Indonesia Medicus Veterinus
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

236
(FIVE YEARS 186)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Jurnal Veteriner

2477-6637, 2301-7848

2021 ◽  
Vol 10 (6) ◽  
pp. 830-841
Author(s):  
Gusti Ayu Yuniati Kencana ◽  
Tri Komala Sari ◽  
Dhyana Ayu Manggala Wijaya ◽  
I Nyoman Suartha ◽  
Anak Agung Sagung Kendran
Keyword(s):  

Flu burung atau Avian influenza (AI) merupakan penyakit viral akut yang sudah tersebar luas di seluruh dunia, dan saat ini bersifat endemik di Indonesia. Avian Influenza digolongkan penyakit menular strategis prioritas karena bersifat zoonosis berbahaya yang dapat menyerang unggas dan mamalia maupun manusia. Unggas yang diternakkan secara massal lebih rentan terserang avian influenza, seperti ayam petelur, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan vaksinasi. Virus avian influenza mudah mengalami mutasi sehingga tidak dapat dikenali oleh antibodi yang sudah ada di dalam tubuh unggas, oleh karena itu perlu untuk selalu dilakukan pengembangan vaksin, contohnya adalah vaksin avian influenza subtipe H5N1. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah vaksin AI-H5N1 isolat dari Bali dapat digunakan pada peternakan ayam komersial dengan melihat kemamampuannya menekan shedding virus. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil 20 sampel swab kloaka secara acak dari 40 ekor ayam petelur yang sudah divaksin Avian Influenza subtipe H5N1 isolat dari Bali. Sampel swab selanjutnya diinokulasikan pada telur ayam berembrio melalui ruang alantois, diinkubasi dalam inkubator suhu 370C. Setelah 2-3 hari pascainokulasi, cairan alantois dipanen dan dilakukan uji HA/HI. Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukannya shedding virus vaksin AI-H5N1 isolat dari Bali, ditandai dari semua sampel swab yang diambil pada periode 1-4 minggu pascavaksinasi menunjukkan hasil negatif pada uji HA.


2021 ◽  
Vol 10 (5) ◽  
pp. 814-829
Author(s):  
Marissa Divia Dayanti ◽  
I Wayan Batan ◽  
Aloysiana Margaretha ◽  
Kevin Tri Tama

Dirofilariasis, caused by Dirofilaria immitis, mostly known as heartworm disease, is an important mosquito-borne nematode zoonosis that naturally infects canids and other species such as cats, ferrets, and humans. There have been reports of heartworm infection from many countries in worldwide. Researchers have reported D. immitis is widely distributed in Southeast Asia because this parasitic zoonosis disease lives in temperate, tropical, and subtropical areas and can be found in colder regions. Therefore, the authors intended to provide an overview of Dirofilariasis cases in Indonesia from a global perspective. The published articles of dirofilariasis were collected and retrieved by an electronic literature search of three databases, including Google Scholar, PubMed, and Science Direct. The literature presented is intended to enhance our current understanding of the overview of D. immitis infection and its prevalence in Indonesia from a global perspective. D. immitis infection can cause caval syndrome in dogs as well as a cardiopulmonary syndrome known as Heartworm-Associated Respiratory Diseases (HARD), which can become fatal as the number of worms infecting the host increases. Whereas in cats, although the number of worms in the host are very few (one to six worms) they can cause pathological changes in the pulmonary arteries which result in a more serious infection than in dogs and endanger life.


2021 ◽  
Vol 10 (5) ◽  
pp. 794-803
Author(s):  
Oktryna Hodesi Sibarani ◽  
I Nyoman Suartha ◽  
I Gusti Made Krisna Erawan
Keyword(s):  

Demodekosis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh perkembangbiakan tungau Demodex sp. secara berlebihan. Demodekosis diklasifikasikan berdasarkan distribusi lesi yaitu demodekosis lokal dan demodekosis general/umum. Demodekosis terjadi pada hewan yang mengalami penurunan sistem imun, hewan tua, dan anak anjing yang berumur kurang dari satu tahun. Seekor anjing lokal berumur satu tahun dengan bobot badan 5,6 kg datang ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keadaan anjing tidak mau makan, lemas, dan kerontokan rambut pada wajah, sekitar mata, telinga, bagian punggung, serta pada bagian ekstremitas. Pada pemeriksaan fisik ditemukan eritema dan pustula pada bagian kaki belakang dan perut. Anjing menunjukkan rasa gatal. Pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan hewan kasus mengalami anemia dan peningkatan limfosit. Diagnosis demodekosis diteguhkan berdasarkan pemeriksaan kerokan yang dalam pada kulit ataudeep skin scraping ditemukan tungau Demodex sp. Prognosis anjing kasus adalah fausta. Anjing kasus diterapi dengan ivermectin (0,4 mg/kg BB) dan amitraz. Anjing kasus juga diobati dengan cefalexin (22 mg/kg BB, q12h) dan cyproheptadine HCl (1.5 mg/kg BB, dua kali seminggu) selama seminggu.


