Jenis kegiatan yang dilakukan yaitu identifikasi dan koleksi keragaman kultivar plasma nutfah salak, pelatihan dan transfer teknologi pembuatan bibit, penanaman hasil koleksi menjadi kebun botani plasma nutfah (arboretum), dan pemeliharaan arboretum dengan menerapkan Good Agricultural Practices/GAP. Dari kegiatan telah berhasil diidentifikasi dan dikoleksi 12 jenis plasma nutfah salak yang ada Desa Sibetan, yaitu Salak Bingin, Gondok, Getih/Merah, Gula Pasir, Injin, Kelapa, Nangka, Nenas, Pade, Penyalin, Turis/Mangku, dan Sudamala. Bibit salak hasil koleksi dikonservasi dalam satu areal khusus menjadi kebun botani plasma nutfah atau arboretum, kemudian dipelihara dengan menerapkan cara budidaya yang baik dan benar bersama peserta.   Kata kunci: agrowisata, arboretum, PPDM, salak, Sibetan.


2018 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 57
Author(s):  
I.N. Rai

Pesatnya perkembangan pariwisata di Bali belum sinergis dengan sektor pertanian, bahkan berkembang polemik bahwa kamajuan pariwisata justru menyebabkan semakin terdesaknya sektor pertanian. Untuk menghindari semakin tidak seimbangnya perkembangan pariwisata dan pertanian, dikembangkanlah model pembangunan pertanian terintegrasi dengan pariwisata. Desa Sibetan yang terkenal sebagai sentra produksi salak, memiliki panorama alam yang indah, udara sejuk, dan lokaisnya dekat dengan berbagai destinasi wisata yang telah berkembang sehingga sangat potensial dikembangkan sebagai obyek agrowisata berbasis salak. Kegiatan pengabdian ini bertujuan menata kebun dan menyiapkan kuliner khas berbahan baku salak untuk mendukung pengembangan Desa Sibetan sebagai Desa Sentra Agrowisata berbasis salak. Kegiatan dilakukan selam 6 bulan dari Mei-Oktober 2017. Pelaksanaan menggunakan pendekatan masyarakat sasaran diajak berkerja bersama-sama (working with community) dan bekerja sambil belajar (learning by doing) melalui penerapan metode Entrepreneurship Capacity Building (ECB) dan Technology Transfer (TT), yaitu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia/SDM anggota kelompok tani dan kelompok wanita tani melalui penyuluhan, pelatihan, pendampingan, transfer teknologi dalam menata kebun salak menjadi obyek agrowisata serta mengolah buah dan rebung salak menjadi kuliner. Melalui pengabdian ini telah berhasil ditata satu lokasi kebun milik kelompok tani sehingga di Desa Sibetan terdapat kebun salak yang tertata dengan baik dan siap dikunjungi wisatawan sebagai obyek agrowisata. Kelompok wanita tani mampu mengolah kulit buah salak menjadi teh salak, biji salak menjadi kopi salak, buah salak yang tidak laku terjual menjadi kurma salak, madu salak dan pia salak, serta rebung salak (pangkasan anakan salak) menjadi kare salak dan tumis salak.


2020 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
Author(s):  
N.M.S. Sukmawati ◽  
N.W. Suniti ◽  
I.N. Sujana

Desa Antapan adalah sebuah desa yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani sayuran. Lokasi desa yang berdekatan dengan objek wisata Bedugul dan memiliki panorama yang indah membuat desa ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi agrowisata. Tujuan dari pengembangan agrowisata ini adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat karena selama ini harga sayuran tidak menentu dan tergantung pada pengepul. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan agrowisata di Desa Antapan adalah kurangnya pengetahuan mayarakat dalam menyiapkan agrowisata seperti paket wisata, pemandu wisatawan, dan pemasaran. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Partisipatory Rural Appraisal (PRA), Entrepreneurship Capacity Building (ECB), Technology Transfer (TT) dan pendampingan. Dari program pengabdian masyarakat ini sudah terbentuk agrowisata yang bernama “Mayungan Agrowisata” karena lokasinya di Dusun Mayungan, Desa Antapan. Agrowisata ini dikelola oleh kelompok wisata yang berfungsi sebagai tenaga dan pemandu yang berjumlah 20 orang dari masyarakat setempat. Untuk mendukung kegiatan agrowisata ini telah dilaksanakan pelatihan pokdarwis dan pengolahan produk pertanian setempat. Paket wisata yang dibuat adalah ekowisata, masak, out born dan tracking menuju air terjun. Selain paket wisata juga disediakan oleh-oleh khas Desa Antapan. Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa program ini berjalan lancar dan sangat bermanfaat bagi masyarakat setempat.   Kata kunci : Agrowisata, sayuran sehat, Antapan


Author(s):  
Khakimova F.Kh. ◽  
◽  
Sinyaev K.A. ◽  
Nagimov D.R.

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document