Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

162
(FIVE YEARS 55)

H-INDEX

2
(FIVE YEARS 1)

Published By Universitas Gadjah Mada

2502-5066, 0853-6384

2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 31
Author(s):  
Rahmi Rahmi ◽  
Khairun Nisaa ◽  
Akmal Akmal ◽  
Mardiana Mardiana ◽  
Andi Chadijah ◽  
...  

Penelitian bertujuan untuk menghasilkan benih ikan nila salin yang tahan terhadap penyakit streptococcocis melalui vaksinasi induk. Vaksin yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri Streptococcus sp. yang dilemahkan dengan formalin 3% (v/v). Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-September.  Vaksin diinjeksikan pada indukan TKG 2 sebanyak 0,4 mL/kg (konsentrasi 1x109 CFU/mL). Penelitian terdiri dari tiga perlakuan yaitu indukan diinjeksi dengan phosphate buffered saline (PBS) (K), indukan diinjeksi vaksin satu kali (A1), dan indukan diinjeksi vaksin sebanyak dua kali dengan selang waktu dua minggu (A2). Benih yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan, diuji tantang melalui perendaman dengan bakteri Streptococcus sp. 107 CFU/mL selama 30 menit pada 10, 15, dan 20 hari setelah penetasan. Parameter yang diamati adalah penetasan telur, aktivitas lisozim, kematian benih setelah uji tantang, dan persentase kelangsungan hidup relatif (RPS) benih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya tetas telur pada perlakuan A2 (92,21%) secara nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan perlakuan induk lainnya, serta aktivitas lisozim (99,47-197,89 U/mL) sampai dengan hari ke-20. Angka kematian pada perlakuan A2 (2,34-45,21%) secara signifikan lebih rendah (P<0,05) dibandingkan perlakuan lain sampai hari ke-20. Nilai RPS indukan A2 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan benih dari indukan A1 pada hari ke sepuluh tetapi lebih tinggi pada hari ke 20.


2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Rachma Cintya Kusumanigrum ◽  
Nahla Alfiatunnisa ◽  
Murwantoko Murwantoko ◽  
Eko Setyobudi

Suatu spesies harus memiliki satu taksonomi yang jelas dan disepakati secara global untuk mempermudah para peneliti dalam membahas suatu spesies. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies ikan layang (Decapterus spp.) yang tertangkap di Perairan Daerah Istimewa Yogyakarta secara morfologi, morfometrik, dan meristik. Ikan layang diperoleh dari tangkapan nelayan Sadeng pada bulan Maret-Juni 2019. Sampel yang diambil berjumlah 207 ekor. Identifikasi secara morfologi dilakukan dengan pengukuran 23 karakter truss morfometrik dan 6 karakter meristik. Analisis data morfometrik menggunakan Principal Component Analysis sedangkan data meristik dibandingkan dengan pustaka. Jenis ikan layang yang ditemukan di Perairan Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan identifikasi morfologi adalah Decapterus macrosoma. Karakter meristik di dapatkan rumus D1 VIII; D2 . I, 31-39; A. II, I, 25-32; P. 22-23; V. 23-30; L1 scute 23-40. Spesies layang yang ditemukan di Perairan Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dibedakan secara morfometrik yaitu berdasarkan jarak akhir tulang kepala dengan bawah tutup insang, jarak akhir tulang kepala dengan sirip ventral, jarak sirip dorsal pertama dengan sirip ventral, jarak sirip dorsal pertama dengan sirip anal bagian depan, jarak sirip ventral dengan sirip dorsal kedua bagian depan dan jarak sirip anal bagian belakang dengan anal finlet bagian atas.


2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 37
Author(s):  
Dandi Saleky ◽  
Reny Sianturi ◽  
Muhammad Dailami ◽  
Aradea Bujana Kusuma

Pemanfaatan perikanan secara lestari sangat diperlukan agar sumberdaya perikanan yang ada saat ini bisa terus dimanfaatkan dan juga dalam rangka pemulihan stok perikanan yang telah rusak. Ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan mujair (Oreochromis mossambicus) secara luas telah dikenal sebagai salah satu spesies ikan air tawar yang penting dalam perikanan budidaya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan identifikasi spesies ikan Oreochromis spp. dari perairan daratan Merauke dengan menggunakan marka gen COI. Amplifikasi DNA dengan gen COI menghasilkan panjang sekuen DNA 656 bp dengan hasil identifikasi adalah O. niloticus dan O. mussambicus dengan tingkat kemiripan 100 % pada masing-masing spesies. Berdasarkan analisis filogenetik dan jarak genetik, sekuen DNA yang dianalisis membentuk clade sesuai dengn hasil indentfikasi dengan jarak genetik 0,000 - 0,002 pada ikan nila dan 0,000 pada ikan mujair. Analisis keragaman genetik ditemukan hanya 1 haplotype dari kedua jenis ikan tersebut. DNA barcode dan filogenetik dapat digunakan dalam mengidentifikasi spesies dalam pengelolaan dan konservasi.


