Jurnal Teknologi Agro-Industri
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

72
(FIVE YEARS 16)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Politeknik Negeri Tanah Laut

2598-5884, 2407-4624

2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 108
Author(s):  
Mariatul Kiptiah ◽  
Nuryati Nuryati ◽  
Raden Rizki Amalia ◽  
Maida Hayati

Pengolahan pisang menjadi tepung merupakan alternatif diversifikasi komoditas pisang dalam mengurangi ketergantungan terhadap tepung terigu serta produk berbahan baku beras. Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui formulasi soes kering pisang kepok yang disukai panelis dan mengetahui mutu produk soes kering pisang kepok tersebut. Metode peneleitian ini adalah eksperimental dengan membuat soes kering pisang kepok menggunakan formulasi tepung pisang kepok 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%. Data penelitian didapat dari uji hedonik, uji kadar air, kadar abu, kadar lemak dan kadar serat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kesukaan panelis terhadap parameter warna, aroma, rasa, dan tekstur, soes kering yang disukai adalah formulasi A2 dengan penambahan 25% tepung pisang kepok. Formulasi A2 memiliki nilai kadar air 4%, kadar abu 1,5%, dan kadar serat 0,5% yang memenuhi SNI 01-2973-1992 dan kadar lemak 4,19% yang nilainya belum memenuhi SNI 01-2973-1992.  


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 100
Author(s):  
Jaka Darma Jaya ◽  
Dwi Sandri ◽  
Agusten Setiawan

Salah satu pemanfaatan cangkang biji karet supaya bernilai ekonomis yang tinggi adalah dibuat asap cair dengan proses pirolisis. Asap cair merupakan suatu campuran larutan senyawa murni. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi proses pirolisis asap cair dan mengaplikasikan nya sebagai koagulan lateks. Proses pirolisis dilakukan dengan melakukan variasi waktu pirolisis sebagai berikut: 30 menit, 60 menit da 120 menit dengan bahan baku seberat 500 gram dan suhu pirolisis 250˚. Berdasarkan hasil pirolisis ini diketahui bahwa perlakuan dengan waktu 120 menit menghasilkan rendemen asap cair paling tinggi sebesar 16% dan perlakuan 30 menit menghasilkan rendemen asap cair terendah sebesar 10,3%. Karakterisasi asap cair cangkang biji karet memperlihatkan bahwa perlakuan 30 menit menghasilkan pH asap cair paling tinggi sebesar 4 (asam asetat 10,6%) dan perlakuan 120 menit menghasilkan pH paling rendah sebesar 3,3 ( asam asetat 9,8%)   dari hasil yang didapat dapat diketahui semakin rendah pH asap cair maka semakin tinggi kadar asam asetat didalamnya. Pada aplikasi asap cair sebagai koagulan lateks menunjukan bahwa asap air dari cangkang biji karet berpotensi sebagai koagulan dengan waktu penggumpalan antara 375-440 detik lebih singgkat jika dibandingkan asap cair komersil yang memerlukan waktu penggumpalan 3652 detik.


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 118
Author(s):  
Meldayanoor Meldayanoor ◽  
Mariatul Kiptiah ◽  
Dian Permata Sari

Permasalahan sampah saat ini menjadi suatu hal yang memerlukan perhatian, karena sampah-sampah yang dibiarkan saja akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Penelitian ini dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakunci Kabupaten Tanah Laut. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengolahan sampah di TPA Bakunci serta menganalisis penerapan produksi bersih dari segi kelayakan teknis, kelayakan lingkungan dan kelayakan ekonomi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara, kuisioner, pengamatan langsung dan studi pustaka yang berkaitan dengan penelitian. Pengelolaan sampah di TPA Bakunci yaitu mengolah sampah organik diolah menjadi kompos, sampah organik diolah menjadi biogas dan sampah anorganik dikelola dibank sampah. Dilihat dari segi kelayakan teknis pengelolaan kompos dan bank sampah layak untuk dilanjutkan, sedangkan dari segi kelayakan lingkungan setiap pengelolaan sampah yang dilakukan tidak ada pengaruhnya terhadap lingkungan. Dilihat dari segi kelayakan ekonomi dalam pengelolaan kompos perkiraan keuntungan yang diperoleh yaitu Rp. 23.856.000/bulan dan pengelolaan bank sampah yaitu 28.818.900/bulan untuk 33 nasabah bank sampah.


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 141
Author(s):  
Fatimah Fatimah ◽  
Nina Hairiyah ◽  
Riski Yulia Rahayu

Gula pasir  sudah umum digunakan sebagai sumber nutrisi  pada media pembuatan nata de coco.  Sedangkan gula aren belum digunakan sebagai sumber nutrisi  pada media pembuatan nata de coco.  Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan konsentrasi optimal gula aren dalam pembuatan nata de coco. Perlakuan  yang digunakan adalah variasi konsentrasi gula, yaitu gula pasir 2%, gula aren 2%, dan perbandingan antara gula pasir 1% : gula aren %. Pengukuran nata de coco meliputi ketebalan dan rendemen nata. Formulasi terbaik pembuatan nata de coco adalah pada perlakuan dengan konsentrasi perbandingan gula pasir 1% : gula aren 1%, menghasilkan nata dengan rendeman 76% dan tebal 0,83 cm. Sedangkan pembuatan nata menggunakan gula pasir konsentrasi 2% memiliki rendemen sebesar 45% dengn tebal 0,46 cm.  Pembuatan nata menggunakan gula aren berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen nata, sehingga  gula aren dapat menggantikan gula pasir dalam pembuatan nata de coco.


