The performance of foliage mass and crown radius models in forming the input of a forest reflectance model: A test on forest growth sample plots and Landsat 7 ETM+ images

2007 ◽  
Vol 110 (4) ◽  
pp. 445-457 ◽  
Author(s):  
M LANG ◽  
T NILSON ◽  
A KUUSK ◽  
A KIVISTE ◽  
M HORDO
2003 ◽  
Vol 29 (3) ◽  
pp. 314-323 ◽  
Author(s):  
Miina Rautiainen ◽  
Pauline Stenberg ◽  
Tiit Nilson ◽  
Andres Kuusk ◽  
Heikki Smolander

2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 2246-2252 ◽  
Author(s):  
Ajay Roy ◽  
◽  
Anjali Jivani ◽  
Bhuvan Parekh ◽  
◽  
...  

2018 ◽  
Vol 2 ◽  
pp. 105
Author(s):  
Rendra Pranata

<p>Ekosistem pesisir Kabupaten Pangandaran memiliki biodiversitas yang cukup tinggi, namun pasca-tsunami tahun 2006 terjadi penurunan kerapatan ekosistem mangrove akibat rusaknya daerah pesisir dan wilayah permukiman sepanjang 28 km. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi habitat bentik di kawasan intertidal seperti mangrove dan makrozoobentos, serta mengukur parameter kualitas air. Metode yang digunakan yaitu interpretasi citra Landsat 7 tahun 2017 dengan melakukan <em>masking</em> dan <em>supervised classification</em> untuk mengetahui daerah tutupan mangrove di Bulak Setra dan Batu Karas, kemudian dilakukan identifikasi mangrove dengan transek kuadran 10x10 meter sepanjang 50 meter ke arah laut pada 7 plot di Bulak Setra dan 14 plot di Batu Karas untuk validasi data citra satelit. Selain itu juga dilakukan pengukuran parameter kualitas air serta identifikasi makrozoobentos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mangrove di Bulak Setra didominasi oleh <em>Scyphiphora hydrophyllacea</em> dari 8 spesies lain yang ditemukan dengan Indeks Nilai Penting (INP) 94,41%, sedangkan di Batu Karas didominasi oleh <em>Avicennia alba</em> dari 8 spesies lain yang ditemukan dengan INP 157%. Nilai rata-rata parameter kualitas air di Bulak Setra dan Batu Karas berturut-turut yaitu suhu 30<sup>o</sup>C dan 29,41<sup>o</sup>C, salinitas 5,56 psu dan 27,23 psu, pH 7,48 dan 6,86 serta konsentrasi <em>Dissolved Oxygen</em> (DO) 5,2 dan 6,5 mg/L. Makrozoobentos didominasi oleh kelas <em>G</em><em>astropoda</em>. Faktor sosial ekonomi masyarakat juga disajikan sebagai informasi sumber daya manusia yang akan berperan menjadi komponen pembangunan pengelolaan pesisir. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi informasi awal dalam pengelolaan perencanaan wilayah pesisir di Bulak Setra dan Batu Karas.<strong></strong></p><p><strong>Kata kunci</strong>: bentik, intertidal, mangrove</p>


2018 ◽  
Vol 2 ◽  
pp. 47
Author(s):  
Hazman Hiwari
Keyword(s):  