2021 ◽  
Vol 10 (5) ◽  
pp. 714-724
Author(s):  
Doni Damara ◽  
I Ketut Berata ◽  
Ida Bagus Komang Ardana ◽  
Ni Luh Eka Setiasih ◽  
I Nyoman Sulabda

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung maggot Black Soldier Fly (Hermetia illucens) sebagai pakan tambahan pada broiler (Gallus domesticus) terhadap berat badan, berat dan struktur histologi hati. Broiler yang digunakan sebanyak 24 ekor dibagi ke dalam empat kelompok perlakuan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing P0=0%, P1=1%, P2=2% dan P3=3% tepung maggot dalam pakan. Penelitian dilakukan selama 21 hari, broiler berumur 14- 35 hari. Parameter yang diteliti meliputi berat badan, berat dan struktur histologi hati yang diambil pada akhir penelitian. Analisis data untuk berat badan dan berat hati dilakukan dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Untuk mengetahui hubungan antara keduanya dilakukan uii regresi. Analisis terhadap struktur histologi hati dilakukan dengan uji Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung maggot 1%, 2%, dan 3% menyebabkan berat badan dan berat hati broiler lebih rendah dibandingkan kontrol. Hasil uji regresi.menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara berat badan dengan berat hati. Pada pemeriksaan histologi hati menunjukkan terjadi degenerasi melemak pada hepatosit baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan, serta tidak terjadi perbedaan nyata antara kelompok perlakuan. Dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung maggot dalam pakan dapat menurunkan berat badan dan hati broiler. Ada hubungan kuat antara berat badan dengan berat hati. Tidak ada perbedaan gambaran histologi hati broiler antara perlakuan dengan kontrol.


2021 ◽  
Vol 10 (5) ◽  
pp. 748-757
Author(s):  
Ni Komang Ade Juliantari ◽  
Desak Nyoman Dewi Indira Laksmi ◽  
Wayan Bebas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jarak beranak (calving interval) pada sapi bali menurut tingkat paritas dan body condition score. Total sampel yang digunakan adalah sebanyak 62 sampel. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, mencari rata-rata calving interval dan dibedakan berdasarkan body condition score. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beragam nilai calving interval. Jika dilihat dari body condition score 2, rata-rata 15,33 ± 0,94 bulan, 13 ± 1 bulan, 14 bulan, 15 bulan, hingga 16,5 ± 0,5 bulan, semakin tua sapi yang diternakkan maka semakin lama kemunculan estrus postpartum sehingga makin panjang juga periode calving intervalnya. Pada body condition score 3, rata-rata 12,91 ± 1,65 bulan, 12,87 ± 1,65 bulan, 12,5 ± 0,5 bulan, 13,25 ± 0,43 bulan, dan 14 bulan. Faktor penyebab panjangnya calving interval dapat dilihat dari segi ternak, peternak, maupun inseminator. Segi ternak yang mempengaruhi yaitu kesehatan ternak. Segi peternak yang mempengaruhi adalah deteksi birahi, pemeliharaan ternak, dan penyapihan yang dilakukan. Segi inseminator adalah prosedur pelaksanaan dan kualitas semen. Hal ini sangat penting karena jika sapi yang diternakkan mengalami faktor-faktor yang disebutkan maka akan mempengaruhi daripada nilai calving interval yang berakibat pada penurunan pendapatan peternak karena jumlah anak yang dihasilkan akan berkurang selama masa produktif.


2021 ◽  
Vol 10 (5) ◽  
pp. 804-813
Author(s):  
Ni Made Ayu Kurniawati ◽  
I Gusti Made Krisna Erawan ◽  
I Gede Soma

Dermatofitosis merupakan infeksi jamur yang sering disebabkan oleh Microsporum canis, M. gypseum, dan Trichophyton mentagrophytes. Anjing dalam kasus ini merupakan anjing ras pomeranian jantan berusia lima tahun dengan bobot badan 6 kg. Anjing kasus menderita lesi kemerahan pada permukaan kulit, yang kemudian menjadi keropeng dan menyebar ke beberapa bagian tubuh secara multifokal. Anjing kasus sempat dibawa ke dokter hewan untuk pengobatan, namun lesi semakin parah dan obat sebelumnya tidak dapat dinilai. Pemeriksaan penunjang berupa tape skin test dilakukan untuk melihat agen penyebab penyakit. Sampel diambil dari lesi yang ada dipermukaan kulit, dan rambut hewan. Kapang Microsporum spp. dan Curvularia spp. ditemukan pada pemeriksaan tape skin test. Anjing diberikan pengobatan antijamur berupa itraconazole (5 mg/kg, q 24 jam) selama 28 hari dan cephalexin (15 mg/kg, q 12 jam) selama tujuh hari. Pengamatan pascaterapi menunjukkan keadaan hewan kasus kembali normal dengan pertumbuhan rambut yang bagus.


