The Fair Trade-Free Trade Debate: Trade, Labor, and the Environment

Global Trade ◽  
2017 ◽  
pp. 311-330
Author(s):  
Robert Howse ◽  
Michael J. Trebilcock
Keyword(s):  
2001 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 24
Author(s):  
Kelli Ketover

The gap between the world's poorest nations and the world's wealthiest nations continues to grow despite the promises made by the proponents of globalization. Increasingly, however, “new internationalists" argue that free trade policy should be reconstituted as fair trade policy. Current policies have only served to strengthen the influence multinational corporations have over the policy debate. The tradeoff has often been at the expense of qualities not easily measured in economic terms such as human rights, depletion of natural resources, and inequitable distribution of wealth. Future trade policy will have to contend with competing forces issuing from those fearing loss of national sovereignty on the right and others concerned with social and environmental well being on the left.


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 48-67
Author(s):  
Imbang Listiyadi

Prinsip-prinsip dasar kepentingan didalam merangkai hubungan perdagangan bilateral antara dua negara yaitu Indonesia dan Amerika Serikat adalah lebih ditujukan kepada landasan kerja sama perdagangan yang saling menguntungkan. Tawaran serta permintaan yang dapat diintegrasikan bersama secara spesifik dan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi masing-masing.Free Trade Agreement (FTA) Indonesia-Amerika Serikat diharapkan dapat menciptakan susasana kesepakatan yang disebut sebagai kebebasan dalam perdagangan atau Free Trade, keadilan didalam perdagangan atau Fair Trade. Landasan Filosofi “Free Trade” dan “Fair Trade” perlu dicarikan formulasi/rumusan jbersama terlebih dahulu guna mencari jawaban bahwa perdagangan bilateral yang dituangkan di dalam agreement nantinya tidak menjadi hambatan baru bahkan sengketa perdagangan didalam kerangka perdagangan bebas, sehingga perlu adanya pembicaraan bersama atau kajian bersama (Joint Study).FTA Indonesia Amerika Serikat akan memberikan fungsi penting sebagai alat penjamin manakala secara tiba-tiba terjadi perubahan kebijakan perdagangan kedua belah pihak FTA Indonesia Amerika Serikat juga berfungsi sebagai kepastian “Market Access” masing masing sebagai mitra dagang, serta bagi dunia usaha yang akan membangun komitmen untuk berbagai investasi baru.FTA Indonesia AS diharapkan akan memperkecil ketimpangan yang selama ini dirasakan oleh pihak Indonesia sebagai negara berkembang. Anggapan adanya ketimpangan antara negara maju dan negara berkembang yang secara tradisi ditandai dengan tingkat ekonomi maupun teknologi yang berbeda menyolok. Tingkat ketergantungan (dependence) Indonesia terhadap AS akan sangat mempengaruhi posisi tawar.Perdebatan di forum Kongress Amerika Serikat yang menganggendakan Free Trade Agreement seri9ng dikaitkan dengan permasalahan lain seperti: lingkungan hidup, pelanggaran hak asasi manusia, pelanggaran hak cipta, patent, ppolitik dan lain-lain dan sering bersifat sepihak atau unilateral. Tak urung masalah ini akan menjadi beban berat bagi negara-negara mitra dagang yang sebenarnya tidak terkait langsung dengan masalah bisnis. Di wilayah yang lebih bersifat teknis banyak hal yang sulit dpenuhi oleh negara-negara berkembang untuk mengimbangi perilaku negara-negara maju. Amerika Serikat telah banyak menguasai masalah-masalah Ïntellectual Property Right” yang mana hal paradox tergambar atau mewakili ketertinggalan negara-negara berkembang/miskin.


Con-texto ◽  
2015 ◽  
pp. 77
Author(s):  
Kevin J. Fandl

<p>This article brings to the attention of those public servants involved in the design and negotiation of free trade agreements between the United States and developing countries, such as Colombia, the potential benefits and drawbacks of negotiating in a bilateral forum. Rather than critiquing the free trade agreement for its particular provisions, this article examines the U.S. policy of negotiating bilaterally with developing countries as opposed to multilaterally in the world trade system and what effects such an approach might have on the economic development of the latter. Using an incremental policy analysis, the article critiques the bilateral approach in terms of economic development and fair trade negotiations using the recent Colombia-U.S. trade agreement as a case study. The article concludes that a bilateral approach that is disconnected from a broader multilateral context may be detrimental to developing countries and recommends increased oversight of such agreements by the World Trade Organization to ensure a higher degree of fairness.</p>


2010 ◽  
Vol 15 (3) ◽  
pp. 457-470 ◽  
Author(s):  
Gavin Fridell
Keyword(s):  

2008 ◽  
Vol 86 (1) ◽  
pp. 16
Author(s):  
JEAN-FRANÇOIS TREMBLAY
Keyword(s):  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document