ABSTRAK<br />Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas beberapa<br />predator terhadap H. armigera pada kapas. Penelitian dilakukan pada<br />pertanaman kapas di daerah pengembangan Lamongan, Jawa Tmur.<br />Kegiatan penelitian terdiri atas dua kegiatan, yaitu penentuan faktor<br />mortalitas biotik H. armigera dan perkembangan populasi H. armigera<br />pada lahan tanpa penyemprotan insektisida. Kegiatan penentuan faktor<br />mortalitas biotik H. armigera dilakukan pada 5 lahan tanpa penyemprotan<br />insektisida masing-masing seluas 100 m 2 dengan mengamati populasi H.<br />armigera dan predatornya. Kegiatan perkembangan populasi H. armigera<br />pada lahan tanpa penyemprotan insektisida dilakukan pada lahan seluas 5<br />hektar dengan mengamati populasi serangga hama, predator, dan hasil<br />kapas berbiji pada setiap sub petak yang luasnya 0,2 ha. Hasil penelitian<br />menunjukkan bahwa kompleks predator yang terdiri dari kumbang kubah,<br />semut, kepik mirid dan laba-laba berperan dalam pengaturan populasi H.<br />armigera. Kumbang kubah dan semut merupakan faktor mortalitas yang<br />penting bagi telur H. armigera, sedangkan kompleks predator merupakan<br />faktor mortalitas yang penting bagi larva kecil H. armigera. Persamaan<br />regresi hubungan antara kompleks predator dan larva H. armigera adalah<br />y= 3796 – 0.431x, sehingga dapat diartikan bahwa satu larva H. armigera<br />dapat dieliminasi oleh 8 ekor predator. Jika keberadaan predator<br />dipertimbangkan dalam ambang kendali H. armigera, maka pada sistem<br />tanam kapas tumpangsari dengan kedelai, populasi H. armigera tidak<br />pernah mencapai ambang kendali. Produksi kapas berbiji pada lahan tanpa<br />penyemprotan insektisida adalah 911 kg/ha; hasil ini jauh lebih tinggi<br />dibandingkan dengan produksi dari lahan dengan pengendalian secara<br />konvensional (penyemprotan insektisida secara intensif) yang hanya<br />mencapai 312 kg/ha. Oleh karena itu, keberadaan predator perlu<br />dipertimbangkan dalam konsep ambang kendali H. armigera.<br />Kata kunci : Kapas, Gossypium hirsutum L., Helicoverpa armigera,<br />predator, ambang kendali, produksi, Jawa Timur<br />ABSTRACT<br />Effectiveness of predators on Helicoverpa armigera on<br />cotton intercropped with soybean<br />Research on effectiveness of predators of H. amigera on cotton<br />intercropped with soybean was conducted in Lamongan, East Java. The<br />research activity included determination of the biotic mortality factor of H.<br />armigera and observation on H. armigera population in unsprayed cotton<br />field. Determination of the biotic mortality factor of H. armigera was<br />conducted in 5 unsprayed plots @ 100 m 2 by recording the number of H.<br />armigera and its predators. Observation on H. armigera population was<br />done in 5 hectares of unsprayed cotton field by observing the population of<br />H. armigera and its predators as well as cotton seed production of each 0.2<br />hectare sub plot. The research results showed that predator complex<br />(Coccinellid beetles, mirid bugs, ants and spiders) have significant role in<br />regulating H. armigera population. Coccinellid beetles and ants were the<br />important biotic mortality factors of H. armigera eggs, while complex<br />predators were that of the small larvae. Regression equation of predator<br />complex and H. armigera larvae was y= 3.976 – 0.43x, meaning that one<br />H. armigera larvae could be eliminated by 8 predators. If the presence of<br />predators was considered in action threshold concept, population of H.<br />armigera on cotton intercropped with soybean was always under action<br />threshold. Cotton seed production of unsprayed field was 911 kg/ha; this<br />was significantly higher than that of conventional control system with<br />intensive sprays of chemical insecticides. Therefore, the presence of<br />predators should be included in action threshold concept of H. armigera.<br />Key words : Cotton, Gossypium hirsutum L., pest, Helicoverpa armigera,<br />predator, action threshold, production, East Java
Vip3A is responsible for the potency of Bacillus thuringiensis 9816C culture supernatant against Helicoverpa armigera and Spodoptera exigua