2021 ◽  
Vol 10 (5) ◽  
pp. 690-700
Author(s):  
Regina Bonifasia Beru Ginting ◽  
I Ketut Berata ◽  
I Ketut Sumadi ◽  
Ni Luh Eka Setiasih ◽  
I Nyoman Sulabda

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung belatung black soldier fly (Hermatia illucens) dalam pakan komersial terhadap bobot badan, kemudian dilihat hubungan bobot badan dan jantung, serta gambaran histologi jantung ayam pedaging. Penelitian menggunakan 24 Day Old Chicken (DOC) berjenis kelamin jantan yang dibagi ke dalam empat perlakuan masing-masing dengan enam ulangan. Perlakuan diberikan pada kontrol (P0) yaitu diberikan pakan komersial tanpa tambahan tepung belatung BSF, sedangkan kelompok P1, P2 dan P3 masing-masing diberi pakan komersial yang ditambah tepung belatung BSF 1%, 2% dan 3%. Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum. Perlakuan dilakukan dari umur 14 sampai 35 hari, selanjutnya dilakukan penimbangan bobot badan. Kemudian dinekropsi untuk mengambil organ jantung. Jantung ditimbang dan selanjutnya diproses untuk pembuatan sediaan histopatologi. Pembuatan sediaan histopatologi dilakukan dengan teknik pewarnaan hematoksilin eosin (HE). Peubah yang diukur adalah bobot badan dan jantung serta gambaran histopatologi jantung. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata bobot badan dan jantung masing-masing 2100,175 g dan 8,417. Hasil analisis data statistika menunjukkan bahwa penambahan tepung belatung BSF taraf 1%-3% pada pakan komersial berpengaruh nyata (P<0,05) dalam penurunan bobot badan ayam pedaging. Hubungan bobot badan dan bobot jantung diuji menggunakan regresi sederhana dengan nilai koefisiensi korelasi (R) sebesar 0,754 termasuk nilai korelasi kuat. Pemberian pakan tambahan tepung belatung taraf 1%, 2%, 3% maupun kontrol, tidak menyebabkan perubahan struktur histologi otot jantung ayam pedaging. Dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan tambahan tepung belatung pada ayam pedaging menyebabkan penurunan bobot badan dan tidak menyebabkan perubahan struktur histologi otot jantung. Terjadi korelasi kuat antara peningkatan bobot badan dengan bobot jantung ayam pedaging.


2021 ◽  
Vol 10 (5) ◽  
pp. 783-793
Author(s):  
Reydanisa Noor Madania ◽  
I Nyoman Suartha ◽  
I Gusti Made Krisna Erawan

Urolithiasis merupakan pembentukan kalkuli atau urolith akibat saturasi kristal di dalam saluran perkencingan. Urolith yang spesifik berada pada vesica urinaria disebut cystolithiasis. Anjing Ras Peking jantan berumur 3 tahun 2 bulan dengan berat badan 7,1 kg datang dan diperiksa di Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan kesakitan saat urinasi dan urin berwarna kemerahan. Pemeriksaan klinis menunjukkan pemeriksaan pada sistem kelamin dan perkencingan dalam kondisi abnormal yaitu pada saat diinspeksi anjing mengalami kesakitan saat urinasi dan saat abdomen dipalpasi terasa tegang dan adanya respon nyeri. Pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan adanya bentukan pasir dan peradangan pada dinding vesica urinaria. Pada pemeriksaan sedimentasi urin menunjukkan adanya kristal struvit. Anjing kasus didiagnosa menderita cystolithiasis dengan prognosa fausta. Hewan kasus ditangani dengan pemasangan kateter dan pemberian kombinasi kejibeling (satu kapsul, PO q12h, selama tujuh hari), asam tolfenamat dengan dosis pemberian 4 mg/kg BB (sekali sehari) selama 7 hari subkutan dan ciprofloxacin dengan dosis pemberian 8 mg/kg BB (sekali sehari) selama 7 hari peroral. Selama terapi hewan diberi pakan khusus urinari. Setelah terapi selama tujuh hari, kondisi hewan mengalami perubahan yang ditandai dengan urinasi lancar tanpa hematuria dan hasil ultrasonografi menunjukkan sudah tidak adanya gambaran bentukan pasir dan peradangan.


