Journal of Fish Nutrition
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

16
(FIVE YEARS 16)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Mataram

2798-3323

2022 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Jfn

Cover


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 13-27
Author(s):  
Elmi Patma Insani ◽  
Salnida yuniarti Lumbessy ◽  
Dewi Putri Lestari

The purpose of this study was to analyze the effect of the addition of pumpkin flour (C. moschata D.) and papaya flour (C.  papaya) to feed to increase the brightness of the  gold fish (C. auratus) color. The method used is an experimental method with a completely randomized design, consisting of four treatments and three replications of P0 0% (Control), P1 10% , P2 20%, P3 30%. Research parameters include carotenoid analysis, hunter’s color test, absolute weight growth, absolute specific growth, absolute length growth , FCR, EPP, survival rate and water quality. The results showed that the addition of a mixture of pumpkin flour and papaya flour in the goldfish can affect the value of feed conversion, feed afficiency, survival rate, carotenoid content and the brightness of the goldfish color on the value of a* (redness), b* (yellowness) and Huebut it does not affect the value of L* (lightness) and the growth of the goldfish


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 28-46
Author(s):  
Gilang Setyawan ◽  
Senny Helmiati
Keyword(s):  

Kayu apu merupakan tanaman air yang hidup mengapung pada suatu perairan lentik dan mempunyai kandungan nutrien yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrien kayu apu terfermentasi dan mengevaluasi pengaruh substitusi tepung kedelai dengan tepung kayu apu terfermentasi dalam pakan terhadap performa nila merah. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan substitusi tepung kedelai dengan kayu apu terfermentasi sebanyak 0, 10, 20, dan 30% dengan tiga kali ulangan. Penelitian ini menggunakan nila merah berukuran 7-9 cm diberi pakan dengan dosis 3% biomassa dengan frekuensi pemberian sebanyak dua kali sehari dan dipelihara selama 60 hari. Parameter yang dievaluasi meliputi sintasan, pertumbuhan, rasio konversi pakan, rasio efisiensi protein, dan efisiensi pakan. Hasil uji proksimat tepung kayu apu terfermentasi mengandung kadar air sebesar 8,80 %, protein kasar sebesar 15,10%, lemak sebesar 3,12%, kadar abu sebesar 34,5%, dan serat kasar sebesar 33,96%. Tepung kayu apu terfermentasi tidak dapat mensubstitusi tepung kedelai sebagai bahan pakan. Substitusi tepung kedelai dengan tepung kayu apu terferementasi dalam pakan tidak mempengaruhi sintasan, efisiensi pakan dan rasio efisiensi protein namun berpengaruh terhadap penurunan performa pertumbuhan dan peningkatan nilai rasio konversi pakan


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 47-55
Author(s):  
Muliani Muliani ◽  
Fahrezza Fahrezza ◽  
Rachmawati Rusydi ◽  
Eva Ayuzar ◽  
Salamah Salamah

Acartia sp merupakan zooplankton yang sangat potensial untuk dikembangkan dandijadikan sebagai pakan alami bagi larva ikan laut. Permasalahan dalam budidayayaitu dibutuhkan pakan yang tepat sebagai penunjang pertumbuhan Acartia sp agarproduksi maksimal dan kebutuhan pakan dari larva tercukupi. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui respon pertumbuhan Acartia sp terhadap penerapan kuning telur,pelet dan yeast sebagai sumber nutrisi. Parameter penelitian meliputi tingkatkelimpahan, puncak populasi, laju pertumbuhan dan kualitas air pada pemeliharaanAcartia sp. Metode penelitian adalah eksperimental laboratorium dengan 4 (empat)taraf perlakuan dan 3 (tiga) kali ulangan. Taraf perlakuan tersebut adalah A: Pelet,B:Kuning telur, C: Yeast (ragi), dan D: Nannochloropsis sp (kontrol). Tahapanpenelitian terdiri atas persiapan pakan Acartia sp (kuning telur, pellet, ragi, danNannochloropsis sp), pemberian pakan, dan pemeliharaan Acartia sp. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pengkulturan Acartia sp dengan perbedaan pakanmempengaruhi kelimpahan harian, puncak populasi, dan laju pertumbuhan Acartiasp dengan perlakuan terbaik ditunjukkan oleh Nannocloropsis sp (kontrol). Puncakpopulasi Acartia sp mencapai 633.33 ind/L, laju pertumbuhan Acartia sp mencapai106,6 ind/hari. Namun, pemberian pellet menjadi alternatif pakan Acartia sp yangberpotensi untuk dapat mendukung pertumbuhannya. Nilai parameter kualitas airselama penelitian masih optimal, yakni suhu 25-27 0C, salinitas 33-35 ppt, pH 7,1-7,9,DO 4,9-6,6 mg/L, dan ammonia 0,087-0,284 ppm.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 56-65
Author(s):  
Put Pilihan Kinayungan ◽  
Senny Helmiati

