Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

119
(FIVE YEARS 40)

H-INDEX

2
(FIVE YEARS 1)

Published By Trade Analysis And Development Agency

2528-2751, 1979-9187

2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 277-296
Author(s):  
Karmex Siadari ◽  
M. Syamsul Maarif ◽  
Bustanul Arifin ◽  
Zulkifli Rangkuti Rangkuti

Abstrak Pembiayaan komoditas pertanian sistem resi gudang belum berlangsung sesuai harapan di Indonesia. Hal tersebut menurut beberapa studi karena masih banyak permasalahan penghambat. Studi ini mengidentifikasi kendala pembiayaan komoditas pertanian sistem resi gudang di Indonesia. Penelitian dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap responden tertentu yang memiliki pengetahuan atau pengalaman pada pembiayaan komoditas pertanian berbasis sistem resi gudang yang diimplentasikan terhadap komoditas pertanian seperti kopi, lada, beras dan jagung. Data yang dikumpulkan diidentifikasi, dikelompokkan dan diklasifikasikan secara terstruktur di dalam pola berfikir strategis dan dianalisa secara analisa deskriptif. Penelitian ini berhasil menemukan faktor penghambat pembiayaan komoditas pertanian sistem resi gudang di Indonesia antara lain: ketidaksesuaian nilai manfaat yang dibangun dengan karakteristik petani di Indonesia khususnya petani kecil; keterbatasan sumber layanan, ketidakcocokan skema dan fitur pembiayaan, harga pembiayaan dan skala ekonomi petani, suplai informasi yang memengaruhi kesadaran pada pembiayaannya. Permasalahan tersebut harus dapat diminimalisasi sehingga meningkatkan aksesibilitas dan kelangsungan pembiayaan sistem SRG pada petani di Indonesia. Kata kunci: Pembiayaan Komoditas Pertanian, Kendala, Sistem Resi Gudang   Abstract Agricultural commodity financing in the warehouse receipt system has not performed as expected in Indonesia. According to several studies, it is due to many obstacles hindering the system to grow. This study identifies the constraints on agricultural commodities financing on the warehouse receipt system. The research was conducted through in-depth interviews with certain respondents who have knowledge or experience in agricultural commodities financing based on a warehouse receipt system implemented on agricultural commodities such as coffee, pepper, rice, and maize. The collected data are identified, grouped, and classified in a structured manner in the pattern of strategic thinking and analyzed by descriptive analysis. The study succeeded to identify the barriers that hindering agricultural commodities financing in warehouse receipt system to grow in Indonesia: the incompatibility of the value built with the characteristics of agriculture business, especially for small farmers; limited financing sources, incompatibility of financing schemes and features, financing prices and farmer economies of scale and supply of information that affects awareness of financing. These problems must be minimized to encourage the accessibility and continuity of financing on WRS for farmers in Indonesia. Keywords: Agricultural Commodity Financing, Contraints, Warehouse Receipt System JEL Classification: D46, F6, F61, F65, Q14


2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 157-180
Author(s):  
Najia Helmiah ◽  
Nasrudin