2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 71
Author(s):  
Mala Nurilmala ◽  
Muh Tazri Nasirullah ◽  
Tati Nurhayati ◽  
Noviyan Darmawan

Gelatin merupakan produk hidrolisis kolagen yang memiliki sifat fungsional sehingga dapat digunakan di berbagai industri pangan dan non pangan. Karakteristik fisik-kimia gelatin dari berbagai jenis kulit ikan menjadi hal penting untuk diketahui karena dapat membuktikan kualitas gelatin yang dihasilkan sebagai pengganti kulit sapi dan babi. Penelitian ini bertujuan menentukan karakteristik fisik dan kimia gelatin yang berasal dari jenis kulit ikan yang berbeda sehingga dapat menghasilkan gelatin yang memenuhi standar. Gelatin dihidrolisis menggunakan asam sitrat 0,2% dari berbagai jenis kulit ikan, di antaranya kulit ikan patin (Pangasianodon hypophthalmus), kulit ikan nila (Oreochromis niloticus), dan kulit ikan tuna (Thunnus sp.). Rancangan percobaan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan uji lanjut Duncan. Gelatin yang dihasilkan telah sesuai dengan standar GMIA 2019 dan SNI 06-3735-1995. Perbedaan jenis kulit ikan berpengaruh terhadap rendemen, kadar air, kadar abu, kekuatan gel, dan setting point gelatin yang dihasilkan (p≤0,05), namun tidak berpengaruh terhadap derajat keasaman (pH) dan viskositas gelatin (p>0,05). Perlakuan terbaik dari penelitian ini adalah gelatin dari kulit ikan patin dengan rendemen 18,11%, kadar air 6,43%, kadar abu 0,39%, viskositas 61,66 mps, pH 5,56, kekuatan gel 204,01 bloom, dan setting point 18,5°C.


2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 9
Author(s):  
Ledhyane Ika Harlyan ◽  
Abu Bakar Sambah ◽  
Feni Iranawati ◽  
Rani Ekawaty

Terjadinya penurunan produktivitas perikanan tuna di Perairan Selatan Jawa salah satunya disebabkan oleh adanya kondisi tangkap lebih yang terjadi akibat ketidaktersediaannya informasi geografis akurat terkait jumlah dan jenis spesies. Pendekatan spasial keragaman habitat spesies mampu memberikan prediksi akurat tentang jenis dan jumlah spesies pada suatu daerah penangkapan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan peta klasterisasi spasial keragaman spesies tuna berdasarkan data hasil tangkapan tuna dan data lokasi penangkapan di Perairan Selatan Jawa yang diperoleh dari kapal rawai tuna yang menangkap ikan di Samudera Hindia dan mendaratkan  tangkapannya di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Benoa pada bulan September-November 2019 dengan menggunakan beberapa analisis yaitu: (1) analisis keragaman spesies (Shannon-wiener index dan Menhinick index) dan analisis klasterisasi spasial (ward-hierarchical clustering dengan bootstrapped p-value). Berdasarkan kedua hasil analisis tersebut diperoleh tiga klaster pola sebaran daerah penangkapan tuna di Perairan Selatan Jawa yaitu: (1) klaster yang didominasi oleh spesies Thunnus albacares, (2) klaster yang didominasi oleh Thunnus obessus, dan (3) klaster dengan jumlah spesies tuna yang berimbang. Informasi mengenai ketiga klaster daerah penangkapan ini selanjutnya dapat digunakan sebagai rujukan penentuan pengelolaan perikanan tuna dan upaya pembatasan kapasitas penangkapan khususnya pada spesies tuna yang mengalami penurunan stok.


2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 45
Author(s):  
Karunia Adetera Nungki Wijayanti ◽  
Murwantoko Murwantoko ◽  
Indah Istiqomah

