Single parent women

1987 ◽  
Vol 22 (1) ◽  
pp. 29-36 ◽  
Author(s):  
Myrna M. Weissman ◽  
Philip J. Leaf ◽  
Martha Livingston Bruce
Keyword(s):  
2011 ◽  
Vol 3 (6) ◽  
pp. 294-297
Author(s):  
Dr. Sarika Manhas ◽  
◽  
Anupa Sharma ◽  
Riya Riya

2020 ◽  
Author(s):  
Miftakhuddin

Setiap orangtua punya cara membesarkan anaknya, bergantung pada budaya, tingkat pendidikan, kesejahteraan ekonomis, bahkan latar belakang keagamanaan. Metode yang ditempuh orangtua itu disebut sebagai pola asuh (parenting style). Teknik-teknik di dalamnya akan menjadi bagian utama dalam pembentukan kepribadian anak, termasuk kecerdasan, emosi, dan aspek psikologis lainnya.Namun demikian, terkadang orangtua tak menyadari apakah karkateristik psikologis anaknya sesuai dengan gaya pengasuhan yang mereka terapkan. Ketidaktahuan ini pada gilirannya berakibat pada kelalaian pengasuhan (salah asuh) dan berbagai penyimpangan (behavioral and psychological deviations). Itulah mengapa, pada beberapa kasus, ada anak kyai tapi ia adalah pemabuk dan penjudi, anak seorang guru tapi suka mem-bully teman sekolahnya, bahkan ada juga anak polisi yang justeru terlibat tawuran pelajar.Menurut psikolog, satu hal yang luput ialah kekeliruan dalam memahami situasi psikologis anak dan menyelenggarakan pendidikan keluarga yang sesuai. Sebab, masing-masing anak ialah individu yang unik. Mereka tidak bisa saling disamakan karena perkembangannya dipengaruhi nature (sifat alamiah dari gen orangtua) dan nurture (sifat yang terbentuk dari interaksi dengan lingkungan sosial).Persoalan di atas menjadi semakin rumit, lebih-lebih karena orangtua belum menemukan cara mengidentifikasi karakter anak, prosedur pengukuran kesehatan mental anak, bagaimana mengatasi depresi pada anak, dan bagaimanakah strategi mendidik yang disarankan agar psikologis anak tetap sehat. Buku ini berusaha menyajikan solusi atas problematika tersebut, dengan merujuk pada teori-teori psikologi, hasil penelitian, dan pengalaman empiris dari berbagai riset psikologis di Indonesia. Sebagai bahan kajian yang riil, buku ini juga mengangkat contoh-contoh kasus pola pengasuhan pada keluarga utuh, single parent, dan broken home.


2020 ◽  
Vol 38 (3) ◽  
pp. 85-104
Author(s):  
Seung Hee Kim ◽  
Han Na Lee ◽  
Dong Jin Seol

Author(s):  
Evi Kurniasari Purwaningrum ◽  
Nuraida Wahyu Sulistyani

Kehilangan pasangan akibat kematian menimbulkan duka yang mendalam bagi wanita. Kehidupan selanjutnya yang harus ia lalui sendiri tanpa seorang suami menimbulkan kecemasan akan masa depan dan rasa frustasi. Peran sebagai orang tua tunggal berarti wanita harus menjalankan peran ganda sebagai ibu sekaligus sebagai ayah bagi anak-anaknya, single mother memiliki tanggung jawab yang lebih sulit dan lebih rumit dibandingkan sebelumnya. Penelitian ini ditujukan untuk mengungkap dan mendeskripsikan psychological well being pada wanita dewasa madya dengan status single parent karena kematian pasangan dengan mengunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data mengunakan teknik wawancara mendalam terhadap 4 orang subyek dan significan other. Rentang usia subyek 40 s.d 50 tahun. Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam psychological well being pada single mother karena kematian pasangan yaitu cara kematian pasangan, cara individu memandang peristiwa yang dialami, kemampuan untuk beradaptasi dan mengatasi peristiwa yang mereka alami, religiusitas, penerimaan diri, kelekatan pada pasangan, hubungan dengan orang lain, otonomi, tujuan hidup, penguasaan lingkungan dan pertumbuhan pribadi.Kata kunci: Psychological well being, wanita single parent, kematian pasangan


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document