Abstrak Beberapa tahun terakhir, pemenuhan permintaan daging sapi di Indonesia masih bergantung pada impor khususnya dari Australia. Impor daging sapi dapat menstabilkan harga daging sapi domestik, tetapi di lain sisi dapat menekan pendapatan peternak lokal. Implementasi dari  IA-CEPA adalah penghapusan tarif impor dan TRQ (Tariff Rate Quota) untuk komoditas sapi hidup. Penghapusan tarif menyebabkan harga sapi yang masuk ke Indonesia menjadi lebih murah dan memperbesar peluang peningkatan volume impor sapi hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis skenario terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku ekonomi dengan menggunakan model persamaan simultan 2SLS (two stage least square). Simulasi dilakukan untuk tiga skenario yaitu skenario penghapusan tarif, penetapan kuota, dan TRQ. Hasilnya menunjukkan bahwa skenario penghapusan tarif memberikan total peningkatan kesejahteraan pelaku ekonomi terbesar yaitu 115 miliar dengan rincian defisit 736 miliar bagi produsen, surplus 936 miliar bagi konsumen, dan defisit 85 miliar untuk penerimaan pemerintah. Oleh karena itu, skenario yang direkomendasikan adalah skenario penghapusan tarif pada impor sapi dari Australia. Kata Kunci: 2SLS, IA-CEPA, Pasar Daging Sapi   Abstract Recently, demand fulfillment of beef in Indonesia depended on imports, especially from Australia. import can stabilize the domestic price of beef, but the other hand can suppress the income of local farmers. Implementation of IA-CEPA policies is the elimination of import tariff and TRQ (tariff rate quota) for live cattle commodities. Elimination of import tariff causes the price of cattle to enter Indonesia to be cheaper and increases the opportunity to increase the import volume of live cattle. The study aims to investigate the best scenario that can improve the welfare of economic actors using simultaneous equation model 2SLS (two-stage least squares). Three scenarios that simulated are eliminating tariff, setting quota, and TRQ. The result shows that eliminating tariffs gives the largest total welfare increase of economic actors that is 115 billion, with a 736 billion deficit for producers, 936 billion surplus for consumers, and 85 billion deficit for government revenue. Therefore, the policy recommendation is the scenario of eliminating tariffs on cattle imports from Australia. Keywords: 2SLS, IA-CEPA, Beef Market  JEL Classification: C53, F12, F13


2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 181-208
Author(s):  
Rahma Meiliza Putri ◽  
Amzul Rifin ◽  
Erwidodo

Abstrak Perdagangan intra-industri memainkan peranan penting dalam literatur ekonomi internasional saat ini. Pada tahun 2019, total ekspor Indonesia ke negara-negara anggota RCEP sebesar 61,65% dari total ekspor Indonesia, dan 44% dari total ekspor ke RCEP disumbang oleh sektor pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat interdependensi Indonesia dengan 14 mitra dagangnya dalam RCEP. Data yang digunakan adalah data sekunder time series arus perdagangan komoditi pertanian Indonesia dengan negara-negara RCEP di tahun 2010-2019 yang diperoleh dari Trademap. Metode analisis data yang digunakan adalah intra-industry trade index. Hasil kajian pola perdagangan Indonesia dan RCEP yang diidentifikasi melalui keterkaitan perdagangan (IIT) menunjukkan komoditas yang memiliki nilai rata-rata IIT tertinggi adalah olahan tepung-tepungan (HS 19). Hal ini menunjukkan jika keterkaitan perdagangan Indonesia RCEP untuk produk tepung-tepungan (HS 19) bersifat dua arah (two-way trade). Sedangkan untuk negara, Malaysia adalah negara yang memiliki keterkaitan perdagangan terkuat dengan Indonesia. Nilai rata-rata IIT Indonesia-RCEP sebesar 19,74 menggambarkan keterkaitan banyak produk pertanian Indonesia dan RCEP yang masih rendah dan tergolong inter-industry trade. Rendahnya nilai IIT ini bisa saja disebabkan masih besarnya perdagangan satu arah di RCEP, dimana Indonesia masih dominan melakukan impor. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk lebih meningkatkan ekspor komoditas potensial dengan memberi insentif kepada industri pengolahan produk pertanian melalui keringanan pajak dalam jangka waktu tertentu. Kata kunci: Intra-industry Trade, RCEP, Sektor Pertanian   Abstract Intra-industrial trade plays an important role in today's international economic literature. In 2019, Indonesia's total exports to RCEP member countries amounted to 61.65% of Indonesia's total exports, and 44% of total exports to RCEP were contributed by the agricultural sector. This study aims to examine the level of interdependence between Indonesia and its 14 trading partners in RCEP. The data used is secondary data from the time series of trade flows of agricultural commodities between Indonesia and RCEP countries in 2010-2019 which were obtained from Trademap. The data analysis method used is the intra-industry trade index. The results of the study show, if there is a tendency to increase the IIT index of Indonesia with trading partners, it's just that when viewed from each RCEP member, the IIT value still tends to fluctuate. Malaysia is an RCEP member country with the highest IIT score in its agricultural sector, on the other hand, the agricultural sector in Cambodia has the lowest IIT score. Cereal and flour processed commodities (HS 19) were the commodities with the highest IIT, while meat and edible meat scraps (HS 02) were the commodities with the lowest value. Based on the results of the IIT value, it can be seen that many agricultural products are still classified as inter-industry trade. Therefore, it is important for the government to further increase potential commodity exports by providing incentives to processing agricultural industries through tax breaks for a certain period. Keywords: Intra-industry Trade, RCEP, Agricultural Sector JEL Classification: F10, F13, F1


