Plant sterol ester of α-linolenic acid ameliorates high-fat diet-induced nonalcoholic fatty liver disease in mice: association with regulating mitochondrial dysfunction and oxidative stress via activating AMPK signaling

Plant sterol ester of α-linolenic acid prevents nonalcoholic fatty liver disease by improving mitochondrial function, modifying lipid metabolism, and inhibiting oxidative stress via AMPK signaling.

Plant Sterol Ester of α-Linolenic Acid Attenuates Nonalcoholic Fatty Liver Disease by Rescuing the Adaption to Endoplasmic Reticulum Stress and Enhancing Mitochondrial Biogenesis

Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) is becoming more common in the world and is presenting a great challenge concerning prevention and treatment. Plant sterol ester of α-linolenic acid (PS-ALA) has a potential benefit to NAFLD. To examine the effect of PS-ALA on NAFLD, C57BL/6J mice were given a control diet, high fat and high cholesterol diet (HFD), and HFD plus 2% PS, 1.3% ALA, or 3.3% PS-ALA for 16 weeks. Our results showed that PS-ALA treatment suppressed hepatic steatosis, ameliorated lipid disorder, attenuated inflammatory response, and inhibited oxidative stress. In the molecular level, PS-ALA downregulated high transcriptional and translational levels of endoplasmic reticulum (ER) stress markers (Grp78 and Chop) leading to decreased protein expression of transcription factor and key enzymes involved in de novo lipogenesis (Srebp-1c and Fas) and cholesterol synthesis (Srebp-2 and Hmgcr). In parallel, PS-ALA blocked Nlrp3 activation and reduced release of IL-1β and IL-18 via inhibiting ER stress-induced sensitization of unfolded protein response sensors (Ire1α and Xbp1s). Finally, PS-ALA improved HFD-induced mitochondrial damage and fatty acid accumulation as exhibited by higher protein and mRNA expression of key genes administering mitochondrial biogenesis (Pgc-1α, Nrf1, and Tfam) and fatty acid β-oxidation (Pparα and Cpt1a). In conclusion, our study originally demonstrated that PS-ALA rescued ER stress, enhanced mitochondrial biogenesis, and thus ameliorated NAFLD.

JAMUR SEBAGAI OBAT FUNGI AS MEDICINES

Dari kacamata kesehatan, kandungan nutrisi jamur maupun fungsinya sebagai obat telah dikenali oleh Negara China dari 2000 tahun yang lalu. Jamur memiliki kandungan air yang tinggi, sehingga jamur segar mempunyai kandungan makronutrient dan energi yang rendah. Jamur merupakan sumber yang baik untuk protein yang dapat dicerna, dilain pihak kandungan lemaknya rendah. Kandungan lemak yang ada pada jamur biasanya terdiri dari phospholipid, sterol, sterol ester, mono-, di-, triglycerides, termasuk juga asam lemak. Sedangkan komponen bioaktif yang ada pada jamur biasanya terdiri dari polisakarida dan proteoglycans. Komponen bioaktif dari jamur mempunyai kemampuan sebagai antioksidan yang kuat. Pada perkembangannya penyakit yang akut dan kronis dapat mengkonsumsi antioksidan sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan kesehatan. Berdasarkan hal ini, perubahan kebiasaan makanan dengan meningkatkan konsumsi jamur, dapat meningkatkan jumlah komponen bioaktif pada tubuh sehingga dapat mengurangi resiko penyakit kronis.