Lemna yang memiliki kadar protein yang cukup baik. Pemanfaatan Lemna sebagai bahan pakan ikan mengalami kendala seperti bahan yang berasal dari tumbuhan pada umumnya yaitu kadar protein yang cukup rendah dan tingginya kadar serat kasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrien tepung Lemna terfermentasi dan pengaruh pemberian tepung Lemna terfermentasi terhadap pertumbuhan nila merah (Oreochromis sp.). Penelitian menggunakan Metode Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dosis yaitu P0 (0%), P1 (10%), P2 (20%), dan P3 (30%) dengan tiga kali ulangan. Penelitian ini menggunakan nila merah berukuran 7-9 cm dan dipelihara selama 60 hari. Pakan diberikan sebanyak 3% dari biomassa ikan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak dua kali sehari. Tepung Lemna terfermentasi memiliki kadar air berapa 4,45±0,07%, protein sebesar 13,67±0,08%, lemak sebesar 4,24±0,81%, abu sebesar 26,9±0,14%, serat sebesar 32,53±0,29%, dan karbohidrat sebesar 50,74±0,81%. Fermentasi dapat meningkatkan kadar protein dari Lemna. Substitusi tepung kedelai dengan tepung Lemna terfermentasi belum dapat memberikan pertumbuhan yang baik daripada P0 (0%), namun substitusi penambahan 10 % tidak berpengaruh terhadap FCR dan effisiensi pakan nila merah.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 81-92
Author(s):  
Bayu Parikesit Wijaya Wijaya ◽  
Dewi Nur’aeni Setyowati ◽  
Dewi Putri Lestari

Ikan Cupang (Betta sp.) merupakan salah  satu jenis ikan hias yang mempunyai harga lumayan tinggi. Warna merupakan salah satu parameter dalam penentuan nilai ikan hias. Buah naga dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas warna pada ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak buah naga pada pakan buatan terhadap kecerahan warna ikan cupang serta menyimpulkan dosis ekstrak buah naga yang tepat untuk meningkatkan kecerahan warna ikan Cupang. Penelitian ini dilaksanakan selama 45 hari mulai dari bulan April – Mei 2021 di Laboraturium Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan sepuluh kali ulangan yaitu P0 (tanpa penambahan ekstrak buah naga), P1 (penambahan ekstrak buah naga 0,25%), P2 (penambahan ekstrak buah naga 0,50%), P3 (penambahan ekstrak buah naga 1,00%), P4 (penambahan ekstrak buah naga 1,50%). Tingkat kecerahan ikan Cupang tertinggi yaitu pada P4 dengan nilai 30,02 dan terendah pada P0 sebanyak 11,55%. Kandungan karotenoid tertinggi yaitu pada P4 dengan nilai 8,56 µmol/g sedangkan kandungan karotenoid terendah yaitu pada P0 dengan nilai 2,54 µmol/g.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Nunik Cokrowati

Cover


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 66-76
Author(s):  
Rina Hirnawati Hirnawati ◽  
Nina Meilisza ◽  
Sulasy Rohmy ◽  
Agus Priyadi