2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 209-234
Author(s):  
Umi Karomah Yaumidin ◽  
Oman Zuas

Abstrak Artikel ini membahas analisis biaya dan manfaat dari Marine Stewardship Council (MSC) untuk ekspor udang putih (Litopenaeus vannamei) dan udang windu (Penaeus monodon) dari Indonesia. Penerapan MSC pada produk perikanan memang tidak wajib, tetapi dapat mempengaruhi kinerja eskpor Indonesia. Perhitungan analisa biaya dan manfaat untuk proyek MSC menggunakan beberapa pilihan yang dihitung ke dalam empat komponen analysis yang terpisah (Proyek, Privat, Efisiensi, dan kelompok penerima manfaat). Dengan menggunakan data tahun 2018 dan jangka waktu investasi selama 20 tahun, kajian ini membandingkan hasil investasi yang menerapkan standard MSC dengan hasil investasi yang tidak menerapkan standard MSC dengan mempertimbangkan hambatan dari biaya perdagangan internasional. Secara keselurahan, studi ini menunjukkan bahwa the Net Present Values (NPVs) and Internal Rate of Returns (IRRs) bersifat konsisten untuk semua pilihan analysis. Studi ini juga menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil dari analisis pasar, Amerika Serikat adalah pasar yang menjanjikan bagi produk udang Indonesia yang berlabelkan MSC. Pemerintah Indonesia akan menikmati 13% kenaikan pendapatan dari pajak keuntungan bisnis tersebut, meskipun proyek ini tidak memberikan dampak perubahan kepada tenaga kerja tidak terampil. Oleh karena itu, studi ini merekomendasikan pemerintah Indonesia untuk mempromosikan program MSC untuk perikanan berkelanjutan, terutama bagi peningkatan kinerja eskpor udang Indonesia. Kata Kunci: Kebijakan Perdagangan, Perikanan Tangkap, Keberlanjutan, Cost-Benefit Analysis   Abstract This paper discusses the cost and benefits analysis of the Marine Stewardship Council (MSC) for Indonesia's exports of white shrimp (Litopenaeus vannamei) and tiger prawns (Penaeus monodon). The MSC adoption is voluntary, but it is likely to affect the performance of Indonesia's exports. We use several options applied separately in four components analysis in performing the social cost and benefit analysis (Project, Private, Efficiency, and Referral Group). Using the 2018 data and a 20-year investment period, this study compares the investment results applying the MSC standard with the results without investing in the MSC procedures concerning the trade cost barriers. Overall, the results reveal that the Net Present Values (NPVs) and Internal Rate of Returns (IRRs) are consistent for all options in all feasibility component analyses. It concludes that based on market analysis, the US market is the promising market as a primary export destination for Indonesian shrimp products with MSC label. The government will benefit by 13% from profit taxes, while this project does not affect unskilled labor benefits. Therefore, it recommends that the Indonesian government take more action to promote the MSC program for sustainable fisheries and boost shrimp export performance. Keywords: Trade Policy, Capture Fisheries, Sustainability, Cost-Benefit Analysis JEL Classification: F13, Q22, Q56, H43


2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 235-256
Author(s):  
Birka Septy Sembiring ◽  
Yusman Syaukat ◽  
Hastuti