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 92 ◽  
Author(s):  
Yuli Ristianingsih ◽  
Muhammad Aulia Fadhil ◽  
Fariz Maulana Akbar ◽  
Annissa Millenia Ramadhani ◽  
Isna Syauqiah

South Kalimantan has a gold mining industry that produces waste that can pollute the environment and is harmful to public health. One of the hazardous contaminants contained in the gold mining industry is mercury. This study aims to make biosorbent of ketapang leaves which will be used to reduce mercury content in gold mining waste.. The study began with washing the ketapang leaves to remove the impurities and then dried 3-4 days under the sun to reduce the water content. The next step is a simple carbonization process by using furnaces at a temperature of 300 oC for 30 minutes as the optimum operating condition so that activated carbon is formed called BDK. In the final stage, the biosorbent of ketapang leaves with 0.1 N citric acid was activated to produce biosorbent of ketapang leaves called BDK-COOH. The test results were carried out by SEM and FTIR analysis. The results of SEM analysis showed biosorbents that form large and large pores caused by carbonization and activation processes. Likewise, the results of FTIR analysis formed an active functional group to absorb heavy metals in terms of shifting absorption bands shown by FTIR. However, the adsorption capacity of biosorbent has not been determined so that further research is needed to find out.


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 147
Author(s):  
Raden Rizki Amalia ◽  
Ema Lestari ◽  
Meldayanoor Meldayanoor
Keyword(s):  

UD. Sukma merupakan industri pengolahan kerupuk buah. Permasalahan yang terjadi pada UD. Sukma yaitu dalam menjual produknya belum adanya identifikasi strategi bauran pemasaran yang dilihat dari faktor produk, lokasi, harga dan promosi untuk meningkatkan penjualan produk kerupuk buah yang menghasilkan kontinuitas terhadap penjualannya. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor yang paling mempengaruhi bauran pemasaran kerupuk buah secara internal dan eksternal serta menentukan strategi pemasaran kerupuk buah menggunakan metode SWOT. Metode penelitian yang digunakan yaitu identifikasi faktor-faktor marketing mix, wawancara, kuisioner, analisis faktor IFAS dan EFAS, dan analisis SWOT. Faktor internal yang paling mempengaruhi kekuatan (strength) yaitu merk yang digunakan sudah diketahui masyarakat sekitar dan sudah memiliki P-IRT, serta sudah mendapatkan label halal dari MUI.  Kelemahan dalam faktor internal yaitu kemasan yang digunakan kurang menarik, belum memiliki standar pengolahan produk yang menyebabkan ketidakkonsistenan kualitas produk kerupuk buah, dan tidak adanya promosi menggunakan media sosial. Sedangkan pada faktor eksternal peluang  yaitu pengiriman produk tepat waktu pada distributor, mempromosikan produk melalui instansi pemerintah. Adapun ancamannya yaitu  kemasan produk lain yang sejenis lebih menarik, terdapat pesaing dengan produk yang sama disatu tempat penjualan dan kerupuk UD. Sukma sudah dijual sampai luar daerah namun merk berbeda. Strategi yang tepat mengatasi pemasalahan UD. Sukma yaitu menggunakan strategi Strength-Oppurtunity (SO) yaitu dengan adanya label halal dan P-IRT merupakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yaitu dengan mempertahankan hubungan yang baik dengan distributor, memperluas area penjualan, serta adanya dukungan dari pemerintah baik melalui promosi berbentuk baliho, maupun mengikutkan pameran agar dikenal masyarakat luas.


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 81
Author(s):  
Refid Ruhibnur ◽  
Nur Aida ◽  
Anto Susanto ◽  
Tardi Kurniawan ◽  
Rosmalinda Rosmalinda