Plankton dalam perairan memiliki peranan yang penting sebagai produsen serta penyuplai nutrisi maupun indikator lingkungan. Struktur komunitas dan faktor pendukung lingkungan berpengaruh terhadap keadaan ekosistem perairan budidaya serta pengaruhnya pada komoditas budidaya. Penelitian ini membahas mengenai struktur komunitas plankton pada air kolam lele yang berbeda warna. Kolam yang digunakan adalah kolam budidaya lele air hijau di Kalasan, cokelat di Prambanan, dan merah di Berbah, Sleman. Parameter kualitas air yang meliputi pH, suhu, bahan organik, dan oksigen terlarut diukur sebanyak 3 kali setiap 2 minggu sekali dan kadar nitrat, nitrit, amonia diukur pada saat awal sampling.  Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan menggunakan plankton net sebanyak 3 kali setiap 2 minggu sekali. Jenis dan jumlah plankton diamati secara mikroskopis. Penentuan jenis plankton dilakukan dengan membandingkan ciri-ciri yang tampak dengan literatur. Dominansi plankton, diversitas plankton, kepadatan serta pengaruh kualitas air terhadap struktur komunitas plankton dianalisis secara statistik. Hasil pegamatan menunjukan plankton yang mendominansi adalah Chlorophyta dengan nilai indeks diversitas maupun dominansi di semua jenis kolam tergolong rendah-sedang. Berdasarkan uji statistik menunjukkan kualitas air yang berpengaruh terhadap struktur komunitas plankton adalah bahan organik, amonia, dan nitrit. Struktur komunitas plankton pada air kolam berbeda warna menunjukkan terdapat 15 filum yang terdiri dari 32 kelas. Plankton yang dominan pada kolam warna air hijau adalah Microcystis aeruginosa, sedangkan kolam cokelat dan merah adalah Chlorella varigatus. Nilai diversitas dan dominansi pada ketiga warna air cenderung stabil moderat, karena termasuk dalam kategori sedang yang menunjukan kondisi kolam tergolong stabil dan baik untuk budidaya.


2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 55
Author(s):  
Saberina Rina Hasibuan ◽  
Syafriadiman Syafriadiman ◽  
Muhammad Nandy Syahputra

Culture of Tilapia (Oreochromis niloticus) with high stocking density and feeding can cause a decrease in water quality due to the accumulation of metabolic waste such as ammonia which is toxic for fish rearing. A zeolite filter is needed which can reduce ammonia levels until it is not harmful to fish survival. This research was conducted in February-April 2020 at the Aquaculture Environmental Quality Laboratory, Fisheries and Marine Faculty of Riau University. The purposed of this study was to determine the effect of using zeolite on Ammonia (NH3) and determine the appropriate dose for Tilapia (Oreochromis niloticus) rearing. The research method was a Completely Randomized Design (CRD) one factor with 4 levels of treatment (P0: Control without the use of filters, P1: Use of zeolite 5.68 g/L, P2: Use of zeolite 11.37 g/L, P3: Use of zeolite 17.05 g/L). The appropriate treatment for Tilapia rearing is P3 (Zeolite 17.05 g/L) with TAN value is 0.2616 mg/L, Ammonia 0.0018 mg/L, TAN reduction is 59%, and Survival Rate of fish is 88.88%. The value of water quality during the study were temperature 27-29 oC, pH 6.7-7.0, and DO 6.2-6.9 mg/L.


2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Umi Zakiyah ◽  
Mulyanto Mulyanto
Keyword(s):  

Kelimpahan serta biodiversitas zooplankton sangat tergantung pada keberadaan fitoplankton sebagai makanan utamanya. Fitoplakton berperan penting sebagai produsen primer di perairan. Keberadaan fitoplankton sendiri selain bergantung faktor fisika-kimiawi perairan, juga nutrien seperti  nitrat dan fosfat. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sebaran biodiversitas zooplankton serta faktor yang mempengaruhinya di pesisir utara dan selatan Madura, Jawa Timur. Lokasi pengambilan sampel dilakukan secara purposive di Pantai Pasongsongan, Sumenep dan pantai Pantai Branta Pamekasan di tiga stasiun yang berbeda. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan secara in situ dan ex situ, dan analisis biodiversitas zooplankton dilakukan dengan indeks biologi meliputi indeks keanekaragaman, indeks dominansi dan juga dilakukan analisis distribusi spasial menggunakan QGIS Las Palmas 3.10.2 untuk mengetahui peta distribusi kelimpahan nitrat, fosfat, fitoplankton dan zooplankton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan nitrat di pesisir utara Madura berkisar 0,0973 - 0,1124 ppm, sedikit lebih rendah dari pantai selatan Pamekasan yang berkisara antara 0,008 - 0,11 ppm. Konsentrasi fosfat berkisar antara 0,0388 - 0,0685 ppm di pantai utara dan 0,05 - 0,06 ppm di pantai selatan. Selama penelitian ditemukan zooplankton sebanyak 19 genera dari 7 filum. Sub kelas yang paling banyak ditemukan adalah Copepoda dari filum Arthopoda. Densitas zooplankton berkisar antara 48,408 - 57,325 Ind./L di pesisir utara Madura dan antara 210,191 - 314,650 Ind./L di pesisir selatan. Sebaran tertinggi zooplankton didapatkan pada stasiun satu di setiap lokasi sampling baik di pesisir utara maupun selatan Madura. Hal ini sesuai dengan data densitas fitoplankton yang juga menunjukkan nilai yg tinggi di stasiun tersebut. Nilai indeks keanekaragaman yang diperoleh di pesisir selatan sedikit lebih tinggi yaitu berkisar antara 1,6 - 2,05, dibandingkan nilai di pesisir utara berkisar antara  1,2 - 1,4 meskipun nilai tersebut termasuk kedalam kategori keanekaragaman sedang.  Hal ini diikuti nilai indeks dominansi berkisar antara 0,17 - 0,39 di pesisir utara  dan selatan berkisar antara 0,3 – 0,4 atau dengan kata lain tidak ada genus zooplankton yang mendominasi. Berdasarkan peta sebaran biodiversitas zooplankton disimpulkan bahwa pesisir selatan memiliki biodiversitas zooplankton yang relatif lebih rendah dengan dominansi relatif lebih tinggi dibandingan dengan pesisir utara Madura yang memiliki biodiversitas lebih tinggi dan dominansi spesies yangg lebih  rendah.