Abstrak Karet alam Indonesia berperan penting dalam meningkatkan perekonomian nasional melalui ekspor karet alam ke berbagai negara, termasuk ke Amerika Serikat. Dalam upaya mengembangkan ekspor karet alamnya, Indonesia perlu melakukan kalkulasi posisi dan daya saing karet alam di antara negara-negara pesaing serta peluang pasarnya ke Amerika Serikat yang memiliki permintaan impor relatif tinggi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis struktur pasar, serta keunggulan komparatif dan kompetitif karet alam Indonesia di pasar Amerika Serikat. Analisis dilakukan selama periode tahun 2008-2019 menggunakan metode Herfindahl Index (HI), Concentration Ratio (CR4), Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan Diamond’s Porter. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur pasar karet alam Indonesia cenderung oligopoli. Dibandingkan dengan negara-negara eksportir lainnya, karet alam Indonesia memiliki keunggulan komparatif di pasar Amerika Serikat. Keunggulan kompetitif karet alam Indonesia di Amerika Serikat mengalami penurunan dari posisi lost opportunity pada periode pertama (2008-2011) menjadi retreat pada periode ketiga (2016-2019). Hasil dari Diamond’s Porter menunjukkan bahwa terdapat tujuh faktor keunggulan kompetitif dan tiga faktor kelemahan dalam industri karet alam di Indonesia. Kata Kunci: Concentration Ratio, Diamond’s Porter, EPD, Herfindahl Index, RCA Abstract Indonesian natural rubber plays a significant role in improving the national economy through exports of natural rubber to various countries, including the United States. In an effort to develop its natural rubber exports, Indonesia needs to calculate the position and competitiveness of natural rubber among competing countries and its market opportunities to the United States, which has a relatively high import demand. The purpose of this study is to analyze the market structure, as well as the comparative and competitive advantages of Indonesian natural rubber in the United States market. The analysis was carried out during the period 2008-2019 using the methods Herfindahl Index (HI), Concentration Ratio (CR4), Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), and Diamond's Porter. The results of the analysis show that the structure of the Indonesian natural rubber market tends to be an oligopoly. Compared to other exporting countries, Indonesian natural rubber has a comparative advantage in the United States market. The competitiveness of Indonesian natural rubber in the US decline over time from the lost opportunity position in the first period (2008-2011) to retreat in the third period (2016-2019). The Diamond's Porter results show that there are seven competitive advantage factors and three weakness factors in Indonesia's natural rubber industry. Keywords: Concentration Ratio, Diamond’s Porter, EPD, Herfindahl Index, RCA JEL Classification: F13, F15, F18


2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 257-276
Author(s):  
Alfi Nurdina ◽  
Harmini ◽  
Amzul Rifin

Abstrak Agreed Export Tonnage Scheme merupakan kebijakan pembatasan kuota ekspor karet alam oleh Indonesia, Malaysia dan Thailand. Kebijakan ini diduga memengaruhi harga karet alam di tingkat petani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kebijakan kuota ekspor terhadap harga karet alam domestik Indonesia di tingkat petani. Penelitian menggunakan data time series bulanan dari Januari 2013 sampai Desember 2019 menggunakan Error Correction Model. Dalam jangka panjang, harga karet alam pada periode sebelumnya, nilai tukar, konsumsi, produksi dan harga karet alam dunia signifikan. Sementara itu, dalam jangka pendek, harga karet alam pada periode sebelumnya, nilai tukar, dan harga karet alam dunia juga signifikan. Variabel total ekspor dan dummy kebijakan tidak signifikan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini diduga karena harga karet alam tidak lagi bergantung pada faktor fundamental tetapi disebabkan oleh faktor eksternal lainnya. Perbaikan diperlukan, termasuk desain kebijakan yang komprehensif, implementasi dan evaluasi teknis yang jelas, serta kolaborasi tambahan dengan produsen karet alam lainnya. Selain itu, sejalan dengan kebijakan pembatasan ekspor, Indonesia perlu mendorong pertumbuhan industri pengolahan karet alam menjadi produk hilir. Kata Kunci: ECM, Karet Alam, Harga Domestik, AETS   Abstract Agreed Export Tonnage Scheme is a policy of limiting natural rubber export quotas by Indonesia, Malaysia, and Thailand. This policy is suspected to affect the price of natural rubber at the farm level. This study aims to analyze the effect of the export quota policy on Indonesia's domestic natural rubber prices at the farm level. The study uses monthly time series data from January 2013 to December 2019 used Error Correction Model. In the long term, natural rubber prices in the previous period, exchange rate, consumption, production, and world natural rubber prices are significant. Meanwhile, in the short term, natural rubber prices in the previous period, exchange rates, and world price natural rubber were significant. The variable total exports and the policy dummy are not significant both in the long and short term. This is presumably because natural rubber prices no longer depend on fundamental factors but are caused by other external factors. Improvements are needed, including comprehensive policy design, clear technical implementation, and evaluation, as well as additional collaboration with other natural rubber producers. In addition, in line with the export restriction policy, Indonesia needs to encourage the growth of the natural rubber processing industry into downstream products Keywords: ECM, Natural Rubber, Domestic Price, AETS JEL Classification: Q17, Q18, Q21