Artemia merupakan pakan utama pada benih botia hingga umur tiga bulan sehingga substitusi Artemia sangat penting untuk pemeliharaan yang efisien. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rasio frekuensi Tubifex untuk mensubstitusi Artemia pada benih ikan botia. Benih botia yang digunakan berumur satu bulan dengan bobot 35-90 mg dan panjang 13-20 mm yang dipelihara dalam sistem resirkulasi selama delapan minggu hingga berumur tiga bulan. Desain penelitian adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dua faktor yaitu faktor kesatu merupakan kelas ukuran ikan S (35-54 mg), M (55-74 mg), L (75-94 mg) dan faktor kedua berupa lima rasio frekuensi substitusi Artemia: Tubifex dari A (4:0) yaitu 4 kali sehari untuk Artemia dan 0 kali sehari untuk Tubifex, B (3:1), C (2:2), D (1:3) dan E (0:4). Lima belas perlakuan interaksi dihasilkan dari kedua faktor yaitu SA (ukuran S; rasio frekuensi A), SB, SC, SD, SE, MA, MB, MC, MD, ME, LA, LB, LC, LD, dan LE diulang dua kali. Pengamatan dilakukan dengan mengukur pertumbuhan yaitu bobot, panjang total, serta sintasan. Data dianalisis statistik dilanjutkan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tubifex dapat diberikan sebanyak 4 kali per hari pada seluruh kelas ukuran ikan tanpa pemberian Artemia.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 48-58
Author(s):  
Rachmawati Rusydi ◽  
Nurfazilah ◽  
Salamah ◽  
Erniati ◽  
Munawwar Khalil

Cacing sutera (Tubifex sp.) merupakan pakan alami yang banyak digunakan pada kegiatan pembenihan ikan. Cacing sutera ini mampu memberikan nutrisi yang baik bagi pertumbuhan larva ikan dengan ukuran yang sesuai bukaan mulut larva dan bersifat atraktif. Namun, ketersediaan populasi cacing sutera sangatlah terbatas di alam dan membutuhkan pasokan cacing sutera dari kegiatan kultivasi cacing sutera. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kombinasi kotoran burung puyuh (K), susu bubuk afkir (S) dan tapioka (T) terfermentasi pada media kultivasi cacing sutera. Metode penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap Non-Faktorial dengan 4 (empat) taraf perlakuan dan 3 (tiga) kali ulangan. Taraf perlakuan penelitian terdiri atas A (K = 100%), B (K=50%, S=35%, T=15%), C (K=50%, S=25%, T=25%), D (K=50%, S=15%, T=35%). Tahapan penelitian terdiri atas persiapan bibit cacing sutera, aktivasi EM4 dalam fermentasi kombinasi kotoran burung puyuh, susu bubuk afkir, dan tapioka, persiapan media kultivasi cacing sutera, penebaran benih cacing sutera dan pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  pertumbuhan populasi, biomassa dan kandungan nutrisi serta rasio C/N terbaik diperoleh pada perlakuan C dengan puncak populasi 406 individu/wadah, biomassa 33,21 g/wadah, nutrisi protein dan lemak sebesar 51,7 ± 0,42% dan 14,56 ± 0,028%, dan rasio C/N 12,5:1. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah kombinasi kotoran burung puyuh 50%, susu bubuk afkir 25%, dan tapioka terfermentasi 25% memberikan nutrisi yang paling baik untuk kultivasi cacing sutera.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 20-29
Author(s):  
Yuli Andriani ◽  
Rita Rostika

            Tepung ikan merupakan salah satu komponen pakan ikan yang memiliki harga tinggi, sehingga diperlukan upaya untuk mencari alternatif pengganti dari sumber alam sekitar sehingga harga pakan menjadi lebih ekonomis. Penelitian dilaksanakan di Hatchery Laboratorium Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, sedangkan analisis proksimat bahan pakan dan pakan uji, pembuatan tepung ikan sapu-sapu dilakukan Laboratorium Kimia dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan tepung ikan sapu-sapu dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan ikan patin (Pangasius sp.) sebagai salah satu upaya alternatif penyediaan sumber protein dalam pakan ikan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 5 (lima) perlakuan dan masing-masing diulang 3 (tiga) kali.  Perlakuan yang diberikan adalah penambahan tepung ikan sapu-sapu dalam pakan buatan sebanyak 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%.  Parameter yang diamati pada akhir penelitian meliputi pertumbuhan mutlak, tingkat konsumsi dan kelangsungan hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung sapu-sapu sebesar 10% dalam pakan memberikan hasil terbaik, dimana pertumbuhan mutlak ikan patin sebesar 1.88 gram, konsumsi 10.46 gram/hari, dan sintasan sebesar 97,7%. Berdasarkan pengamatan, penggunaan tepung sapu-sapu sampai tingkat 20% dalam pakan tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kelangsungan hidup ikan patin, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti tepung ikan alternatif dalam pakan ikan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document