2021 ◽  
Vol 10 (5) ◽  
pp. 725-734
Author(s):  
Meidhea Reforma Saputri ◽  
Siswanto Siswanto ◽  
I Ketut Sumadi

Belatung black soldier fly mengandung protein kasar cukup tinggi (37,31%) sehingga banyak digunakan sebagai sumber protein alternatif pada pakan ternak. Penelitian-penelitian sebelumnya membuktikan bahwa belatung dapat meningkatkan pertumbuhan ternak termasuk ayam pedaging. Namun demikian, tidak sedikit penelitian yang menyatakan hasil negatif dari pemberian belatung. Tujuan dilakukannya penelitian mengenai penambahan maggot ke dalam ransum komersial adalah untuk mengetahui pengaruh murni maggot terhadap bobot potong, persentase jeroan, dan persentase lemak abdomen broiler. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan empat perlakuan dan enam ulangan, sehingga total sampel adalah 24 ekor. Tepung belatung diberikan pada ayam pedaging berumur 14-35 hari dengan dosis adalah 0% (P0), 1% (P1), 2% (P2), dan 3% (P3). Peubah yang diamati meliputi bobot potong, persentase jeroan (ampela, hati, empedu, usus), dan persentase lemak abdomen terhadap bobot potong. Rata-rata bobot potong pada P0 sebesar 2.280,12 g, P1 sebesar 2.109,65 g, P2 sebesar 1.943,13 g, dan P3 2.067,80 g. Rata-rata jeroan pada P0 sebesar 5,03%, P1 sebesar 4,94%, P2 sebesar 5,09%, dan P3 sebesar 4,76%. Persentase lemak abdomen pada P0 sebesar 1,24%, P1 sebesar 1,50%, P2 sebesar 1,07%, dan P3 sebesar 1,16%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa bobot potong ayam pedaging yang diberikan tepung belatung dengan dosis 1%-3% menurun secara nyata, sedangkan persentase lemak abdomen meningkat pada P1, serta tidak berpengaruh nyata terhadap persentase jeroan. Sehingga penambahan tepung belatung tanpa pemrosesan dalam pakan komersial ayam pedaging tidak disarankan.


2021 ◽  
Vol 10 (5) ◽  
pp. 735-747
Author(s):  
Gede Wiyasa Ardy Nugraha ◽  
I Wayan Sudira ◽  
I Ketut Eli Supartika
Keyword(s):  

Minyak rajas digunakan oleh peternak ayam sebagai bahan peningkat produktivitas, khususnya pemacu pertumbuhan. Minyak rajas memiliki banyak zat aktif yang jika dikombinasikan belum diketahui efek negatif yang dihasilkan terhadap tubuh ayam kampung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak rajas secara oral terhadap gambaran histopatologi limpa dan jantung ayam kampung. Sebanyak 24 ekor ayam kampung jantan berumur delapan minggu dengan bobot 500-800 g digunakan dalam penelitian ini. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancang acak lengkap. Hewan coba diambil secara acak dan dibagi menjadi empat perlakuan yaitu P0 (tanpa pemberian minyak rajas), P1 (0,1 mL/kgbb), P2 (0,2 mL/kgbb) dan P3 (0,4 mL/kgbb) dengan masing-masing perlakuan terdiri dari enam ekor ayam. Perlakuan sampel diawali dengan masa adaptasi satu minggu dengan pemberian pakan dan air minum ad libitum kepada semua perlakuan. Pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4, ayam-ayam P1, P2 dan P3 diberi minyak rajas sesuai dosis, dicampur kedalam pakan dan diberikan secara oral, sedangkan kelompok P0 tidak. Pengambilan sampel organ limpa dan jantung dilakukan setelah ayam dikorbankan nyawanya dengan cara dislokasi os Vertebrae cervicalis guna pembuatan preparat histopatologi untuk melihat adanya hemoragi, infiltrasi sel radang, dan nekrosis. Pewarnaan yang digunakan adalah pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Berdasarkan hasil pengamatan histopatologi limpa, ditemukan nekrosis pada perlakuan P1(14,.50 ) dan P3(14,.50). Pada pengamatan histopatologi jantung, ditemukan infiltrasi sel radang pada perlakuan P0(15,.83), P1(14,.17) dan P3(12,.50) serta adanya hemoragi pada perlakuan P0(12,.83), P1(11,.50), P2(14,.17), dan P3(11,.50). Simpulannya adalah minyak rajas tidak memberikan perubahan yang berarti terhadap gambaran histopatologi limpa dan jantung ayam kampung, dengan demikian aman digunakan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document