2021 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 1-26
Author(s):  
Defy Oktaviani ◽  
Nagendra Shrestha

Abstrak Perdebatan tentang pelemahan hubungan antara nilai tukar dan ekspor telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dan meningkatnya tren perdagangan terkait rantai nilai global (Global Value Chain/GVC) diasumsikan menjadi sumber melemahnya hubungan di antara keduanya. Dengan menggunakan data spesifik industri manufaktur, studi ini bertujuan untuk menyelidiki dampak GVC pada hubungan Nilai Tukar Efektif Riil (Real Effective Exchange Rate/REER) dan ekspor di empat negara ASEAN. Estimasi dilakukan menggunakan regresi Least Square Dummy Variable (LSDV) untuk periode sampel dari tahun 2009 hingga 2015. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Filipina, koefisien elastisitas nilai tukar ekspor dan partisipasi ke GVC tidak signifikan secara statistik. Sebaliknya di Indonesia dan Malaysia, secara rata-rata, integrasi ke GVC dengan berbagai pengukuran akan menurunkan elastisitas ekspor terhadap perubahan REER sekitar 70% sampai 89%. Lebih lanjut, estimasi terhadap data Thailand dan kelompok empat negara ASEAN menunjukkan bahwa partisipasi pada GVC mengubah nilai dan tanda elastisitas ekspor terhadap REER. Kata Kunci: Ekspor, Nilai Tukar, Rantai Nilai Global   Abstract The debate on the issue of the disconnected relationship between exchange rates and exports has risen in recent years, with the growing trend of Global Value Chain (GVC)-related trade assumed to be the source of the weakening link between them. By employing manufacturing industry-specific data, this study aims to investigate the impact of GVC on the nexus of the Real Effective Exchange Rate (REER) and exports in four ASEAN countries. The estimations are conducted using Least Square Dummy Variable (LSDV) regression for the sample period from 2009 to 2015. The findings of this study suggest that for the Philippines, the coefficients of exchange rate elasticity of export and participation to GVC are not statistically significant. Conversely, in the case of Indonesia and Malaysia, integration to GVC, with various measurements, will reduce the REER elasticity of exports by around 70% to 89% on average. Furthermore, the estimation data on Thailand and a group of four countries implies that the presence of GVC changes both the value and the sign of REER elasticity of exports. Keywords: Export, Exchange Rates, Global Value Chain JEL Classification: F14, F15, F31


2021 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 27-50
Author(s):  
Fahrizal Taufiqqurrachman ◽  
Rossanto Dwi Handoyo