Pemanfaatan tongkol jagung masih sangat terbatas. Kebanyakan limbah tongkol jagung hanya digunakan untuk bahan tambahan makanan ternak, atau hanya digunakan sebagai pengganti kayu bakar. Melihat komposisi selulosa dan hemi selulosa yang cukup besar, maka tongkol jagung sangat potensial untuk dimanfaatkan menjadi bioetanol. Bioetanol adalah etanol yang berasal dari makhluk hidup, dalam hal ini adalah bahan nabati. Bioetanol ini dibuat melalui proses fermentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi konsentrasi ragi dan lama periode fermentasi yang optimum agar dapat menghasilkan bioetanol limbah tongkol jagung sesuai standar mutu. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental faktorial dengan rancangan percobaan rancangan acak kelompok (RAK). Faktor yang dicoba dalam penelitian ini adalah: (1) perlakuan lama periode fermentasi (P), terdiri dari 3 taraf: P1 = 3 hari, P2 =  5 hari, dan  P3 = 7 hari. (2) perlakuan konsentrasi ragi (K), terdiri dari 3 taraf: K1 = 5%, K2 = 10%, dan K3 = 15%. Variabel yang diamati dalam penelitian ini, diantaranya: Uji kadar etanol (SNI7390:2008), Uji pH (SNI7390:2008), Kadar gula (Sudarmadji, 1997), Viskositas (Sudarmadji, 1997), dan Uji tampakan (pengamatan visual). Dari hasil penelitian yang terbaik untuk preparasi bahan maupun hasil bioetanol yang dihasilkan yaitu perlakuan P2K2 (penambahan konsentrasi ragi 10% dengan lama waktu fermentasi 5 hari) dengan nilai kadar gula pada bahan awal 3.98 (% brix), dan nilai pH 4.30 pada kondisi suhu 30oC, diperoleh nilai kadar etanol sebesar 34.57 (%v/v), pH sebesar 3.5, nilai viskositas sebesar 3,00 ppt, nilai kadar gula 0 % brix, dan memiliki warna secara visual jernih.


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 127
Author(s):  
Jaka Darma Jaya ◽  
Muhammad Indra Darmawan ◽  
Adzani Ghani Ilmannafian ◽  
Lukman Sanjaya
Keyword(s):  

Green Polybag merupakan salah satu produk yang dibuat untuk menangani permasalahan lingkungan yang terjadi, baik itu limbah padat dari produksi kelapa sawit dalam hal ini Tandan Kosong kelapa Sawit (TKKS) dan Fiber, maupun limbah dari polibag plastik. Keunggulan Green Polybag yaitu ramah lingkungan, praktis karena dapat langsung ditanam ke dalam tanah, dapat terdekomposisi secara cepat, serta tidak menyebabkan terjadinya kerusakan perakaran saat bibit dipindahkan ke lapangan. Penelitian ini bertujuan menganalisis kualitas green polybag berdasarkan parameter uji kadar air, uji kerapatan, uji daya serap air, dan uji pH, serta menjelaskan hasil tingkat penerimaan responden pakar. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan 100% TKKS merupakan green polybag terbaik berdasarkan nilai kerapatan 0,3 g/cm3 dan daya serap air 173,98% serta perlakuan 100% Fiber merupakan green polybag terbaik berdasarkan nilai kadar air dengan nilai 2,44% dan nilai pH 6,4. Adapun tingkat penerimaan responden terbaik berdasarkan data yang dianalisis oleh Expert Choice versi 11 adalah 100% TKKS.


2019 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 31
Author(s):  
Fatimah Fatimah ◽  
Ema Lestari ◽  
Dwi Sandri ◽  
Melisa Agustina

Talipuk (Nymphaea pubescens Willd) plant is a local term for lotus plants that are plants that live in areas of swampland in South Kalimantan. This local commodity material may be substituted as an alternative to wheat flour and the potential for flour talipuk to be processed in the manufacture of cookies. The objective of this research is to get the best formulation ratio of flour talipuk in substituting wheat flour in cookies and to analyze the quality of cookies. Cook flour talipuk powder in substituting wheat flour is made with 5 different formulation compositions, 100% wheat flour and 0% flour talipuk, 75% wheat flour and 25% flour talipuk,  50% wheat flour and 50% flour talipuk, 25% wheat flour and 75% flour talipuk, 0% wheat flour and 100% flour talipuk. The results showed that based on organoleptic test, it was found that the best formulation composition was in the treatment of 100% flour talipuk with levels a water 0.88% and ash content of 1.44% has fulfilled SNI 01-2973-1992.  


2019 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 61
Author(s):  
Nenengsih Verawati ◽  
Nur Aida ◽  
Ridha Aufa

Tofu is a high-protein soy-based food ingredient that is widely consumed in Indonesia. Tofu producers in Delta Pawan Subdistrict are dominated by small and medium-sized entrepreneurs whose hygiene and sanitation aspects in production activities are very under-taken. This study aims to determine the presence of Coliform and Salmonella Sp bacteria on tofu produced in Delta Pawan sub-district, Ketapang, West Kalimantan and compare with SNI01-3142-1998. The method used to detect the presence of Coliform bacteria in this study uses the Most Probable Number (MPN) method, which consists of estimator and confirmatory tests using Lactosa Broth (LB) media for the Brilliant Green Lactose Broth (BGLB) assay test for confirmation . Whereas to detect the amount of Salmonella Sp using the method of Total Plate Count (TPC) with selective media Salmonella Shigella Agar (SSA). The results of Coliform analysis in both industries found Coliform MPN values ​​of more than 2400 AMP / g samples, which indicated that they did not meet the standards set by SNI. While the results of the analysis of Salmonella Sp obtained positive results, so the two industries did not meet food safety standards.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document