<p>Pulau Batu Nusamanuk merupakan salah satu pulau kecil terluar yang berada di Kabupaten Tasikmalaya yang berbatasan dengan perairan Australia. Wilayah ini dapat dimanfaatan sebagai pembuatan lahan tambak lobster laut (<em>Panulirus</em> <em>spp</em>) karena bisa dianggap sebagai sumber penghasilan terbesar. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi seberapa besar potensi perairan sekitar pulau tersebut yang dapat digunakan sebagai lahan tambak lobster. Metode yang digunakan adalah dengan memanfaatkan citra Landsat-7 untuk mengestimasikan nilai konsentrasi Muatan Padatan Tersuspensi (MPT), klorofil-a, dan visualisasi nilai salinitas serta suhu perairan daerah tersebut. Hasil yang diperoleh dari penginderaan jauh ini diketahui nilai konsentrasi muatan padatan tersuspensi berkisar 4.286 - &lt;8.573 mg/L, klorofil berkisar 1.1140 - 2.2281 mg/L, salinitas sebesar 33,5 – 34 ppt, dan suhu sebesar 26 - 29°C sesuai dengan pengembangan maupun budidaya tambak lobster laut. Disamping itu, diharapkan riset ini dapat menjadi salah satu penggerak maupun penyokong terselenggaranya Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) di Indonesia.</p><p><strong>Kata kunci</strong>: Pulau Batu Nusamanuk, Pemanfaatan Lahan, Citra Landsat-7,<em> Panulirus spp</em></p>


2019 ◽  
Vol 3 ◽  
pp. 919
Author(s):  
Khairul Umami ◽  
Syawaludin A. Harahap ◽  
Mega Laksmini Syamsudin ◽  
Sunarto Sunarto

Pantai merupakan daerah yang sangat dinamis untuk berubah seiring bertambahnya waktu. Salah satu perubahan yang terjadi di daerah pantai yaitu perubahan pada garis pantai. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat perubahan garis pantai di pesisir Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak dari hasil overlay citra satelit Landsat. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai rujukan penelitian selanjutnya, serta sebagai informasi untuk instansi-instansi terkait dan pemerintah agar dapat memperhatikan kondisi keseimbangan fisik pantai di Pesisir Sayung. Penelitian ini menggunakan data yang bersumber dari citra Landsat 7 dan 8 dalam kurun waktu 10 tahun dari tahun 2006 sampai 2016. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan menjelaskan masalah yang terjadi pada lokasi penelitian dengan pendekatan pemodelan dan sistematis. Metode analisis perubahan garis pantai dilakukan dalam program Digital Shoreline Analysis System (DSAS) dengan pendekatan statistik End Point Rate (EPR) dan Net Shorline Movement (NSM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan garis pantai di pesisir Sayung didominasi dengan kejadian abrasi yang sangat tinggi dengan luasan abrasi bernilai 116,48 hektar. Abrasi maksimum terjadi di Desa Timbulsloko, Abrasi minimum terjadi di Desa Sriwulan, Akresi maksimum terjadi di Desa Sriwulan, dan Akresi minimum terjadi di Desa Bedono.


1988 ◽  
Author(s):  
Alan R. Ek ◽  
Stephen R. Shifley ◽  
Thomas E. Burk

2016 ◽  
Vol 167 (3) ◽  
pp. 162-171 ◽  
Author(s):  
Ruedi Taverna ◽  
Michael Gautschi ◽  
Peter Hofer

The sustainably available wood use potential in Swiss forests Based on the most recent simulations created using the Massimo forest growth model, the sustainably available wood use potential in Swiss forests was calculated for five management scenarios for the next three decades as well as for two additional time periods in the future (to monitor the long-term effects). The term “sustainably available wood use potential” covers those wood quantities that could be put on the market, taking into account socio-ecological and economic restrictions on use. The sustainably available wood use potential is provided for production regions, priority functions as well as the assortment and qualities of timber. The previously used factors of the applied “onion” model were checked and modified, if necessary, in order to take new findings and current cost developments into consideration. The calculations for all scenarios come up with a sustainably available wood use potential that is much lower than in earlier investigations. Depending on the scenario and decade, sustainably available wood use potential accounts for less than 50% of the total use potential. The biggest decrease in total use potential was due to economic framework conditions. Turning to Switzerland as a whole, towards the end of the investigation period (2106) those scenarios including a sharp increase in use in the first three decades result in a sustainably available wood use potential that is clearly lower than the reference value used at the beginning of the simulation. In the basic scenario (constant stock) and in the scenario in which the form of management used to date (increasing stock) was simulated, the sustainably available wood use potential at national level remained more or less the same throughout the simulation period, ranging from 5 to 6 million m3 per year.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document