Abstrak Perkembangan perdagangan Indonesia akan semakin bervariasi hal ini dapat dilihat dari kebijakan kementerian perdagangan yang memfokuskan untuk menjalin kerja sama perdagangan internasional dengan beberapa negara diluar negara maju. Salah satunya perdagangan bilateral Indonesia Chile dalam kerangka IC-CEPA. Penelitian ini menggunakan metode analisis Model CGE Multiregional. Model yang digunakan sudah tersusun dalam Aplikasi GTAP versi 9 Lisensi Kementerian Perdagangan yang difokuskan pada sektoral dan makro ekonomi Indonesia. Hasil olah data GTAP menunjukkan bahwa sektor yang berorientasi ekspor di Indonesia seperti textile, oil seeds, paper product and publishing, motor vehicle and parts, machinery and equipments dan electronic equipment menunjukkan hasil yang positif setelah dilakukan simulasi (shock) penurunan tarif sebesar 80 - 40 dan 0% (full liberalization). Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor yang berorientasi pada ekspor mengalami peningkatan. Pada kondisi makroekonomi kesepakataan liberalisasi pada IC-CEPA mampu mempengaruhi kesejahteraan yang terus meningkat. Oleh karena itu, diperlukan adanya integrasi yang solid antara pemerintah dan para pelaku usaha yang bergerak di bidang sektor ekspor Indonesia dengan memberikan kebijakan yang mampu mengoptimalkan kuantitas dan menjaga kualitas sektor tersebut dalam bersaing di pasar Chile. Kata kunci: IC-CEPA, GTAP, Sektoral, Makroekonomi   Abstract The Indonesia's trade development is increasingly varied, shown by the ministry of trade’s policy which focuses more on establishing international trade cooperation with countries outside developed countries. One of them is bilateral trade between Indonesia and Chile in the framework of IC-CEPA. The research uses analysis method of the Multiregional CGE Model. The model used has been arranged in the GTAP Application version 9 of the Ministry of Trade License which focused on the sectoral and macroeconomics of Indonesia. The results of the analysis show that Indonesia’s export-oriented sectors such as textiles, oil seeds, paper products and publishing, motor vehicles and parts, machinery and equipment and electronic equipment positively impacted by tariff reduction of 80 - 40 and 0 percent (full liberalization). The analysis shows that the export-oriented sector increased. The agreement on liberalization of IC-CEPA is able to influence welfare increasing. Therefore, it is necessary to have a solid integration between the government and business players engaged in Indonesian export commodities by providing policies that are able to optimize the quantity and maintain the quality of the sector in competing in the Chilean market. Keywords: IC-CEPA, GTAP, Sectoral, Macroeconomics JEL Classifications: F13, F18, F62  


2021 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 51-76
Author(s):  
Naufal Nur Mahdi ◽  
Suharno ◽  
Rita Nurmalina

Abstrak Dampak positif seharusnya diperoleh subsektor hortikultura Indonesia atas implementasi ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). Namun demikian, subsektor hortikultura Indonesia belum memberikan kinerja yang berarti ketika impor produk hortikultura meningkat melalui tahapan penurunan tarif ACFTA dalam program The Early Harvest Program (EHP). Studi ini meneliti keragaan impor hortikultura Indonesia dengan menggunakan deskriptif analisis. Studi ini juga menganalisis daya saing produk hortikultura negara ASEAN-5 dengan China serta dampak kreasi perdagangan dan diversi perdagangan atas pemberlakuan ACFTA terhadap impor produk hortikultura Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode RSCA (Revealed Symetric Comparative Advantage) dan metode ekonometrik melalui pendekatan model gravitasi dengan data panel dari tahun 2001-2018. Hasil studi menunjukkan bahwa berdasarkan nilai RSCA, Indonesia tidak berdaya saing pada kedua jenis produk hortikultura tersebut. Model gravitasi juga menunjukkan bahwa negara anggota ACFTA mampu memanfaatkan perjanjian regional ini dengan ditandai tingginya nilai impor hortikultura Indonesia terutama dari China. Ini menandakan bahwa pelaksanaan ACFTA telah menciptakan efek penciptaan perdagangan dengan meningkatkan perdagangan intra-regional antara negara anggota ACFTA, namun tidak menyebabkan pengalihan perdagangan dengan negara non-anggota (perdagangan dengan negara non anggota tidak mengalami penurunan). Oleh karena itu, diperlukan langkah kebijakan peningkatan daya saing melalui perbaikan komponen manajerial dan teknologi seiring terbukanya pasar di kawasan ini bagi UMKM Indonesia. Kata Kunci: Data Panel, Daya Saing, Integrasi Ekonomi, Model Gravitasi, RSCA Abstract The positive impact of the implementation of the ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) on the indonesia’s horticulture sub-sector should be obtained. However, the Indonesian horticulture sub-sector has not shown significant performance when import of horticultural products has increased through the ACFTA tariff reduction stages in The Early Harvest Programm (EHP). This study examines the performance of Indonesian horticultural imports using descriptive analysis. It also analyzes the competitiveness of horticultural products of ASEAN-5 countries with China as well as the impact of trade creation and trade diversion of the implementation of ACFTA on imports of Indonesian horticultural products. It uses the RSCA (Revealed Symmetric Comparative Advantage) index and the gravity model using panel data from 2001-2018. It shows that Indonesia is not competitive in both types of horticultural products (RSCA <0). The gravity model also indicates that ACFTA member countries have taken advantage of this regional agreement, marked by the high value of Indonesian horticultural imports, especially from China. This shows that the implementation of the ACFTA has created a trade creation effect by increasing intra-regional trade between ACFTA member countries, but has not led to a diversion of trade with non-member countries (trade with non-member countries has not decreased). Therefore, it is necessary to make policy strategies to increase competitiveness through improvements in managerial and technological components in line with the opening of the market in this region to Indonesian MSMEs. Keywords: Competitiveness, Economic Integration, Gravity Model, Panel Data, RSCA JEL Classification: F15, F17, Q17