2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 63
Author(s):  
Tatty Yuniarti ◽  
Adham Prayudi ◽  
Lilis Supenti ◽  
Hendria Suhrawardan ◽  
Pujo Martosuyono

Udang merupakan salah satu komoditas hasil perikanan unggulan di Indonesia. Udang diekspor dalam bentuk beku, bentuk olahan, dan bentuk udang segar. Proses pengolahan udang segar menghasilkan hasil samping berupa kepala udang sekitar 68% dan belum dimanfaatkan. Pemanfaatan hasil samping industri pengolahan udang segar adalah pembuatan hidrolisat protein. Penelitian bertujuan untuk menentukan lama waktu hidrolisis optimal dan profil kimia hidrolisat protein dari kepala udang yang diproduksi secara enzimatis. Metode pembuatan hidrolisat kepala udang menggunakan enzim alkalase pada suhu 55°C, konsentrasi enzim 20,000 unit/kg substrat selama 7 jam. Parameter yang diamati adalah derajat hidrolisis (DH), rendemen, analisa proksimat dan asam amino pada bahan baku dan produk hidrolisat udang. Nilai DH kepala udang selama 7 jam adalah 61,33%±3,67. Rendemen hidrolisat kepala udang adalah 79,20%. Kandungan protein bahan baku dan hidrolisat kepala udang 10,52±0,08%; 3,71±0,08%. Bahan baku dan hidrolisat kepala udang mengandung asam amino 21,12% dan 3,33% bb yang didominasi oleh asam amino non esensial seperti asam glutamat (0,5% b/b), dan asam amino esensial leusin (0,30% b/b) dan lisin (0,24% b/b). Kesimpulan penelitian adalah hidrolisat kepala udang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai ingredien bahan pangan yang kaya asam amino.


2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Arief Rahmat Setyawan ◽  
Setyawan Purnama ◽  
Sudarmadji Sudarmadji

Kecamatan Purwodadi merupakan kawasan yang diarahkan sebagai wilayah pertambakan udang karena ketersediaan areal pesisir yang luas dan sumber air yang memadai. Kesesuaian lokasi merupakan faktor penting pada budidaya udang, karena dapat mempengaruhi kesuksesan dan keberlanjutan suatu tambak. Pengukuran kualitas parameter perairan terhadap komoditas budidaya perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat kesesuaiannya terhadap komoditas yang dibudidayakan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kesesuaian air tanah di kawasan pertambakan Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo. Penelitian dilakukan dengan membandingkan nilai kualitas air sumber dengan baku mutu yang ada dengan menggunakan 10 sumur sumber tambak udang. Hasil pengamatan terhadap kualitas air tanah pada sumur sumber tambak di kawasan pertambakan Kecamatan Purwodadi menunjukan dari 10 parameter yang digunakan, terdapat 4 parameter yang tidak sesuai dengan baku mutu air sumber untuk budidaya udang vanname yaitu oksigen  terlarut (6 sumur sumber), chemical oxygen demand (COD) (8 sumur sumber), nitrit (5 sumur sumber), dan amonia (3 sumur sumber). Berdasarkan tingkat kualitas air sumur sumber, mayoritas sumur sumber tidak memenuhi kriteria dengan hanya sumur 5 yang memenuhi baku mutu, dan sumur 3 serta 4 yang paling tidak memenuhi kriteria (4 parameter tidak memenuhi baku mutu). Pemilihan lokasi sumur sumber dan pengecekan kualitas sumur sumber diperlukan untuk mendapatkan air sumber yang memenuhi ambang batas serta penerapan teknologi dalam budidaya perlu dilakukan untuk menjaga kualitas air budidaya.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document