2021 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 105-126
Author(s):  
Diva Amadea ◽  
Siskarossa Ika Oktora

Abstrak Indonesia merupakan salah satu negara dengan hutan tropis terluas di dunia yang memiliki kekayaan sumber daya hutan dan keanekaragaman hayati di dalamnya. Salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia yang merupakan hasil hutan adalah kertas. Pada periode 2006-2018, volume ekspor kertas ke beberapa negara tujuan utama ekspor menunjukkan tren yang terus menurun termasuk ke Amerika Serikat. Penurunan volume ekspor kertas di beberapa negara tersebut terkait dengan masalah yang dihadapi industri kertas Indonesia, yakni pengenaan kebijakan trade remedy oleh Amerika Serikat terkait praktik dumping dan subsidi produk coated paper Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dan besarnya dampak dari pengenaan trade remedy terhadap ekspor kertas Indonesia ke Amerika Serikat dengan model ARIMA Intervensi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah volume ekspor kertas (coated paper) bulanan (kg) dari Januari 2006 hingga Desember 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengenaan kebijakan trade remedy oleh Amerika Serikat berpengaruh signifikan menurunkan volume ekspor kertas Indonesia ke negara tersebut.  Dampak pengenaan kebijakan trade remedy oleh Amerika Serikat terhadap produk ekspor coated paper Indonesia langsung dirasakan saat kebijakan diberlakukan yaitu pada bulan Januari 2010. Dampak penurunan terbesar terjadi pada bulan Maret 2010, dengan penurunan sebesar 5.015 ton atau mencapai 91,07%. Dampak negatif dari kebijakan trade remedy terhadap ekspor kertas Indonesia ke Amerika Serikat berlangsung sepanjang waktu penelitian dan dapat menjadi permanen jika tidak dilakukan intervensi kebijakan. Kebijakan yang direkomendasikan diantaranya adalah penguatan Portal Satu Data Perdagangan sebagai bagian dari penguatan administrasi bukti-bukti khususnya substansi dari sisi hukum untuk membantah tuduhan yang diberikan. Peningkatan performa ekspor coated paper Indonesia juga dapat disiasati dengan mencari pasar ekspor nontradisional.   Kata Kunci: Trade Remedy, Ekspor Kertas, Model ARIMA Intervensi   Abstract Indonesia is one of the countries with the largest tropical forest in the world, which has a wealth of forest resources and biodiversity. One of the main Indonesia export from forest products is paper. In 2006-2018, the paper volume export to several main export destination countries showed a downward trend, including the United States. The decline in the paper volume export in several countries is related to problems facing the Indonesian paper industry, which imposes a trade remedy policy by the United States regarding dumping practices and subsidies for Indonesian coated paper products. This study aims to analyze the effect and magnitude of the imposition of trade remedy on Indonesian paper exports using the ARIMA Intervention model. The data used in this study is the volume of monthly coated paper exports (kg) from January 2006 to December 2018. The results show that the imposition of a trade remedy policy has a significant effect on reducing Indonesian paper exports. The impact of the trade remedy policy imposed by the United States on Indonesian coated paper exports was immediately felt in January 2010. The highest decline occurred in March 2010, with a decrease of 5,015 tons or reaching 91.07%. The negative impact of the trade remedy policy on Indonesia's paper exports to the United States lasts throughout the time of the study and is considered permanent if no policy intervention is made. Policy recommendations include strengthening the One Trading Data Portal as part of strengthening the evidence's administration, especially the substance of the law, to dispute the charge given. The permanent negative impact on the performance of coated paper exports to the United States can also be overcome by seeking nontraditional export markets .Keywords: Trade Remedy, Coated Paper Exports, ARIMA Intervention Model JEL Classification: F13, F68, C22


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document